Fosil Dinosaurus dan Makhluk Purba Terawetkan dengan Baik di Lokasi Ini, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Fosil Dinosaurus dan Makhluk Purba Terawetkan dengan Baik di Lokasi Ini, Kok Bisa?

Hani Muthmainnah - detikEdu
Rabu, 20 Nov 2024 20:00 WIB
Paul Olsen, di lokasi penemuan fosil yang terawetkan dengan baik di Tiongkok
Foto: Paul Olsen visa phys.org/Paul Olsen, di lokasi penemuan fosil yang terawetkan dengan baik
Jakarta -

Dinosaurus dan hewan purba telah hidup puluhan hingga ratusan juta tahun lalu. Namun, di salah satu lokasi di Tiongkok, fosil-fosil tersebut masih terawetkan dengan baik. Kok bisa?

Biasanya, fosil purba yang ditemukan pada era modern cenderung sisa-sisa alias tidak lengkap. Berbeda dengan kebanyakan, pada 1990-an di Formasi Yixian, Tiongkok ditemukan banyak sisa-sisa dinosaurus, burung, mamalia, serangga, katak, kura-kura dan makhluk lainnya yang terawetkan dengan baik.

Dulunya, antara sekitar 120 juta dan 130 juta tahun yang lalu, pada zaman dinosaurus, wilayah timur laut Tiongkok masih berupa hutan beriklim sedang dan danau dan menjadi tempat bagi ekosistem makhluk purba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, beragam fosil dari masa itu masih belum terganggu hingga tahun 1980-an, ketika penduduk desa mulai menemukan makhluk-makhluk yang terawetkan dengan baik.

Fosil-fosil Purba di Formasi Yixian

Fosil-fosil yang ditemukan ini berbeda dari fosil pada umumnya. Penemuan tersebut mencakup mamalia seukuran kucing dan dinosaurus kecil yang terkunci dalam pertempuran mematikan , berhenti di tengah aksi ketika mereka mati. Fosil-fosil ini ditemukan dalam yang lengkap termasuk organ dalam, bulu, sisik, dan isi perut.

ADVERTISEMENT

Penemuan ini menunjukkan bahwa fosil-fosil tersebut terawetkan dengan sangat baik. Bahkan, karena tingkat keawetan yang sangat baik beberapa fosil dinosaurus berbulu non-unggas dapat diketahui warna bulunya meskipun telah terawetkan selama jutaan tahun.

Penemuan ini merevolusi dunia paleontologi, sekaligus menjelaskan evolusi dinosaurus berbulu, dan membuktikan dengan jelas bahwa burung modern merupakan keturunan langsung dari dinosaurus.

Mengapa Fosil-fosil Terawetkan dengan Sempurna?

Hipotesis awal dari para ilmuwan, yakni fosil-fosil di "Formasi Yixian" terkubur secara mendadak karena adanya aktivitas vulkanik. Mirip dengan gelombang panas dari letusan Gunung Vesuvius yang mengubur banyak warga Pompeii pada tahun 79 M. Karena alasan ini, endapan Yixian diberi nama "Pompeii China."

Namun ternyata, hipotesis ini salah. Fosil-fosil ini bukan punah karena adanya aktivitas vulkanik, tetapi peristiwa-peristiwa biasa, seperti runtuhnya liang atau hujan yang terus turun hingga membentuk sedimen yang akhirnya mengubur makhluk-makhluk yang berada di dalam tanah dan meninggal karena kehabisan oksigen.

Penemuan ini berhasil terungkap berkat studi yang terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 4 November 2024 oleh Paul E Olsen dan kawan-kawan. Dalam studi baru, peneliti menggunakan teknologi canggih dan mengungkap bahwa fosil-fosil yang ditemukan berusia kurang dari 93.000 tahun dan tidak terkait dengan peristiwa khusus.

"Ini mungkin penemuan dinosaurus paling penting dalam 120 tahun terakhir," kata Paul Olsen, rekan penulis studi dan paleontologi di Observatorium Bumi Lamont-Doherty, Sekolah Iklim Columbia, dikutip dari phys.org.

Mereka menemukan bahwa fosil-fosil dari Yixian terdapat dalam dua jenis, yaitu kerangka 3D yang utuh dan terartikulasi sempurna dari endapan yang terbentuk terutama di darat, dan bangkai yang pipih tetapi sangat rinci yang ditemukan dalam sedimen danau, beberapa diantaranya mengandung jaringan lunak.

Fosil dari 125 Juta Tahun Lalu

Untuk mengetahui usia fosil, penulis utama penelitian ini, Scott MacLennan dari Universitas Witwatersrand Afrika Selatan, menganalisis butiran kecil mineral zirkon, yang diambil dari bebatuan di sekitar dan fosil itu sendiri.

Menggunakan teknologi modern, para peneliti menguatkan anggapan bahwa fosil-fosil ini berusia sekitar 125,8 juta tahun. Tidak hanya itu, beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa terdapat tiga periode yang dipengaruhi oleh orbit bumi dan cuaca yang relatif basah.

Kondisi inilah yang membentuk sedimen di danau dan daratan dan mengubur makhluk-makhluk tersebut dan membuat mereka tidak terpapar dengan oksigen yang mempercepat pembusukan. Efek dari membuat jaringan lunak dari fosil yang ditemukan tetap ada, seperti bulu dan kulit yang tetap terawetkan.

Ketika analisis lebih lanjut dilakukan, ditemukan bahwa butiran di sekitar kerangka lebih halus yang menunjukkan bahwa proses pembusukan dimulai setelah penguburan.

"Ada cukup oksigen di sekitar bagi bakteri atau serangga merusak setidaknya kulit dan organ hewan tersebut," ujar para peneliti.

Olsen juga menambahkan bahwa runtuhnya liang bisa jadi penyebab kematian bagi beberapa makhluk. Misalnya, mamalia yang mencoba menyerbu liang dinosaurus untuk mencoba memakan atau melukai mereka.

Meskipun endapan Yixian dikenal fosilnya, Olsen meyakini bahwa di tempat-tempat lain di lingkungan dengan kondisi yang serupa mungkin terdapat fosil dengan kondisi yang serupa pula.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads