Para ahli detektor logam di Inggris bagian timur menemukan tumpukan koin perak Romawi yang menggambarkan beberapa kaisar dan bahkan beberapa istri mereka.
Penguasa paling terkenal yang ditampilkan dalam tumpukan itu adalah kaisar Romawi Marcus Aurelius yang memerintah dari 161 hingga 180 M. Sementara istrinya, Faustina II, digambarkan pada koinnya sendiri.
Aurelius merupakan salah satu dari "lima kaisar Roma yang baik" dan terkenal karena menulis buku Meditations dan pemikirannya tentang filsafat Stoik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkirakan Setara Beberapa Ratus Dolar Saat Itu
Adrian Marsden, seorang spesialis koin di Norfolk Historic Environment Service yang merupakan bagian dari pemerintah daerah, mengatakan koin-koin itu ditemukan di dekat Desa Barton Bendish di daerah Norfolk, sekitar 10 mil (16 kilometer) selatan Kota King's Lynn, Inggris.
Setiap dari 16 koin itu adalah denarius atau koin Romawi standar. Marsden memperkirakan seluruh tumpukan itu akan bernilai setara dengan beberapa ratus dolar pada saat itu.
Tumpukan koin itu ditemukan pada 2023 dan diserahkan pada Maret 2024 kepada otoritas Norfolk, yang mengumumkan penemuan tersebut pada tanggal 1 Maret.
Koin-koin tersebut kini menjadi subjek analisis di mana pejabat pengadilan akan menentukan apakah secara resmi dapat dianggap sebagai harta karun, yang di Inggris mengacu pada artefak logam atau koin yang berusia setidaknya 300 tahun dan setidaknya mengandung 10% emas atau perak menurut beratnya.
Jika secara resmi dianggap sebagai harta karun, maka koin-koin tersebut dapat diserahkan ke museum di King's Lynn dan para penemu serta pemilik tanah dapat diberi kompensasi.
Norfolk merupakan bagian penting dari Inggris Romawi, dengan banyak vila besar yang berfungsi sebagai pusat perkebunan, kata Marsden. Salah satu jalan Romawi terpanjang di Inggris melewati wilayah tersebut.
Bagian barat Norfolk khususnya, dianggap sebagai lahan utama untuk pertanian karena tanah di sana subur.
Mata Uang Romawi Saat Itu Relatif Stabil
Tumpukan koin Romawi mungkin telah dikubur pada saat itu untuk disimpan dengan aman, yang merupakan praktik umum di era ketika tidak ada bank. Ada kemungkinan juga seseorang kehilangan dompet yang berisi koin-koin tersebut.
Dikutip dari Live Science, analisis koin-koin tersebut menunjukkan koin-koin paling awal dibuat sekitar 57 SM, selama tahap akhir Republik Romawi ketika pejabat-pejabat Romawi seolah-olah dipilih melalui pemungutan suara rakyat. Koin-koin terbaru berasal dari masa pemerintahan kaisar Romawi Marcus Aurelius dan dibuat pada 175 atau 176 M.
Koin-koin Romawi tidak diberi tanggal seperti kebanyakan koin modern, tetapi tanggal pembuatannya sudah diketahui oleh para numismatis (ahli koin) modern, kata Marsden. Dan sementara banyak koin menggambarkan kaisar Romawi pada saat dibuat, dua di antaranya menggambarkan istri kaisar yaitu Faustina I, istri kaisar Antoninus Pius dan Faustina II, istri Marcus Aurelius, katanya.
Timbunan yang berisi koin-koin yang berusia lebih dari 200 tahun merupakan tanda mata uang Romawi pada saat itu relatif stabil, kata Marsden. Timbunan dari masa ketika mata uang Romawi didevaluasi, ketika lebih banyak logam dasar ditambahkan ke perak, cenderung hanya berisi koin-koin dari waktu tertentu.
Jika itu yang terjadi di penemuan ini, koin-koin lama dengan lebih banyak perak akan dikeluarkan dan kemudian dilebur untuk diambil logam mulianya. Namun, kandungan perak pada koin tertua dan termuda dalam timbunan ini tampaknya hampir sama, katanya.
Koin-koin tersebut berasal dari awal periode non-fidusia, yaitu ketika logam perak dalam satu denarius hampir sama dengan nilai denarius itu sendiri sebagai mata uang. Pada saat itu, pembelian sehari-hari dapat dilakukan untuk sejumlah koin denarius atau denarii, kata Marsden.
Namun, kemungkinan besar koin-koin tersebut akan ditimbang untuk transaksi besar. Menurut Marsden, koin modern bersifat fidusia karena logam yang dikandungnya hanya bernilai sebagian kecil dari nilainya sebagai mata uang, yang didukung oleh sistem keuangan modern.
(nah/pal)