Sejarah Pramuka di Indonesia, Dari Masa Penjajahan hingga Saat Ini

ADVERTISEMENT

Sejarah Pramuka di Indonesia, Dari Masa Penjajahan hingga Saat Ini

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 12 Agu 2024 16:00 WIB
Ilustrasi anak Pramuka
Siswa saat mengikuti kegiatan Pramuka. Foto: Pixabay/Jufri Derwotubun
Jakarta -

Hari Pramuka Nasional diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Tahun 2024 menjadi peringatan Hari Pramuka Nasional yang ke-63.

Menurut Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 104 Tahun 2024, tema Hari Pramuka Nasional 2024 adalah "Pramuka Berjiwa Pancasila Menjaga NKRI".

Hari Pramuka tentunya digelar untuk memperkokoh jiwa dan semangat anak muda dalam kepanduan. Juga, sebagai momen untuk mengenang perjuangan generasi sebelumnya dalam mempertahankan kepanduan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, gerakan kepanduan yang jadi cikal bakal Pramuka sempat dilarang pada masa penjajahan. Mengutip buku Tunas Mengenal Dunia Pramuka Indonesia oleh Kak Sam Rizky (2012), berikut penjelasan lengkapnya seputar sejarah Pramuka di Indonesia:

ADVERTISEMENT

Sejarah Lahirnya Pramuka di Indonesia

Lahir pada Masa Kolonial Belanda

Lahirnya gerakan kepanduan atau Pramuka di Indonesia tak bisa lepas dari kolonialisme. Saat Perang Dunia 1 pecah, Belanda mempunyai organisasi kwartir besar bernama Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).

Organisasi yang dibentuk pada 1916 tersebut ditujukan untuk pandu-pandu di wilayah Hindia-Belanda. Di Indonesia, Belanda punya organisasi serupa bernama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO).

Meski demikian, warga Indonesia awalnya tak diperbolehkan bergabung karena pihak Belanda takut organisasi dijadikan tempat menampung aspirasi. Pada tahun yang sama, Sultan Pangeran Mangkunegara VII menggagas berdirinya organisasi kepanduan.

Lalu, lahirnya Javanese Padvinders Organisatie (JPO). Organisasi inilah yang memprakarsai pemuda lain mendirikan gerakan kepanduan.

Pada 1918, muncul gerakan Padvinder Muhammadiyah. Selanjutnya pada 1920 organisasi ini berganti nama menjadi Hizbul Wathan (HW).

Organisasi pelajar pun tak ikut ketinggalan mendirikan organisasi kepanduan bernama Nationale Padvinderij tahun 1921. Lalu ada juga Syarikat Islam Afdeling Padvinderij yang didirikan oleh Syarikat Islam.

Gerakan kepanduan lainnya yang lahir pada masa itu adalah Nationale Islamitische Padvinderij (Natipij) oleh Jong Islamieten Bond (JIB), dan Jong Indonesisch Padvinderij Organisatie (Inpo).

Gelora anak muda dalam kepanduan semakin tinggi setelah peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Mereka menjadi lebih giat dalam melancarkan gerakan.

Dilarang pada Masa Penjajahan Jepang

Organisasi kepanduan sudah banyak muncul pada zaman penjajahan Belanda. Setelah Belanda mundur, dan Jepang berganti menguasai Indonesia, pergerakan anak muda mulai terhambat.

Pemerintah Jepang melarang pendirian organisasi kepanduan. Hal tersebut ditakutkan akan membuat masyarakat Indonesia semakin bersatu.

Sebagai gantinya, Jepang membentuk organisasi barisan pemuda yang dibentuk oleh militer Jepang (Seinendan), barisan penjaga keamanan (Keibodan), dan tentara sukarela Pembela Tanah Air (Peta).

Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia

Gerakan kepanduan sempat dilarang selama penjajahan Jepang. Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan, barulah organisasi kepanduan mulai aktif kembali.

Saat itu, beberapa tokoh berkumpul di Yogyakarta. Presiden Ir Soekarno memerintahkan untuk dibentuknya Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Digelarlah Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta pada 27-29 Desember 1945. Kongres berhasil membentuk organisasi kepramukaan satu-satunya se-Indonesia yakni Pandu Rakyat Indonesia.

Namun, resminya Pandu Rakyat Indonesia tetap tak diterima oleh Belanda yang kembali menyerang Indonesia pada 1948. Kondisi tersebut mendorong lahirnya lebih banyak gerakan kepanduan.

Misalnya Kepanduan Putera Indonesia (KPI). Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Para anggota kepanduan saat itu turut memberikan dedikasinya juga dalam memperjuangan kemerdekaan Indonesia.

Setelah kondisi Indonesia kembali aman dari penjajah, kongres ke-2 kepanduan digelar. Kongres II dilaksanakan di Yogyakarta pada 20-22 Januari 1950.

Hasil kongres memutuskan agar kelompok kepanduan yang sempat padam akibat Belanda untuk segera diaktifkan kembali. Perlahan, organisasi kepanduan di Indonesia bangkit kembali.

Kekuatan kepanduan di Indonesia semakin besar terlebih saat dibuatnya Ikatan Pandu Indonesia (Ipindo) pada 16 September 1951. Pada dua tahun kemudian, IPINDO resmi bergabung ke dalam anggota kepanduan dunia.

Pramuka Lahir dan Bertahan hingga Sekarang

Selain Ipindo, ada federasi besar pramuka lainnya yakni Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) dan Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo). Saking banyaknya anggota pramuka, kemudian tercetuslah organisasi gabungan bernama Perkindo.

Namun, karena di dalam Perkindo masih ada rasa golongan yang tinggi, pemerintah mulai menyorotinya. Hal tersebut dikhawatirkan akan dimanfaatkan oleh kelompok komunis dan sejenisnya.

Pada 9 Maret 1961 tokoh penting mulai dari presiden dan MPRS berkumpul untuk merundingkannya. Dari sana lahirlah Praja Muda Karana (Pramuka) sebagai bentuk organisasi kepanduan di Indonesia yang diakui negara.

Pembentukan Pramuka tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Keputusan berisi penetapan Pramuka sebagai satu-satunya kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak muda di Indonesia.

Kemudian, pada 30 Juli 1961 wakil organisasi kepanduan di Indonesia mengeluarkan pernyataan di Istana Olahraga Senayan. Momen tersebut menjadi awal meleburnya seluruh gerakan kepanduan di Indonesia dan diperingati sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Nah, itulah rentetan sejarah lahirnya Pramuka di Indonesia. Semoga jadi wawasan baru bagi detikers ya.




(cyu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads