Biasanya bunga memiliki harum yang semerbak. Namun, berbeda dengan bunga bangkai yang memiliki bau menyengat seperti daging yang telah membusuk. Lantas dari mana asal bau busuk dari bunga bangkai?
Meskipun berbau tidak sedap, banyak orang yang penasaran bagaimana bentuk bunga ini ketika mekar. Hal ini karena bunga bangkai membutuhkan waktu yang cukup lama hingga mekar secara sempurna dan jarang ditemui.
Ciri unik dari bunga asli pulau Sumatra ini membuat peneliti dari berbagai negara turut menelitinya, terutama soal asal usul bau bangkai yang muncul. Selain itu, para peneliti juga penasaran mengenai tahapan menghangatkan diri sebelum mekar yang dikenal dengan proses termogenesis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul Bau Busuk dari Bunga Bangkai
Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) bukanlah bunga tunggal, melainkan gugusan bunga kecil yang tersembunyi di dalam tangkai tengah raksasa yang disebut spandix. Bunga ini dapat mencapai tinggi hingga 3,6 meter.
Untuk meneliti asal usul bau di bunga bangkai, studi yang dipimpin oleh peneliti dari Dartmouth College menganalisis jalur genetika, yang mendorong produksi panas dan zat kimia berbau saat tanaman bunga bangkai berbunga.
Tim peneliti yang dipimpin oleh profesor ilmu biologi G Eric Schaller, mengidentifikasi zat kimia organik yang disebut dengan putresin. Selain itu, juga mempelajari bagaimana hormon tanaman mengatur kemampuannya untuk tumbuh dan merespons perubahan lingkungan.
Menurut Schaller, kesempatan meneliti bunga bangkai adalah langka. Sebab, tanaman tersebut bisa tak berbunga selama bertahun-tahun.
"Tanaman ini dapat bertahan bertahun-tahun tanpa berbunga, biasanya intervalnya 5 hingga 7 tahun, tetapi jika berbunga, ia akan mekar dalam semalam. Mekarnya bunga ini jarang terjadi dan juga berumur pendek, jadi kita hanya punya sedikit kesempatan untuk mempelajari fenomena ini," kata Schaller, yang makalah studinya terbit pada tanggal 4 November 2024 di PNAS Nexus.
Dia dan kolaboratornya memanfaatkan beberapa bunga Morphy, bunga bangkai Dartmouth berusia 21 tahun yang disimpan di Rumah Kaca Life Sciences, untuk mengumpulkan sampel jaringan untuk analisis genetik dan kimia.
Hasilnya, peneliti menemukan aroma khas bunga bangkai muncul setelah proses "pemanasan" pada spadix (bunga tongkol dalam pembungaan).
Terdapat lapisan seperti kelopak berenda di pangkal spadix yang disebut spathe. Ketika spathe terbuka maka akan menciptakan cangkir di sekitar tangkai tengah yang berwarna merah tua atau merah marun di bagian dalam.
Setelah spadix mulai memanas, naik sebanyak 20 derajat Fahrenheit di atas suhu lingkungan, diikuti segera setelah pelepasan aroma khas tanaman yang berasal dari campuran senyawa berbasis belerang yang berbau busuk yang menarik lalat dan kumbang bangkai yang membantu memperbanyak tanaman tersebut.
Ketika Morphy berkembang pada 2016, para peneliti mengumpulkan sembilan sampel jaringan selama tiga malam dimulai ketika suhu spadix mencapai puncaknya, dari bibir dan pangkal spadix.
Senyawa yang Memicu Bau Busuk
Seorang sarjana peneliti pertukaran yang bekerja di laboratorium Schaller pada saat itu, Alveena Zulfiqar, menemukan cara mengekstraksi RNA berkualitas tinggi dari jaringan. Ini memungkinkan tim untuk melakukan analisis urutan RNA dan menentukan peran gen dalam memanaskan tanaman dan menyebabkan bau.
"Hal ini membantu kita melihat gen apa yang diekspresikan dan melihat gen mana yang aktif secara spesifik saat (tahapan) 'usus buntu' memanas dan mengeluarkan bau," ujar Schaller.
Berdasarkan analisis RNA, diketahui bahwa gen yang mengkode protein oksidase alternatif pada bunga bangkai memiliki ekspresi yang lebih tinggi saat pembuangan dimulai. Selain itu, gen yang berperan dalam transportasi dan metabolisme sulfur juga aktif pada waktu yang sama.
Untuk dapat melacak mekanisme yang dipicu oleh gen-gen ini tim peneliti mengisolasi jaringan dari tanaman selama pembungaan berikutnya. Tidak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan Universitas Missouri menggunakan teknik spektrometri massa untuk mengukur kadar berbagai asam amino dan molekul yang membentuk protein di dalamnya.
Seperti yang telah diprediksi dari analisis RNA, mereka mendeteksi kadar asam amino yang mengandung sulfur yang disebut metionina. Diketahui bahwa senyawa metionina ini akan menguap saat dipanaskan dan menghasilkan bau yang menyengat.
Dalam hal ini, kadar metionina turun dengan cepat dalam jaringan yang diekstraksi beberapa jam kemudian. Kemudian terdeteksi juga peningkatan kadar asam amino lain dalam jaringan yang diambil dari spathe.
Kadar tersebut yang berfungsi sebagai prekursor untuk produksi senyawa, putrescine, zat bau yang ditemukan pada hewan mati ketika mereka mulai membusuk.
Sementara itu, setelah mengetahui asal usul bau pada bunga bangkai, ke depan peneliti akan fokus untuk memahami pemicu yang meramalkan pembungaan.
(faz/faz)