Merasa Sedih Usai Libur Lebaran? Bisa Jadi Kamu Kena Holiday Blues

ADVERTISEMENT

Merasa Sedih Usai Libur Lebaran? Bisa Jadi Kamu Kena Holiday Blues

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 04 Apr 2025 17:00 WIB
Closeup of Asian woman appears deeply fatigued and stressed while working on laptop in office night, highlighting issues of overwork and employee burnout. ESG sustainable business office concept.
Foto: Getty Images/MTStock Studio
Jakarta -

Cuti bersama libur Lebaran 2025 tinggal menghitung hari. Biasanya, akan ada orang-orang yang merasa sedih setelah libur selesai. Kondisi apa itu?

Sains mengenal kondisi sedih, kecewa, dan cemas setelah libur sebagai holiday blues. Tuntutan, pertemuan, dan pemicu stres lainnya pada musim liburan membuat banyak orang stres dan kelelahan.

Orang-orang dengan kondisi kesehatan mental sebelumnya mungkin sangat rentan terhadap holiday blues. Menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI), 64 persen orang dengan penyakit mental yang sudah ada melaporkan jika liburan memperburuk kondisi mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanda-tanda Holiday Blues

Gejala holiday blues yang paling umum adalah perasaan sedih yang terus-menerus atau berulang yang dimulai selama musim liburan. Rasa sedih dapat bervariasi dalam intensitas dan durasinya. Beberapa orang mungkin merasa sedih secara berkala tetapi mengalami periode lega yang singkat.

Tanda-tanda holiday blues seperti dilansir dari Very Well Mind termasuk:

ADVERTISEMENT

1.Perubahan nafsu makan atau berat badan
2. Perubahan pola tidur
3. Suasana hati tertekan atau mudah tersinggung
4. Kesulitan berkonsentrasi
5. Perasaan tidak berharga atau bersalah
6. Merasa lebih lelah dari biasanya
7. Merasa tegang, khawatir, atau cemas
8. Kehilangan kesenangan dalam melakukan hal-hal yang biasa dinikmati

Penyebab Holiday Blues

Orang-orang mungkin mengalami holiday blues karena berbagai alasan, seperti:

1. Kurang tidur
Jadwal liburan yang padat dapat menyebabkan kurang tidur yang akhir meningkatkan stres

2. Makan berlebihan
Minum dan makan berlebihan dapat membuat gejala depresi liburan semakin terasa

3. Stres finansial
Menghabiskan terlalu banyak uang atau kesulitan membeli hadiah untuk keluarga dan teman dapat menambah beban stres finansial

4. Merasa asing
Tidak dapat menghabiskan liburan bersama keluarga dan teman dapat membuat musim liburan terasa sangat sepi

5. Ekspektasi yang tidak realistis
Komersialisasi liburan dapat menciptakan ekspektasi akan keceriaan liburan yang tiada henti. Jika ekspektasi ini tidak tercapai, seseorang akan merasa stres.

Cara Mengobati Holiday Blues

1. Jangan mengisolasi diri
Keterasingan sosial dapat menjadi faktor risiko utama holiday blues. Carilah cara untuk menikmati hubungan sosial, mintalah seorang teman untuk datang dan berbicara dari hati ke hati. Bergabunglah dengan komunitas lokal, menjadi sukarelawan, atau menemui psikolog.

2. Berolahragalah secara teratur
Aktivitas fisik secara teratur dapat memainkan peran penting dalam mencegah dan mengurangi gejala holiday blues. Tidak perlu gym, cobalah berlari di berkeliling lingkungan rumah.

3. Temukan waktu untuk diri sendiri
Pastikan kamu menyisakan cukup waktu untuk bersantai. Sisakan 15 hingga 20 menit sehari untuk menikmati waktu tenang, membaca buku, mendengarkan musik, mandi, melakukan yoga, atau aktivitas santai lainnya dapat sangat membantu mengurangi tingkat stres.

Itulah penjelasan mengenai holiday blues. Semoga menambah wawasan!




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads