Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda, Menandai Ikrar Persatuan Pemuda Indonesia

Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda, Menandai Ikrar Persatuan Pemuda Indonesia

Firga Raditya Pamungkas - detikBali
Jumat, 25 Okt 2024 06:30 WIB
ilustrasi peringatan Hari Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda. Foto: Freepik
Denpasar -

Pada 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah hari yang sangat bersejarah yang tonggak penting dalam berdirinya bangsa Indonesia. Pada peristiwa ini, para pemuda dari berbagai suku di Indonesia berkumpul dan melakukan ikrar bersama, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Salah satu momen penting dalam kongres ini adalah ketika W.R. Supratman mengiringi dengan biola, memainkan musik instrumental 'Indonesia Raya' untuk pertama kalinya.

Kongres Pemuda II berlangsung selama dua hari, yakni pada 27 dan 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928, menjadi momen dimana Sumpah Pemuda diikrarkan dan kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda setiap tahunnya, sejak 1959.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, bagaimana perjalanan Sumpah Pemuda hingga menjadi tonggak penting lahirnya bangsa Indonesia? Berikut sejarah singkat Sumpah Pemuda yang dirangkum dari berbagai sumber.

Sejarah Singkat Sumpah Pemuda

Dikutip dari situs Universitas Islam An Nur Lampung, Sumpah Pemuda muncul karena organisasi-organisasi kepemudaan dari berbagai daerah memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, yaitu memperjuangkan hak dan aspirasi rakyat Indonesia yang saat itu dijajah oleh Belanda.

ADVERTISEMENT

Beberapa organisasi tersebut antara lain Budi Utomo, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Pemuda Indonesia Sekar Rukun, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, serta perwakilan dari Tionghoa.

Sebelum berlangsungnya Kongres Pemuda II, para pemuda telah mengadakan pertemuan awal pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928 untuk membahas pembentukan panitia, susunan acara, waktu, tempat, serta biaya kongres.

Pertemuan tersebut dikenal sebagai Kongres Pemuda I. Pada saat itu, mereka menyepakati bahwa Kongres Pemuda II akan dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw.

Dikutip dari situs Universitas Insan Cita Indonesia, susunan panitia Kongres Pemuda II sebagai berikut :

1. Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
2. Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
3. Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
4. Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
5. Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
6. Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
7. Pembantu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
8. Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
9. Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)
10. Pencipta Lagu: Wage Rudolf Soepratman (Pencipta Lagu Indonesia Raya)

Dengan susunan panitia yang telah dibentuk, Kongres Pemuda II pun diselenggarakan.

Kongres Pemuda II (27 Oktober 1928)

Rapat pertama Kongres Pemuda II diadakan pada Sabtu, 27 Oktober 1928, bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Banteng). Rapat ini bertujuan untuk menjaga semangat para pemuda dan memperkuat persatuan di antara mereka.

Dalam rapat tersebut, dijelaskan pentingnya hubungan antara persatuan dan para pemuda sebagai upaya memperkokoh persatuan Indonesia. Sekretaris kongres yang juga perwakilan dari Jong Sumatranen Bond, Muhammad Yamin, menyampaikan lima faktor yang mendasari perlunya persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum, adat istiadat, dan kemauan.

Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928)

Rapat Kedua diadakan pada hari Minggu 28 Oktober 1928 bertempat di Gedung Oost-Java Bloscoop. Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro berpendapat bahwa anak-anak perlu memperoleh pendidikan yang menanamkan rasa kebangsaan, serta pentingnya keseimbangan antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan yang diberikan di rumah.

Selanjutnya, Soenario menekankan pentingnya nasionalisme dan demokrasi, serta peran gerakan kepanduan. Ramelan menambahkan bahwa gerakan kepanduan memiliki keterkaitan erat dengan pergerakan nasional, karena sejak dini gerakan ini mengajarkan disiplin dan kemandirian, yang merupakan aspek penting dalam upaya perjuangan.

Dalam rapat inilah ikrar pemuda dibacakan yang berbunyi sebagai berikut:

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh Firga Raditya Pamungkas peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads