Suhu Makin Meningkat, Ilmuwan: Bumi Sudah Terlalu Panas untuk Ditinggali Lansia

ADVERTISEMENT

Suhu Makin Meningkat, Ilmuwan: Bumi Sudah Terlalu Panas untuk Ditinggali Lansia

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 11 Feb 2025 10:00 WIB
Ilustrasi gelombang panas
Ilustrasi panas ekstrem. Foto: Dok. Detikcom
Jakarta -

Perubahan iklim mendorong peningkatan suhu besar-besaran di berbagai belahan dunia. Tak hanya panas yang mengusir salju di kutub, orang lanjut usia (lansia) berusia 60 tahun ke atas juga bisa terusir akibat panasnya planet hijau ini.

Seperti diketahui, peningkatan suhu ini membuat banyaknya jumlah gelombang panas yang mematikan di Bumi. Tahun lalu, lebih dari 1.300 orang meninggal saat melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dengan suhu mencapai 51,8 Β°C.

Dalam studi yang diterbitkan pada jurnal Nature Reviews Earth and Environment, para ilmuwan mengamati pemanasan global dan dampak panas yang menyengat pada tubuh manusia. Mereka menemukan peningkatan signifikan di wilayah yang berpotensi terpapar suhu yang tidak aman, dengan orang-orang di Afrika Utara dan Asia Selatan paling berisiko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan kemudian mempertimbangkan tingkat panas yang berbahaya dan membuat manusia tidak dapat bertahan hidup. Kondisi ini terjadi saat suhu inti tubuh meningkat hingga 42 Β°C dalam waktu enam jam.

Suhu Bumi Tidak Aman bagi Lansia

Penelitian tersebut menyimpulkan antara tahun 1994 dan 2023, suhu panas dan kelembapan mencapai tingkat yang tidak aman bagi orang berusia di bawah 60 tahun di wilayah yang setara dengan sekitar dua persen dari luas daratan global. Bagi orang tua yang lebih rentan, suhu tersebut meningkat menjadi sekitar 20 persen dari luas daratan.

ADVERTISEMENT

Penulis utama Tom Matthews mengatakan penelitian tersebut menyoroti dampak yang berpotensi mematikan dari suhu rata-rata Bumi yang meningkat 2 Β°C di atas tingkat pra-industri. Perjanjian iklim Paris, sebuah perjanjian yang mengikat secara internasional, bertujuan untuk membatasi pemanasan hingga "jauh di bawah" 2 Β°C dan sebaiknya hingga 1,5 Β°C.

Dengan pemanasan sebesar 2 Β°C, para ilmuwan menemukan jumlah daratan yang akan menjadi tidak aman bagi orang dewasa akan meningkat tiga kali lipat, menjadi sekitar enam persen. Kemudian lansia yang berusia di atas 60 tahun akan berisiko di sekitar sepertiga daratan planet ini.

"Dalam kondisi seperti itu, paparan luar ruangan yang lama, bahkan bagi mereka yang berada di tempat teduh, terkena angin kencang, dan terhidrasi dengan baik, diperkirakan dapat menyebabkan sengatan panas yang mematikan," kata Matthews, Dosen Senior Geografi Lingkungan di King's College London dalam Science Alert.

Banyaknya Jumlah Kematian Akibat Gelombang Panas

Kondisi tubuh yang mengalami tekanan panas atau heat stress terjadi ketika sistem pendinginan alami tubuh kewalahan, yang menyebabkan gejala mulai dari pusing dan sakit kepala hingga kegagalan organ dan kematian. Bahkan suhu yang lebih rendah dapat mematikan jika dikombinasikan dengan kelembapan, karena keringat tidak dapat menguap dari kulit.

Sejauh ini, Eropa mencatat jumlah kematian tertinggi akibat gelombang panas, dengan lebih dari 70.000 kematian pada tahun 2003, 60.000 pada tahun 2022, dan lebih dari 47.000 pada tahun 2023.

Asia juga telah mendokumentasikan dampak besar dari kenaikan suhu, termasuk beberapa ribu kematian di India dan Pakistan selama gelombang panas pada tahun 2015.

Para ilmuwan mengatakan kematian akibat gelombang panas di Afrika sangat jarang dilaporkan, tetapi mencatat gelombang panas ekstrem di Nigeria pada tahun 2024. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO juga telah menghitung bahwa gelombang panas membunuh sedikitnya setengah juta orang setiap tahun.




(nir/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads