Artefak Tanaman Tertua Afrika Ditemukan di Papua Barat, Ungkap Proses Migrasi Manusia

ADVERTISEMENT

Artefak Tanaman Tertua Afrika Ditemukan di Papua Barat, Ungkap Proses Migrasi Manusia

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 20 Okt 2024 19:00 WIB
Artefak tanaman Afrika ditemukan di gua Papua Barat.
Artefak tanaman Afrika ditemukan di gua Papua Barat. Foto: University of Oxford
Jakarta - Sebuah studi arkeologi gabungan University of Oxford dan Universitas Gadjah Mada (UGM)) temukan tanaman tertua yang diduga berasal benua Afrika di sebuah gua wilayah Papua Barat. Hal ini mengungkap proses penyebaran budaya dan migrasi manusia.

Penemuan artefak tanaman ini juga menunjukkan bila pelaut Pasifik telah tiba di Papua Barat pada 50-55 ribu tahun lalu. Mereka juga memperkenalkan pengolahan tanaman dan keterampilan maritim.

Diterbitkan dalam jurnal Antiquity, Dr Dylan Gaffney dari Sekolah Arkeologi University of Oxford menjelaskan Papua Barat adalah pintu gerbang para pelaut Pasifik. Dengan menyusuri jejak kehadirannya, akan ditemukan asal usul nenek moyang berbagai bangsa lebih jauh lagi.

"Memetakan penyebaran paling awal manusia (migrasi) ke Papua barat sangat penting dan membantu kita memahami dari mana nenek moyang wilayah yang lebih luas termasuk Australia, Selandia Baru, dan Hawaii," katanya dikutip dari laman Oxford.

Keadaan Indonesia di Masa Zaman Es

Meskipun wilayah Pasifik sangat penting bagi pergerakan populasi global, para ilmuwan belum bisa memastikan kapan dan dimana proses migrasi manusia purba terjadi. Diperkirakan saat migrasi terjadi, bumi tengah mengalami Zaman Es sehingga permukaan laut lebih rendah dan seluruh daratan terhubung.

Kala itu Indonesia masih menyatu dengan benua Asia wilayahnya disebut Sunda, sedangkan Australia disebut sebagai Sahul. Kedua wilayah ini masih berbentuk satuan daratan, meskipun banyak pulau di Asia Tenggara sudah berupa pulau dan tak terhubung di masa ini. Contohnya di Indonesia ada di wilayah Sulawesi atau Nusa Tenggara.

Persebaran Homo sapiens ke wilayah Asia diperkirakan terjadi dalam teori, yaitu:

  • Melalui jalur utara yang wilayahnya kini disebut dengan Kalimantan ke Sulawesi, Maluku, dan kemudian Papua Barat.
  • Melalui jalur selatan yakni melalui Jawa, bali, Flores, dan kemudian Australia.

Penelitian sebelumnya menetapkan bila pelaut tiba di Sahul (Australia) mungkin paling awal 65 ribu tahun yang lalu. Tetapi, arkeolog lain bersikeras bila proses menyebrang laut tidak mungkin terjadi hingga 50 ribu tahun yang lalu.

Akhirnya University of Oxford dan UGM melakukan penelitian di Pulau Waigeo, Papua Barat. Dahulu wilayah ini berada di lepas pantai Sahul Zaman Es.

Hasilnya teori migrasi manusia lewat jalur utara mulai terjawab dengan penemuan di situs gua besar bernama Malolo.

Penemuan di Gua Papua Barat

Malolo adalah sebuah gua besar berada di wilayah yang disebut peneliti sebagai Witanta. Penamaan Waitanta berasal dari kata Wai yang berarti air dan Tanta berarti membentang di depan mata.

Nama ini juga diambil dari gabungan pulai Waigeo dan Batanta yang dahulu terhubung menjadi satu selama Zaman Es terakhir. Namun setelah permukaan laut naik, Pulau Paleo terbagi menjadi serangkaian pulau-pulau yang lebih kecil termasuk Waigeo.

Di dalam Malolo ditemukan bukti langka tentang pemukiman dan perilaku manusia. Penemuan ini berbentuk tulang hewan dan artefak resin pohon persegi panjang kecil.

Ketika diteliti oleh akselerator radiokarbon Universitas Oxford, resin pohon ini memiliki usia 50-55 ribu tahun. Usia ini menjadikannya sebagai artefak tanaman tertua yang dibuat oleh manusia di luar Afrika.

Para peneliti yakin artefak tersebut diproduksi dalam proses bertahap. Dari memotong kulit pohon penghasil resin, membiarkannya mengeras, hingga dipatahkan sesuai bentuk yang diinginkan.

Profesor Daud Tanudirjo dari UGM menjelaskan penemuan ini menandakan bila manusia dari zaman ini sudah canggih. Karena mereka mampu merancang solusi kreatif untuk bertahan hidup.

"Penggunaan pemrosesan tanaman yang rumit menunjukkan bahwa manusia ini canggih, sangat mobile, dan mampu merancang solusi kreatif untuk hidup di pulau-pulau tropis kecil," katanya.

Temuan ini juga menjadi bukti kuat pertama terkait bagaimana manusia bermigrasi melalui rute utara ke wilayah Pasifik sebelum 50 ribu tahun yang lalu. Pulau-pulau Pasifik kecil yang ditumbuhi hutan hujan juga dinilai sebagai tempat penting untuk bermigrasi dan beradaptasi.

Bukti baru ini juga menunjukkan bila Homo sapiens yang tinggal di sepanjang rute utara adalah seorang pelaut terampil. Mereka mampu berpindah-pindah antar pulau bahkan mengembangkan pembuatan alat yang rumit dengan tanaman sebagai bahan utamanya.

Tim peneliti akhirnya melanjutkan penelitian terkait hal ini di Papua Barat. Penelitian ini besar karena mendapat dana dari National Geographic.

Bersama para peneliti berharap bisa memahami bagaimana manusia purba dapat beradaptasi dan hidup di wilayah Pasifik. Mereka juga ingin mencari tahu apa penyebab perilaku mereka bisa berubah sebagai respon terhadap perubahan iklim di masa lalu.


(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads