Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan analisis bibit siklon tropis yang berada di wilayah Indonesia. Saat ini, bibit siklon 97S berada di wilayah Samudera Hindia selatan Jawa Timur.
"Bibit siklon tropis 97S berada di wilayah Samudera Hindia selatan Jawa Timur dengan kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dan tekanan udara minimum 1008 hPa," jelas unggahan Instagram @infobmkg, dikutip Rabu (8/1/2025).
Bibit siklon tropis 97S ini menjadi siklon tropis dalam waktu 24-72 jam. Namun skalanya masih termasuk ke dalam kategori rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Letak bibit siklon tropis 97S berada di 11,2Β° LS dan 113,9Β°BT. Kecepatannya diperkirakan maksimal 15 knot (28km/jam) dan tekanan udara minimum sekitar 1008 hPa.
Dampak Kemunculan Bibit Siklon
Berdasarkan analisis per 7 Januari 2025 pukul 07.00 WIB hingga 8 Januari 2025 pukul 07.00 WIB, ini dampak bibit siklon tropis 97S yang bisa terjadi di wilayah Indonesia:
1. Hujan
Kemunculan bibit siklon tropis 97S bisa menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai angin kencang. Berikut beberapa wilayah yang berpotensi terdampak:
- Banten bagian selatan
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- DI Yogyakarta
- Jawa Timur
2. Gelombang Laut Tinggi
Dampak lainnya adalah gelombang laut dengan ketinggian bisa mencapai 1,25 - 2,5 m (moderate sea). Adapun wilayah yang berpotensi terkena dampak ini yakni:
- Perairan selatan Jawa
- Selat Sunda bagian barat dan selatan
- Samudera Hindia selatan Jawa hingga NTB
- Laut Jawa
Tentang Siklon Tropis
Mengutip laman BMKG, siklon tropis tumbuh di daerah tropis. Utamanya di wilayah dengan suhu muka laut hangat.
Rata-rata jumlah siklon tropis di bumi belahan utara adalah 57,3 dijadikan dalam satu tahun. Sedangkan di belahan bumi selatan rata-rata 26,3 siklon dalam setahun.
Syarat terbentuknya siklon dipengaruhi oleh kondisi-kondisi berikut ini:
- Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman 60 meter.
- Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam perkembangan siklon tropis.
- Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon.
- Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari khatulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
- Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin.
- Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.
(cyu/nwy)