Perayaan tahun baru merupakan jenis perayaan yang termasuk yang tertua dan paling umum dirayakan.
Berdasarkan sejarah yang diketahui, awal mula tahun baru 1 Januari adalah ketika Raja Romawi, Numa Pompilius saat masa pemerintahannya (sekitar 715-673 SM) merevisi kalender Romawi. Januari pun menggantikan Maret sebagai bulan pertama.
Meski begitu, ada bukti juga 1 Januari tidak dijadikan sebagai awal resmi tahun Romawi hingga 153 SM. Terlepas dari hal ini, perayaan tahun baru sudah ada sejak ribuan tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Paling Awal Perayaan Tahun Baru
Catatan paling awal yang diketahui tentang perayaan tahun baru berasal dari sekitar tahun 2000 SM di Mesopotamia. Pada saat itu tahun baru di Babilonia (Akitu) dimulai dengan bulan baru setelah ekuinoks (Matahari melintas tepat di atas garis khatulistiwa Bumi) musim semi. Sementara, di Assyria dirayakan dengan bulan baru yang paling dekat dengan ekuinoks musim gugur (pertengahan September).
Bagi orang Mesir dan Fenisia, tahun dimulai dengan ekuinoks musim gugur (21 September). Lalu, bagi orang Persia kuno dimulai pada ekuinoks musim semi (21 Maret) dan bagi orang Yunani kuno dimulai dengan titik balik matahari musim dingin (21 Desember).
Pada kalender republik Romawi tahun baru mulanya dimulai pada 1 Maret, tetapi setelah 153 SM tanggal resminya diubah menjadi 1 Januari, yang dilanjutkan dalam kalender Julian tahun 46 SM.
Dikutip dari Britannica, pada awal abad pertengahan, sebagian besar umat Kristen di Eropa menganggap 25 Maret, Hari Raya Kabar Sukacita, sebagai awal tahun baru, meskipun tahun baru dirayakan pada 25 Desember di Inggris Anglo-Saxon.
William Sang Penakluk menetapkan tahun dimulai pada 1 Januari, tetapi Inggris kemudian bergabung dengan seluruh umat Kristen dan mengadopsi 25 Maret. Kalender Gregorian, yang diadopsi pada 1582 oleh Gereja Katolik Roma, kemudian mengembalikan 1 Januari sebagai tahun baru dan sebagian besar negara Eropa secara bertahap mengikutinya.
Skotlandia mengadopsinya tahun 1660. Jerman dan Denmark mengikutinya sekitar tahun 1700, Inggris pada 1752, dan Rusia pada 1918.
(nah/nwk)