Menelusuri Jejak Homo Sapiens yang Migrasi ke Pulau Sisilia, Arkeolog Ungkap Hal Ini

ADVERTISEMENT

Menelusuri Jejak Homo Sapiens yang Migrasi ke Pulau Sisilia, Arkeolog Ungkap Hal Ini

Hani Muthmainnah - detikEdu
Jumat, 08 Nov 2024 09:30 WIB
Para arkeolog WashU sedang menyelidiki gua-gua pesisir dan bawah air di tenggara Sisilia
Foto: Ilaria Patania (Washington University)/Arkeolog menelusuri jejak manusia purba di gua di Sisilia
Jakarta -

Manusia telah melakukan migrasi sejak ribuan tahun yang lalu, salah satunya diidentifikasi pernah mendiami Sisilia di Italia. Lantas bagaimana proses migrasi manusia purba?

Jika manusia modern bisa migrasi dengan transportasi yang telah canggih, manusia purba harus beradaptasi dengan kondisi yang lebih sulit. Proses migrasi manusia purba ini yang kemudian terus dipelajari oleh para ilmuwan.

Belum lama ini, proses migrasi manusia purba yang mendiami Sisilia diteliti oleh para arkeolog dari Universitas Washington, St. Louis, Amerika Serikat. Hasilnya, ditemukan bukti adanya jalur dan bagaimana nasib migrasi manusia di situs gua pesisir dan bawah laut di Sisilia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian arkeologi ini mengungkapkan bagaimana migran kalangan manusia purba awal yang datang ke pulau Sisilia tersebut.

Penelusuran terhadap 25 Gua di Sisilia

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE ini, para arkeolog menelusur 25 gua dan tempat perlindungan batu yang sebagian besar teridentifikasi digunakan pada 1870 hingga 1990 tetapi hilang seiring waktu.

ADVERTISEMENT

Untuk menemukan bukti yang lebih banyak para peneliti juga menganalisis daratan dan area bawah laut di wilayah pesisir yang sebelumnya telah dicari, serta berhasil menemukan tiga situs baru yang berpotensi mengandung sedimen arkeologi.

"Kami tidak hanya mencari orang pertama yang datang, tetapi juga kelompok pertama yang datang." kata Ilaria Patania, asisten profesor arkeologi di Arts & Sciences di WashU, dikutip dari laman resmi Universitas Washington.

Dalam hal ini, manusia yang datang pertama dikaitkan dengan perluasan awal Homo sapiens ke Wilayah Mediterania. Wilayah ini mencakup banyak negara di pesisir laut Mediterania, termasuk Italia, Spanyol, Maroko, Yunani, Siprus, Turki, Palestina hingga Aljazair.

Alasan mengapa Sisilia dipilih dalam penelitian ini karena banyak ilmuwan menganggapnya sebagai pulau yang pertama kali dihuni secara permanen oleh nenek moyang manusia. Namun, kapan dan bagaimana para migran awal mencapai pulau ini masih belum diketahui.

"Para ilmuwan awalnya berasumsi bahwa situs-situs di pesisir selatan Sisilia akan terkikis atau rusak parah sehingga tidak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan," ujar TR. Kidder, Profesor antropologi Seni & Sains Edward S. dan Tedi Macias di WashU, salah satu penulis studi baru ini.

"Namun, dengan ditemukannya situs-situs di bawah air memberikan area baru untuk dipelajari dan memungkinkan kita untuk mempertimbangkan kembali rute migrasi nenek moyang manusia modern paling awal ini," imbuhnya.

Menelusuri Bukti Manusia Purba di Sisilia

Para ahli di wilayah tersebut sepakat bahwa manusia telah sampai di Sisilia 16.000 tahun setelah zaman es terakhir. Namun, tanggal yang telah ditentukan sangat jauh dari perkiraan datangnya manusia awal, mengingat manusia diketahui telah menyebar melalui darat ke Siberia sekitar 30.000 tahun sebelumnya.

Perbedaan ini membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah manusia benar-benar tiba di Sisilia jauh sebelum tanggal yang diterima saat ini.

Selain itu, belum ada seorang pun yang tahu apakah manusia tiba di Sisilia melalui jalur laut, atau dengan berjalan kaki melewati jembatan darat, atau bahkan dari arah mana mereka datang.

"Tantangan untuk memahami penyebaran nenek moyang manusia modern awal adalah memahami secara menyeluruh bagaimana mereka menyebar dan menjelajah dunia di tahap awal," ucap Kidder.

Dalam studi ini, Patania yang juga penduduk asli Sisilia, memimpin proyek penelitian jangka panjang yang berfokus pada penduduk awal Sisilia.

"Di tenggara Sisilia, sangat sedikit situs Paleolitikum awal yang telah digali dan dianalisis menggunakan metode ilmiah. Proyek kami masih dalam tahap awal, tetapi kami telah mengidentifikasi dan menilai lebih dari 40 lokasi yang menarik, sekitar 17 di antaranya adalah lokasi yang telah direlokasi dengan tingkat presisi lebih tinggi berdasarkan identifikasi lama," papar Patania.

Dia dan timnya juga mempelajari arsip perpustakaan kota setempat di Sisilia dan membaca buletin sejarah hingga artikel berita sejak abad ke-19. Dari hasil mempelajari arsip-arsip tersebut, para peneliti mengidentifikasi lokasi yang dianggap berpotensi sebagai tempat manusia awal berada serta meninjau catatan serta foto yang ditemukan oleh arkeolog lokal.

Selain memanfaatkan pengetahuan masyarakat yang memiliki pengetahuan mengenai objek penelitian ini, Patania juga menggandeng pengawas warisan budaya dan alam Siracusa dan Ragusa (dua provinsi Sisilia), serta pengawas laut Sisilia untuk mencari dan merekrut pakar dan pemangku kepentingan lokal lainnya.

Seiring dengan kemajuan penelitian, Patania juga telah berbicara dengan para perwira di angkatan laut Italia tentang pelatihan anggota tim penyelam khusus mereka untuk membantu mengidentifikasi fitur arkeologi bawah laut.

Para penyelam ini menghabiskan banyak waktu di perairan setempat untuk menyelesaikan tugas rutin mereka yang berkaitan dengan pembersihan persenjataan dan puing-puing lainnya dari Perang Dunia II.

"Kami mulai dengan wilayah yang dekat dengan pantai, dan kami perlahan akan bergerak lebih jauh di tahun-tahun mendatang," tutur Patania.

Jejak-jejak Purba yang Ditemukan

Corruggi yang terletak di ujung selatan Sisilia merupakan situs awal yang diidentifikasi oleh peneliti lain pada tahun 1940-an.

"Situs ini adalah tempat jembatan darat kedua yang menghubungkan pulau ini dengan pulau Malta. Saat kami memeriksa situs ini, kami menemukan gigi keledai liar Eropa dan peralatan batu," kata Patania.

Selama musim panas 2024, anggota tim peneliti bekerja menggali situs kedua, sebuah gua bernama Campolato. Di sana, peneliti menemukan bukti adanya perubahan permukaan laut yang disebabkan oleh glasiasi terakhir dan gempa bumi lokal yang masih diselidiki lebih lanjut.

Para peneliti berharap dapat merekonstruksi bukan hanya perkiraan waktu tempat tersebut dihuni manusia, tetapi juga lingkungan tempat tinggal manusia yang bermigrasi dan bagaimana mereka menghadapi kejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, perubahan iklim dan lingkungan, bahkan letusan gunung berapi.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads