Proses Perumusan Sumpah Pemuda: Sejarah dan Isinya

ADVERTISEMENT

Proses Perumusan Sumpah Pemuda: Sejarah dan Isinya

Bayu Ardi Isnanto - detikEdu
Minggu, 27 Okt 2024 11:45 WIB
Apa Saja Isi Sumpah Pemuda? Mari Simak Lagi Jelang 28 Oktober
Foto: Rachman Haryanto/detikcom
Jakarta -

Sumpah Pemuda menjadi hasil dari Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 yang memantapkan persatuan Indonesia. Namun perumusan Sumpah Pemuda tidak terjadi instan, melainkan berproses sejak Kongres Pemuda I dan melalui berbagai pendekatan.

Simak sejarah proses perumusan Sumpah Pemuda dan isinya seperti dirangkum dari buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional terbitan Museum Sumpah Pemuda dan buku Sejarah Indonesia Kelas XI: Sumpah Pemuda oleh Alin Rizkiyan Putra yang diterbitkan Kemdikbud.

Proses Perumusan Sumpah Pemuda

Meski proses perumusan Sumpah Pemuda terjadi pada Kongres Pemuda II, hal tersebut merupakan perjalanan panjang sejak 1908, yakni mulai tumbuhnya berbagai organisasi pergerakan pemuda di berbagai daerah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pemuda ini kemudian berinisiatif berkumpul untuk menyatukan pemikiran pada Kongres Pemuda I dan kemudian berlanjut di Kongres Pemuda II.

Kongres Pemuda I

Sejak berdirinya Budi Utomo tahun 1908, banyak bermunculan organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, dan sebagainya. Sudah ada berbagai upaya untuk menyatukan organisasi-organisasi tersebut, namun belum ada hasil optimal.

ADVERTISEMENT

Baru pada 1925, Mohammad Tabrani yang merupakan wartawan muda di Koran Hindia Baroe berhasil mengadakan Konferensi Organisasi Pemuda Nasional Pertama di Gedung Lux Orientis Jakarta. Dari situ muncul keputusan akan digelarnya Kerapatan Besar Pemuda (kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda I) pada 30 April hingga 2 Mei 1926 di Jakarta.

Kongres Pemuda I digelar dengan tujuan menggugah semangat kerja sama berbagai organisasi pemuda di Indonesia untuk mewujudkan persatuan Indonesia, di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia.

Beberapa tokoh menyampaikan gagasan dalam pidatonya. Salah satunya RM Noto Suroto yang mengatakan bahwa pembentukan kesatuan Indonesia sangat mungkin karena beberapa alasan:

  • Bangsa Indonesia sama-sama dijajah Belanda.
  • Indonesia adalah satu kesatuan budaya.
  • Dari bahasanya, Indonesia merupakan suatu kesatuan.

Kemudian Moh Yamin juga menyampaikan gagasannya mengenai bahasa persatuan yang akan digunakan. Dia menilai bahasa mungkin bisa digunakan adalah bahasa Melayu dan Jawa.

Namun kongres pertama ini belum menghasilkan persepsi yang sama. Masing-masing masih mempertahankan pendapatnya.

Kongres Pemuda II

Setelah kongres pertama, ada banyak peristiwa yang terjadi, antara lain digelarnya Kongres Jong Java pada Desember 1926 yang menyatukan tujuan mereka untuk mencapai Indonesia yang bersatu dan merdeka.

Pada 20 Februari 1927, para pelajar di Bandung membentuk Jong Indonesia yang tidak lagi bersifat kedaerahan, namun bersifat kebangsaan dan netral dari agama. Mereka lalu mengubah nama menjadi Pemoeda Indonesia untuk menghilangkan penggunaan bahasa Belanda. Mereka juga membiasakan rapat menggunakan bahasa Indonesia.

Kemudian muncul Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang cukup berpengaruh. Belum lagi Soekarno yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Semakin menguatnya rasa ingin bersatu membuat para para pemuda kembali ingin menggelar pertemuan besar. Para utusan dari masing-masing organisasi berkumpul untuk menentukan tanggal dan tempat.

Akhirnya diputuskan Kongres Pemuda II digelar pada 27-28 Oktober 1928 di beberapa gedung berbeda. Selaku Ketua Kongres adalah Soegondo Djojopoespito.

Tiga Rapat dalam Kongres Pemuda II

Ada tiga rapat yang digelar dalam dua hari. Rapat pertama diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Soegondo yang juga Ketua PPPI menyampaikan harapannya agar kongres tersebut bisa memperkuat semangat persatuan. Lima faktor yang dapat memperkuat persatuan adalah sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan tekad yang kuat.

Rapat kedua dilangsungkan di Gedung Oost-Java Bioscoop pada 28 Oktober 1928. Kali ini pembahasannya seputar pendidikan. Beberapa pembicara adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Mereka menginginkan agar pendidikan kebangsaan harus diberikan sejak dini.

Rapat ketiga sekaligus penutupan kongres diadakan di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106. Beberapa pembicara adalah Sunario yang menyampaikan pentingnya nasionalisme dan demokrasi yang mengiringi gerakan kepanduan. Ramelan juga mengatakan gerakan kepanduan tidak boleh dipisahkan dari pergerakan nasional dan harus ditanamkan sejak dini.

Pada waktu istirahat, WR Supratman meminta waktu untuk memperdengarkan lagu Indonesia Raya. Soegondo merasa senang tetapi juga khawatir akan membuat kongres dibubarkan Belanda. Akhirnya WR Supratman hanya memainkan lagu menggunakan biola tanpa syair.

Berdasarkan buku Sejarah Hukum Indonesia karya Sutan Remy Sjahdeini, para peserta meminta agar lagu dinyanyikan dengan syairnya. Theodera Athia Salim atau Dolly Salim, putri dari Agus Salim diminta melantunkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kali. Namun ada sedikit perubahan lirik, kata 'merdeka' diubah menjadi 'mulia' untuk menghindari polisi Belanda.

Isi Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II ditutup dengan pembacaan hasil keputusan. Keputusan tersebut selanjutnya dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Adapun isi Sumpah Pemuda yang disesuaikan dengan ejaan sekarang adalah sebagai berikut:

  • Pertama. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  • Kedua. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  • Ketiga. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Nah, itulah tadi proses perumusan Sumpah Pemuda yang melewati berbagai peristiwa panjang hingga menghasilkan satu kesimpulan di Kongres Pemuda II. Peristiwa tersebut kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda setiap 28 Oktober.




(bai/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads