- 9 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia 1. Marbinda dan Marhobas di Sumatera Utara 2. Wayang Wahyu di Jawa-Yogyakarta 3. Rabo-Rabo di Jakarta 4. Bunyi Sirine dan Lonceng di Ambon 5. Ngejot dan Penjor di Bali 6. Meriam Bambu di Flores, Nusa Tenggara Timur 7. Kunci Taon di Sulawesi Utara 8. Van Vare di Larantuka 9. Bakar Batu (Barapen) di Papua
Perayaan Natal adalah momen paling ditunggu oleh umat Kristen dan Katolik. Momen ini dimanfaatkan mereka untuk berkumpul dan merayakan Natal bersama.
Ada berbagai tradisi perayaan Natal di Indonesia. Tradisi perayaan Natal ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan keunikannya sendiri. Berikut tradisi perayaan Natal di Indonesia yang telah dirangkum oleh detikSumbagsel
9 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia
Dilansir dari situs resmi Wonderful Indonesia oleh Kemenparekraf RI, berikut tradisi perayaan Natal di Indonesia:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Marbinda dan Marhobas di Sumatera Utara
Tradisi perayaan Natal ini dilakukan oleh masyarakat Batak Toba. Marbinda yakni menyembelih hewan menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Marhobas adalah tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh pria.
Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan pengingat persaudaraan antar masyarakat. selain itu juga menjadi wujud rasa syukur kepada Tuhan. Biasanya yang disembelih adalah hewan berkaki empat.
Daging yang dimasak lewat tradisi ini kemudian dibagikan kepada warga. Orang yang membagikan daging dipercaya akan terpilih menjadi kepala desa di periode selanjutnya.
2. Wayang Wahyu di Jawa-Yogyakarta
Tradisi ini adalah pertunjukan wayang untuk menyambut Natal. Pertunjukan Wayang Wahyu mengangkat kisah dari cerita-cerita yang ada di dalam Alkitab.
Bukan hanya sekedar pentas kesenian wayang, tradisi ini juga menjadi cara menyampaikan wahyu atau firman Tuhan. Pertunjukan ini juga menjadi simbol inkulturasi budaya di Indonesia yang pertama kali dilakukan pada tahun 1960-an.
3. Rabo-Rabo di Jakarta
Jakarta sebagai kota metropolitan juga memiliki tradisi Natal yang unik dan masih dilestarikan. Tradisi adalah Tradisi Rabo-Rabo yang dalam bahasa Kreol Portugis berarti 'Ekor-Mengekor'.
Tradisi Rabo-Rabo ditemukan di Kampung Tugu, Kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Rabo-Rabo dilakukan oleh pemeluk agama Kristen keturunan Portugis yang tinggal di kawasan itu.
Tradisi ini dilakukan dengan berkeliling dan mengunjungi rumah-rumah kerabat atau warga sekitar sambil menyanyikan lagu keroncong.
Pada puncak perayaan Rabo-Rabo dilakukan tradisi mandi-mandi, yaitu menggambar wajah satu sama lain dengan bedak putih. Tradisi ini menyimbolkan penebusan dosa dan pengampunan, untuk menyambut tahun baru dalam keadaan bersih.
4. Bunyi Sirine dan Lonceng di Ambon
Saat perayaan Natal di Ambon akan ada suara sirine dan lonceng gereja yang dibunyikan bersamaan. Selain itu juga akan ada upacara penyucian yang dilakukan di Naku Leitimur Selatan.
Ritual ini menjadi simbol pembebasan dari dosa. Pelaksanaannya dilakukan dengan lagu daerah yang saling bersahutan dan tarian yang disertai dengan alat musik Tifa.
5. Ngejot dan Penjor di Bali
Dikenal sangat menghargai toleransi beragama, di Bali akan dilaksanakan tradisi Ngejot dan Penjor menjelang perayaan Natal.
Ngejot adalah tradisi perayaan Natal dengan cara saling berbagai makanan yang dilakukan di bali. Makanan yang disajikan sesuai dengan agama masing-masing setiap orang. Sedangkan, Penjor merupakan tradisi pemasangan bambu tinggi melengkung sebagai bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.
6. Meriam Bambu di Flores, Nusa Tenggara Timur
Masyarakat Flores memiliki sebuah tradisi yang disebut Meriam Bambu. Tradisi Meriam Bambu menjadi tradisi perayaan Natal yang meriah di Indonesia. tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1980-an.
Suara menggelegar dari meriam bambu menjadi sesuatu yang ditunggu saat menjelang Natal. Bunyi dari meriam bambu ini digunakan untuk mengekspresikan kebahagiaan atas kelahiran Yesus Kristus.
7. Kunci Taon di Sulawesi Utara
Tradisi ini dapat ditemui di Kota Manado, Sulawesi Utara. Secara Harfiah tradisi ini berarti mengunci tahun yang dilakukan sejak memasuki bulan November.
Tradisi Taon ini berupa seraingkaian ibada di gereja dan ziarah ke makam kerabat. Uniknya masyarakat manado meletakkan lampu hias di atas makam saat berziarah. Puncak perayaan natal dilakukan pada minggu pertama bulan Januari dan ditutup dengan pawai keliling mengghunakan kostum unik
8. Van Vare di Larantuka
Setiap perayaan Natal, warga Flores Timur akan menyanyikan lagu Natal dengan pertunjukan musik orkes dan paduan suara. Lagu ini dinyanyikan untuk mengingatkan masyarakat agar selalu hidup dalam jalan yang benar.
Selain itu, akan ada Sinterklas yang membagikan hadiah untuk anak-anak. Tradisi perayaan Natal ini sangat dinantikan oleh masyarakat di Larantuka.
9. Bakar Batu (Barapen) di Papua
Masyarakat kristen di Papua akan melakukan tradisi bernama Bakar Batu atau Barapen. Tradisi ini yaitu kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar.
Masyarakat akan menggali sebuah lubang kemudian dilapisi dengan daun pisang dan ilalang. Nantinya batu-batu yang dibakar dimasukkan kedalam lubang sebelum dilapisi lagi dengan daun pisang.
Kemudian susunan batu-batu itu dilakukan berulang dimulai dari daging babi sampai ke sayuran dan umbi-umbian. Tradisi Bakar Batu dilakukan setelah misa Natal dalam waktu sekitar setengah hari. Tujuannya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta menjaga kebersamaan.
Nah, itulah 9 tradisi perayaan Natal di Indonesia. Selamat Natal bagi detikers yang merayakannya!
Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(mud/mud)