Badai matahari atau badai geomagnetik adalah gangguan pada magnetosfer bumi yang disebabkan oleh coronal mass ejections (CME) atau lontaran massa korona dan angin matahari.
Mengutip Earth.com, NOAA memang mengeluarkan peringatan terjadinya badai geomagnetik yang signifikan pada 12 September dan berlanjut hingga 14 September 2024 lalu. Meskipun begitu sejak 16 September keadaan telah menjadi tenang, hanya beberapa solar flare yang dilaporkan.
Kendati demikian, badai matahari yang sempat terjadi tetap memiliki efek bagi bumi. Terutama terkait hadirnya cahaya utara.
Karena angin matahari yang berhembus membawa partikel bermuatan dari matahari yang berinteraksi dengan gas di atmosfer bumi. Akibatnya terpancar warna cahaya yang berada di sekitar Kutub Utara dan Selatan.
Biasanya, cahaya utara hanya dapat diamati dari daerah dalam oval aurora area yang meliputi wilayah Arktik Skandinavia, Rusia, Alaska, dan Kanda. Namun pada tahun ini, cahaya bisa terlihat ke 48 negara bagian bawah yang jauh dari oval aurora.
Sehingga bila pada bulan Mei 2024, orang-orang mengamati cahaya utara di Oklahoma dan Floridina. Di bulan November nanti, cahaya utara atau yang dikenal dengan aurora borealis bisa diamati lebih jauh hingga selatan Belanda.
Tentang Badai Matahari
Permukaan matahari merupakan lingkungan yang bergerak. Bintang paling terang di galaksi Bima Sakti ini bergerak melalui siklus matahari 11 tahun.
Ketika siklus ini berlangsung terjadi letusan radiasi dalam bentuk CME atau solar flare yang melesat keluar dari inti bintang. Solar flare memiliki frekuensi tinggi, intensitas besar, bergerak melintasi ruang angkasa, dan berinteraksi dengan magnetosfer bumi.
Interaksi ini tidak hanya menciptakan fenomena aurora borealis, tetapi juga menyebabkan pemadaman listrik dan radio. Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA sempat memberikan peringatan.
Menurut mereka, badai matahari memungkinkan terjadinya ketidakteraturan tegangan, satelit orbit bumi terhambat, hingga terjadi gangguan pada sistem navigasi satelit. Namun, bila kamu yang ingin memburu aurora borealis badan ini memberikan catatan.
Karena pada dasarnya aurora akan bisa terlihat dengan prediksi selama 30 menit. Hal itu bisa terjadi dengan catatan kondisi cuaca malam hari yang memungkinkan.
Badai geomagnetik terkuat yang pernah terjadi tercatat pada September 1859. Kala itu, matahari mengeluarkan semburan tingkat G5 dan menghasilkan cahaya utara yang terlihat dari Meksiko hingga Hawaii.
Kabarnya, cahaya ini begitu terang sehingga para penambang di Colorado mengira itu adalah matahari terbit. Selain itu penduduk New England mengaku bisa membaca setelah senja karena cahaya sangat terang.
Dampak Badai Matahari di Indonesia
Ramai menjadi perbincangan, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Setyoajie Prayoedhie menjelaskan Indonesia tak kena dampak apapun.
"Hal ini bisa terjadi karena wilayah Indonesia berada di garis ekuator atau khatulistiwa sehingga akan dilindungi oleh sabuk magnetosfer yang kuat," katanya dikutip dari arsip detikEdu.
Selain itu, BMKG juga mendapati status gangguan akibat badai magnet yang terdeteksi di Indonesia berskala kecil. Fenomena ini akan lebih berdampak ke negara-negara yang terletak di belahan bumi utara dan selatan.
(det/nwy)