Panda Purba Hidup di Eropa Sebelum Migrasi ke China, Pemakan Daging Bukan Bambu

ADVERTISEMENT

Panda Purba Hidup di Eropa Sebelum Migrasi ke China, Pemakan Daging Bukan Bambu

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 08 Nov 2024 10:00 WIB
One of the newly born twin panda bear cubs is presented to the media at the Zoo in Berlin, Germany, Tuesday, Oct. 15, 2024. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Panda purba pernah hidup di Eropa, begini kata studi. Foto: AP/Ebrahim Noroozi
Jakarta - Sebuah penelitian terkait gigi panda purba yang ditemukan di situs fosil di Jerman Selatan memberikan bukti baru. Bukti ini mungkin mengubah pemahaman manusia terkait sejarah evolusi hewan yang imut itu.

Bila kamu mendengar kata panda, mungkin yang terbayang adalah hewan dengan sifat malas berwarna hitam putih pemakan daun atau batang. Hewan ini juga terkenal berasal dari Asia tepatnya China.

Tetapi, sebuah fakta baru menyebutkan panda pada dasarnya bukanlah hewan pemakan tumbuh-tumbuhan atau yang dikenal dengan herbivora. Ia termasuk ke dalam jenis hewan omnivora.

Kebiasaan memakan dedaunan pada masa kini membuatnya menjadi spesies yang paling herbivora di dalam ordo karnivora.

Fakta ini dibagikan oleh sebuah tim peneliti internasional gabungan dari Hamburg, Frankfurt, Madrid, dan Valencia. Para peneliti ini menemukan sisa-sisa fosil spesies panda yang telah punah bernama Kretzoiarctos beatrix (K beatrix) di situs Hammerschmiede, AllgΓ€u, Jerman.

Nenek Moyang Tertua Panda Masa Kini

K beatrix disebut nenek moyang tertua panda raksasa modern seperti yang kita ketahui saat ini. Mereka hidup sekitar 11 juta tahun yang lalu dengan ukuran sedikit lebih kecil dari spesies saat ini.

Meski berukuran sedikit lebih kecil, K beatrix tetaplah hewan yang gemuk. Berat mereka diketahui mencapai lebih dari 100 kilogram.

Sebagian besar fosil nenek moyang panda ini ditemukan di Spanyol. Penemuan ini menjadi bukti bila panda berasal dari Eropa sebelum akhirnya bermigrasi ke China pada suatu waktu di masa lalu.

Perbedaan K.beatrix dengan panda masa kini juga berkaitan dengan pola makannya. Mereka sebenarnya adalah hewan omnivora yang memakan tumbuhan dan daging.

Para peneliti membandingkan fosil gigi K beatrix dengan gigi spesies beruang lainnya. Termasuk beruang kutub, beruang coklat, hingga panda masa kini.

Hasilnya, K beatrix memiliki pola makan yang mirip dengan beruang coklat. Mereka makan tanaman yang tidak keras dan juga daging.

Peneliti dari Senckenberg Centre for Human Evolution and Palaeoenvironment di University of TΓΌbingen Jerman, Profesor Madelaine BΓΆhme menjelaskan penemuan ini membantu pemahaman manusia terkait evolusi panda. Mereka menyimpulkan K beatrix adalah panda tertua dan seekor hewan yang generalis.

"Hasil ini penting untuk pemahaman kita tentang evolusi beruang dan perkembangan herbivori pada panda raksasa. Ternyata K beatrix panda tertua adalah hewan generalis. Spesialisasi dalam pola makan panda baru muncul di akhir evolusinya," ucap BΓΆhme dikutip dari IFL Science.

Kesimpulan ini disempurnakan dengan hasil penelitian berdasarkan analissi makro dan mikro morfologi gigi panda. Mereka menemukan di tingkat makro, gigi K beatrix cocok untuk berbagai jenis makanan.

Sedangkan di tingkat mikro, gigi tersebut memiliki goresan dan lubang di permukaan. Goresan dan lubang ini menunjukkan bahwa mereka mengunyah makanan yang lebih keras termasuk tulang.

"Ini menunjukkan bahwa mereka menyukai makanan yang lebih beragam," tambah BΓΆhme.

Temukan Fosil Lainnya

Situs Hammerschmiede, AllgΓ€u, Jerman merupakan sebuah ekosistem yang luar biasa. Selama penggalian terbarunya, BΓΆhme bersama tim menemukan 166 spesies fosil di lokasi tersebut.

Penemuan ini menjadi tanda bila para hewan bisa beradaptasi dengan bentang alam yang ada di wilayah tersebut. Berbagai fosil yang ditemukan selain panda seperti hewan kecil mirip musang, hyena besar, hingga harimau bertaring pedang.

Keragaman populasi ini sangatlah langka. Karena sangat sedikit fosil dari spesies yang sama ditemukan pada satu habitat.

"Contohnya, ada empat hewan mirip berang-berang yang ukurannya hampir sama dan jenis makanannya juga sama. Biasanya mereka akan bersaing untuk mendapatkan sumber daya alam di lingkungan mereka," kata BΓΆhme.

Tetapi selama penemuannya, BΓΆhme menilai ekosistem di Hammerschmiede sehat. Bahkan spesies yang biasanya bersaing dapat tumbuh berdampingan.

"Tampaknya sumber daya di Hammerschmiede cukup kaya untuk memenuhi kebutuhan setiap spesies," tutupnya.


(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads