Raja Ampat Jadi Jalur Pelayaran Awal Homo Sapiens ke Pasifik 55 Ribu Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Raja Ampat Jadi Jalur Pelayaran Awal Homo Sapiens ke Pasifik 55 Ribu Tahun Lalu

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Sabtu, 24 Agu 2024 19:00 WIB
Raja Ampat
Foto: detik
Jakarta -

Raja Ampat Papua Barat menjadi jalur pelayaran awal manusia modern Homo sapiens menuju Pasifik 55 ribu tahun lalu. Ini bukti-bukti yang baru ditemukan para ilmuwan!

"Nenek moyangku orang pelaut" ternyata adalah lirik lagu berdasarkan sejarah yang ada. Orang zaman dulu dapat menyeberangi Asia dari Afrika ke Kepulauan Pasifik dengan terampil dan berani. Nenek moyang bermigrasi seperti ini untuk membentuk distribusi spesies manusia modern, yaitu Homo sapiens. Dan mereka memulainya dari Papua Barat hingga Aotearoa Selandia Baru.

Meski demikian, waktu, lokasi, dan sifat penyebaran maritim belum dapat diidentifikasi dengan jelas oleh para arkeolog.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti Artefak di Gua Mololo Raja Ampat

Dikutip dari jurnal penelitian berjudul "Human dispersal and plant processing in the Pacific 55.000-50.000 years ago" yang ditulis para ilmuwan internasional termasuk Inggris dan Indonesia, ditunjukkan adanya bukti bahwa manusia modern Homo sapiens melakukan perjalanan di sepanjang garis khatulistiwa untuk mencapai pulau-pulau di lepas pantai Papua Barat lebih dari 50 ribu-55 ribu tahun yang lalu.

Penelitian yang dilakukan di Pulau Waigeo, Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat ini menjadi kolaborasi internasional besar pertama yang melibatkan akademisi dari Papua Barat, Indonesia, Selandia Baru, dan lain-lain.

ADVERTISEMENT

Penelitian berfokus pada penggalian di Gua Mololo, sebuah gua batu kapur raksasa yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis dan membentang seratus meter. Gua ini menjadi rumah bagi koloni kelelawar, biawak, dan kadang-kadang ular.

Gua Mololo ini diambil dalam bahasa lokal Ambel yang berarti 'tempat berkumpulnya arus'. Nama itu sesuai, mengingat perairannya yang berombak dan pusaran air di selat-selat di dekatnya.

Dari penggalian di Gua Mololo ditemukan temuan utamanya berupa artefak resin pohon yang dibuat kala itu. Ini menjadi contoh paling awal penggunaan resin oleh orang-orang luar Afrika. Dari temuan itu diketahui adanya keterampilan rumit yang dikembangkan manusia untuk hidup di hutan hujan.

Dianalisis menggunakan mikroskop elektron pemindai ditemukan bahwa artefak resin itu diproduksi melalui beberapa tahapan. Tahap pertama resin diambil dari kulit pohon yang dipotong dan dibiarkan menetes hingga mengeras. Setelah itu resin yang mengeras lalu dibentuk.

Fungsi artefak resin tidak diketahui, tetapi mungkin telah digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk api di dalam gua. Resin serupa pun dikumpulkan selama abad ke-20 di sekitar Papua Barat dan digunakan sebagai api sebelum gas dan penerangan listrik diperkenalkan.

Pada penggalian itu juga ditemukan lapisan hunian manusia yang terkait dengan artefak batu, kerang, tulang hewan dan arang hingga semua sisa fisik yang dibuang oleh manusia purba yang tinggal di gua tersebut.

Temuan ini jarang dijumpai di lapisan terdalam. Meski begitu, penanggalan radiokarbon di Universitas Oxford dan Universitas Waikato menunjukkan manusia telah hidup di Mololo setidaknya 55.000 tahun sebelum masa kini.

Ada pula penemuan tulang-tulang hewan yang menunjukkan bahwa manusia memburu marsupial, burung-burung darat dan mungkin kelelawar raksasa. Manusia juga beradaptasi dengan cara memanfaatkan sumber daya hutan hujan di samping makanan pesisir yang tersedia di Pulau Waigeo.

Ungkap Jalur Pelayaran dari Afrika-Eurasia ke Pasifik

Penggalian di Gua Mololo membantu mengklarifikasi kapan waktu manusia berpindah ke Pasifik. Waktu ini diperdebatkan dengan sengit karena memiliki implikasi besar terhadap seberapa cepat Homo sapiens menyebar dari Afrika ke Asia dan Pasifik, demikian dilansir dari The Conversation.

Para arkeolog mengusulkan hipotesa dua rute, yaitu rute selatan menuju Australia dan rute utara menuju Papua Barat.

Penggalian di Australia bagian utara menunjukkan bahwa manusia telah menetap di benua kuno Sahul yang menghubungkan Papua Barat dengan Australia, sekitar 65.000 tahun yang lalu.

Di sisi lain, temuan dari Timor menunjukkan bahwa 44.000 tahun yang lalu manusia baru berpindah melalui jalur selatan dan menyeberang ke utara menuju Papua Barat, lalu pindah ke Australia.

Di situs arkeologi lain di Papua Nugini, manusia tiba di wilayah Pasifik, lalu terus menjelajah hingga ke Daratan Tinggi Papua Nugini, Kepulauan Bismarck, dan Kepulauan Solomon sekitar 30.000 tahun yang lalu.

"Analisis arkeologi dan paleoekologi multi-proksi dari rangkaian Gua Mololo di pulau palaeo Waitanta memberikan bukti keberadaan masyarakat paling awal yang diketahui di wilayah Pasifik >55.000-50.000 tahun yang lalu. Manusia-manusia ini mempraktikkan pengolahan tanaman tropis yang kompleks dan terlibat dengan ekologi pesisir dan hutan," demikian tulis para ilmuwan dalam laporan penelitiannya.

Catatan arkeologi Raja Ampat memberikan beberapa bukti global paling awal tentang manusia yang menjelajahi hutan hujan di luar Afrika dan bukti paling awal bahwa spesies manusia modern Homo sapiens menggunakan pulau-pulau kecil. Kapasitas untuk fleksibilitas adaptif dan transformasi lingkungan kemungkinan besar mendorong perpindahan manusia ke hutan hujan terpencil, yang sebelumnya berada di luar jangkauan spesies hominin lainnya.

"Keadaan ini membantu kita memahami proses diversifikasi budaya dan biologis yang dihasilkan ketika spesies kita tersebar di seluruh planet ini dan mulai mendobrak batas-batas habitat baru, dan bagaimana manusia telah terjerat dalam ekologi ini selama puluhan milenium," demikian kesimpulan penutup para ilmuwan dalam jurnal Cambridge yang diterbitkan 13 Agustus 2024.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads