Waduh! Sepertiga Daratan Bumi yang Panas Bisa 'Menyiksa' Lansia di Atas 60 Tahun

ADVERTISEMENT

Waduh! Sepertiga Daratan Bumi yang Panas Bisa 'Menyiksa' Lansia di Atas 60 Tahun

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 08 Feb 2025 14:00 WIB
A woman walks outside from a souvenir shop as she protects herself from the sun with an umbrella during a hot day in central capital Nicosia, Cyprus, on Tuesday, June 4, 2024. The Meteorological Department said the heatwaves highest temperatures in this days theyre expected to reach 42 degrees Celsius (107,6 Fahrenheit) inland and 32 degrees (89,6 Fahrenheit) in the islands main Troodos mountain range. (AP Photo/Petros Karadjias)
Ilustrasi suhu panas ekstrem. Foto: AP/Petros Karadjias
Jakarta -

Para ilmuwan telah mengingatkan, panas ekstrem akan mencapai level bahaya di wilayah tertentu yang berukuran seluas Amerika Serikat. Panas ini akan bisa menguji daya tahan manusia, tak terkecuali anak-anak dengan usia yang muda.

Perubahan iklim mendorong peningkatan jumlah gelombang panas yang mematikan di seluruh dunia. Terlebih hal ini menyebabkan semakin banyak orang terpapar pada kondisi yang menguji batas daya tahan manusia.

Tahun lalu, lebih dari 1.300 orang meninggal saat melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dengan suhu mencapai 51,8Β°C (125 derajat Fahrenheit).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Mana Tempat Paling Berisiko?

Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Reviews Earth and Environment ini, para peneliti mengamati pemanasan global dan dampak panas yang menyengat pada tubuh manusia. Penelitian tersebut ditulis oleh Tom Matthews dkk dengan judul "Mortality impacts of the most extreme heat events".

Para peneliti menemukan peningkatan signifikan di wilayah dunia yang berpotensi terpapar suhu tidak aman. Orang-orang di Afrika Utara dan Asia Selatan menjadi yang paling berisiko.

ADVERTISEMENT

Mereka telah mendefinisikan level panas yang berbahaya dan berpotensi membuat tidak dapat bertahan hidup. Kondisi tersebut yakni ketika suhu inti tubuh meningkat hingga 42Β°C dalam waktu enam jam.

Penemuan menyimpulkan bahwa antara 1994 dan 2023, suhu panas dan kelembapan mencapai tingkat yang tidak aman bagi orang-orang berusia di bawah 60 tahun. Tak main-main, wilayah tidak aman tersebut setara dengan sekitar dua persen dari luas daratan dunia.

Bagi orang tua yang lebih rentan, peningkatan risiko tersebut meningkat menjadi sekitar 20 persen dari luas daratan.

Penulis utama Tom Matthews mengatakan, studinya menyoroti dampak yang berpotensi mematikan dari suhu rata-rata global yang meningkat 2Β°C di atas tingkat pra-industri.

Perjanjian iklim Paris, sebuah perjanjian yang mengikat secara internasional, bertujuan untuk membatasi pemanasan hingga jauh di bawah 2Β°C dan sebaiknya hingga 1,5Β°C. Tahun lalu adalah tahun pertama yang melampaui rata-rata 1,5Β°C.

Orang Bisa Alami 'Heat Stress'

Dengan pemanasan sebesar 2Β°C, para peneliti menemukan jumlah daratan yang akan menjadi tidak aman bagi orang dewasa lebih muda akan meningkat tiga kali lipat. Totalnya, bisa menjadi sekitar enam persen dari planet Bumi.

Dalam hal ini, orang yang berusia di atas 60 tahun akan berisiko terhadap panas ekstrem di wilayah setara sepertiga daratan planet ini. Kondisi ini juga tak bisa dihindari oleh orang-orang yang lebih muda.

"Dalam kondisi seperti itu, paparan luar ruangan yang berkepanjangan -bahkan bagi mereka yang berada di tempat teduh, terkena angin kencang, dan terhidrasi dengan baik -diperkirakan dapat menyebabkan sengatan panas yang mematikan," kata Matthews, Dosen Senior Geografi Lingkungan di King's College London, dikutip dari Science Alert.

Peneliti menerangkan, ancaman stres panas atau heat stress bisa melanda. Kondisi ini terjadi ketika sistem pendinginan alami tubuh kewalahan, yang menyebabkan gejala mulai dari pusing dan sakit kepala hingga kegagalan organ dan kematian.

Bahkan suhu yang lebih rendah dapat mematikan jika dikombinasikan dengan kelembapan, karena keringat tidak dapat menguap dari kulit.

Wilayah dengan Suhu Panas yang Mematikan

Eropa sejauh ini mencatat jumlah kematian tertinggi akibat gelombang panas, dengan lebih dari 70.000 kematian pada 2003, 60.000 pada 2022, dan lebih dari 47.000 pada 2023.

Asia juga telah mendokumentasikan dampak besar dari kenaikan suhu, termasuk beberapa ribu kematian di India dan Pakistan selama gelombang panas pada 2015.

Para peneliti mengatakan kematian akibat gelombang panas di Afrika sangat jarang dilaporkan, tetapi mencatat gelombang panas ekstrem di Nigeria pada 2024.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menghitung bahwa gelombang panas membunuh sedikitnya setengah juta orang setiap tahun. Namun, mereka memperingatkan bahwa angka sebenarnya bisa mencapai 30 kali lebih tinggi.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads