Terbentuknya kesadaran politik akan pergerakan nasional, maka tumbuh kesadaran untuk bersatu di kalangan pemuda dan pelajar Indonesia pada awal abad 20. Para pemuda yang telah berorganisasi lalu bergabung dalam satu wadah yakni Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada 1926.
Anggota PPPI berasal dari kalangan mahasiswa dan pelajar, khususnya dari Kota Jakarta dan bandung. Organisasi ini dirintis oleh Sugondo, Suwiryo, Suryono, dan Susalit.
Dikatakan dalam buku Sejarah untuk Kelas XI SMA Program IPS oleh Nana Supriatna, untuk merealisasikan persatuan dan kesatuan nasional, maka PPPI menyelenggarakan Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Kongres Pemuda II inilah diikrarkan Sumpah Pemuda. Apa tujuannya?
Tujuan Sumpah Pemuda
Dikutip dari buku Indonesiaku Bhinneka Tunggal Ika karya Isra Widya Ningsih, ada tiga tujuan Kongres Pemuda II yang kemudian dikenal sebagai tujuan Sumpah Pemuda, yaitu:
- Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia.
- Membicarakan beberapa masalah mengenai pergerakan pemuda Indonesia.
- Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan Indonesia.
Kongres Pemuda II: Kapan, di Mana, dan Apa yang Dibahas
Kongres Pemuda II berlangsung pada 27-28 Oktober 1928 dan diselenggarakan dalam tiga kali rapat di tiga gedung berbeda. Seperti ini rincian ketiga rapat tersebut, dikutip dari buku Makna Sumpah Pemuda oleh Sri Sudarmiyatun:
1. Rapat Pertama
Rapat pertama Kongres Pemuda II diselenggarakan pada Sabtu, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bondo (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng).
Pada sambutannya, Ketua PPPI Sugondo berharap kongres dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara kemudian dilanjutkan dengan uraian M Yamin mengenai arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurut M yamin, ada lima faktor yang dapat memperkuat persatuan Indonesia yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
2. Rapat Kedua
Rapat kedua Kongres Pemuda II dilaksanakan pada Minggu, 28 Oktober 1928 di gedung Oost-Java Bioscoop sekitar pukul 08.00-12.00. Rapat kedua membahas tentang masalah pendidikan.
Kedua pembicara yaitu Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat, anak harus memperoleh pendidikan kebangsaan dan harus juga ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah serta di rumah. Anak pun harus dididik secara demokratis.
3. Rapat Ketiga
Rapat ketiga juga diadakan pada Minggu, 28 Oktober 1928, tetapi diselenggarakan sekitar pukul 17.30-20.00. Rapat yang ketiga ini diadakan di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106 (sekarang Museum Sumpah Pemuda).
Pada rapat ketiga ini Sunario memaparkan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sementara, Ramelan mengemukakan bahwa gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional.
Menurutnya gerakan kepanduan sejak dini dapat mendidik anak-anak untuk disiplin dan mandiri. Ini merupakan hal-hal yang diperlukan dalam perjuangan.
Pada rapat ketiga inilah Sumpah Pemuda dibacakan dan lagu "Indonesia Raya" karya WR Supratman pertama kali diperdengarkan secara instrumental.
(nah/nwk)