7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Daerah Ini Tembakkan Meriam dari Bambu!

ADVERTISEMENT

7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Daerah Ini Tembakkan Meriam dari Bambu!

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 27 Des 2024 08:00 WIB
Sejumlah hiasan pohon Natal berada diΒ  Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (25/12/2024). Hiasan pohon Natal itu bertujuanΒ  untuk menghiasi Stasiun Senen saat momen Natal dan Tahun Baru.
7 Tradisi Natal di Indonesia. (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Perayaan natal menjadi momen yang ditunggu para umat nasrani. Dalam memperingatinya, ada tujuh tradisi perayaan natal di Indonesia yang cukup unik.

Biasanya, tradisi natal dilengkapi dengan pohon natal serta ornamen bernuansa merah-hijau. Pohon juga akan dihias dan dilengkapi dengan hadiah di bawahnya.

Indonesia yang kaya akan keanekaragaman juga tak kalah meriah saat merayakan natal. Tradisi ini merupakan simbol kebersamaan yang telah dilakukan secara turun-temurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa saja tradisi perayaan natal di Indonesia? Simak daftarnya berikut ini seperti dilansir dari Indonesia Travel Kemenparekraf.

7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia

1. Marbinda dan Marhobas (Sumatera Utara)

Marbinda merupakan tradisi menyembelih hewan, sedangkan Marhobas merupakan tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh para laki-laki. Kedua tradisi tersebut dilakukan menjelang hari raya Natal oleh masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara.

ADVERTISEMENT

Tujuan dari Marbinda dan Marhobas adalah untuk mempererat kebersamaan masyarakat sekitar, membangun rasa gotong royong, serta ungkapan syukur. Hewan yang disembelih di Marbinda biasanya adalah hewan yang berkaki empat, seperti sapi, kerbau, atau babi. Hewan-hewan tersebut didapatkan dari hasil tabungan warga.

Daging hasil sembelih kemudian dimasak lewat tradisi Marhobas, lalu dibagikan kepada warga. Uniknya, orang yang dipercaya untuk membagikan daging biasanya akan terpilih menjadi kepala desa di periode selanjutnya.

2. Rabo-Rabo (Jakarta)

Tradisi Rabo-rabo bisa dijumpai di kawasan Cilincing, tepatnya di Kampung Tugu. Dilakukan setiap menjelang hari Natal, tradisi yang memiliki arti "Ekor-Mengekor" dalam bahasa Kreol Portugis ini dilakukan dengan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah sambil menyanyikan lagu keroncong.

Satu rombongan warga akan memulai Rabo-Rabo dengan mengunjungi Gereja terlebih dahulu untuk beribadah. Setelah itu, mereka langsung mengunjungi rumah-rumah warga sekitar.

Salah satu anggota keluarga dari setiap rumah-rumah yang dikunjungi nantinya harus ikut dalam rombongan layaknya ekor yang memanjang. Tradisi ini ditutup dengan pesta makan di rumah yang terakhir dikunjungi.

3. Wayang Wahyu (Jawa)

Pertunjukan Wayang Wahyu diambil dari berbagai kisah yang terdapat dalam Alkitab. Pertunjukan wayang merupakan salah satu simbol inkulturasi budaya.

Wayang Wahyu pertama kali muncul pada tahun 1960an. Pementasan ini bertujuan untuk mengingatkan umat Katolik untuk menjalin keharmonisan.

4. Ngejot dan Penjor (Bali)

Umat Kristen di Bali biasanya melakukan tradisi perayaan natal bernama Ngejot dan Penjor. Kedua tradisi yang identik dengan umat Hindu ini juga seringkali dilakukan oleh umat Kristen serta Muslim.

Ngejot sendiri merupakan tradisi di mana para warga saling membagikan makanan. Makanan yang dibuat untuk tradisi Ngejot disesuaikan dengan agamanya masing-masing.

Kemudian Penjor merupakan bambu-bambu tinggi melengkung yang biasanya dipasang saat hari raya Galungan. Bambu-bambu tersebut dipasang di bagian rumah sebagai bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.

5. Kunci Taon (Sulawesi Utara)

Digelar sekaligus untuk memperingati akhir tahun, Kunci Taon biasanya dilaksanakan pada awal minggu bulan Desember dan berakhir pada awal bulan Januari. Tradisi ini diawali dengan serangkaian ibadah di Gereja.

Lalu, para umat Kristen akan berziarah ke makam kerabat. Saat berziarah mereka akan meletakkan lampu hias di atas makam kerabat mereka.

6. Meriam Bambu (Nusa Tenggara Timur)

Sesuai dengan namanya, tradisi di Flores, Nusa Tenggara Timur, ini diisi oleh pesta meriam bambu. Meriam bambu ini telah dimainkan sejak tahun 80-an. Selain meramaikan, bunyi dari meriam bambu juga dapat diartikan sebagai sambutan terhadap kelahiran Yesus Kristus.

7. Bakar Batu (Papua)

Tradisi Bakar Batu merupakan kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar. Batu-batu tersebut diletakkan di dalam sebuah lubang yang telah digali dan dilapisi dengan daun pisang dan ilalang. Kemudian dilapisi lagi dengan daun pisang.

Setelah itu, daging babi dimasukkan ke dalamnya yang ditutup dengan lapisan daun pisang dan batu-batu panas lagi. Setelah itu, susunan tersebut diisi dengan sayuran dan umbi-umbian. Bahan makanan tersebut lalu ditutup lagi dengan daun pisang, ilalang, serta batu bakar.

Tradisi ini dilakukan setelah misa Natal. Bakar Batu bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.

Demikian tujuh tradisi perayaan natal di Indonesia. Ada daerahmu, detikers?




(nir/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads