Dampak semburan badai Matahari dahsyat pada Mei 2024 lalu ternyata luar biasa. Selain memunculkan aurora di luar kawasan Arktik, mengganggu mesin-mesin yang bergantung pada GPS, muncul juga 'sabuk radiasi ekstra' dari normalnya sabuk radiasi Van Allen.
Pada Mei 2024, Bumi dilanda badai geomagnetik terbesarnya dalam 21 tahun setelah rentetan badai Matahari menghantam Bumi. Dampaknya mengganggu magnetosfer dan melukis beberapa tampilan aurora paling luas dalam 500 tahun terakhir hingga gangguan geomagnetik juga menyebabkan mesin yang bergantung pada GPS tak berfungsi.
Diketahui, Bumi ini diselimuti plasmasphere hingga sabuk radiasi Van Allen untuk melindungi Bumi dari radiasi badai Matahari, sinar kosmik dan jenis partikel berenergi tinggi lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sabuk Van Allen, adalah sepasang sabuk radiasi permanen berbentuk donat yang membentang hingga 58.000 kilometer dari permukaan Bumi. Nah, para ilmuwan mendapati bahwa ada sepasang sabuk baru, bersifat temporer, di dalam area sabuk Van Allen. Dua sabuk baru itu terbentuk di ruang antara sabuk Van Allen bagian dalam dan sabuk Van Allen bagian luar. Dalam gambar di atas, sepasang sabuk radiasi baru itu ditampilkan dalam warna ungu.
Data dari Satelit yang Sempat Tak Berfungsi
Para ilmuwan mengambil kesimpulan setelah mengumpulkan data dari satelit Colorado Inner Radiation Belt Experiment (CIRBE) NASA yang sempat tak berfungsi saat terjadinya badai Matahari dahsyat pada Mei 2024 lalu. Satelit ini sempat rusak pada pertengahan April 2024 lalu.
Namun, pada 15 Juni 2024, wahana antariksa itu tiba-tiba hidup kembali dan melanjutkan pengukuran. Wahana antariksa seukuran kotak roti, yang dikenal sebagai CubeSat, dilengkapi dengan perangkat unik yang dapat mendeteksi partikel tertentu di dalam Sabuk Van Allen.
Fenomena dua pita baru di antara Sabuk Van Allen itu tidak terlihat dalam data dari wahana antariksa lain.
"Kami sangat bangga bahwa CubeSat kami yang sangat kecil membuat penemuan seperti itu," kata penulis utama studi Xinlin Li, seorang fisikawan antariksa dan insinyur kedirgantaraan di Universitas Colorado Boulder, dalam sebuah pernyataan NASA seperti dilansir dari Live Science.
Jika tidak pernah aktif kembali, para peneliti tidak akan menemukan sabuk proton baru.
"Ketika kami membandingkan data sebelum dan sesudah badai, saya berkata, 'Wah, ini sesuatu yang benar-benar baru,'" ucap Li.
Sepasang sabuk radiasi yang muncul di antara Sabuk Van Allen itu, disebut Li, bersifat hanya muncul sementara. Seperti struktur permanen Sabuk Van Allen, bagian terluar dari dua pita sementara sebagian besar berisi elektron, yang bergerak cepat dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Namun, sabuk sementara bagian terdalam berisi sejumlah proton yang mengejutkan, yang belum pernah terlihat di sabuk radiasi sementara lainnya sebelumnya
"Konfigurasi sabuk proton benar-benar menakjubkan," tambah Li.
Sabuk Radiasi Baru Temporer Kemungkinan Masih Ada
Sabuk radiasi sementara bukanlah hal baru. Setelah badai Matahari besar, partikel bermuatan sering terperangkap sementara di antara Sabuk Van Allen selama beberapa minggu. Namun, sabuk tambahan terbaru pada perisai radiasi Bumi telah bertahan lebih lama daripada kebanyakan. Hal ini kemungkinan karena intensitas badai matahari bulan Mei 2024.
Sabuk elektron terluar menghilang sekitar tiga bulan setelah badai, menyusul semburan lebih lanjut dari badai matahari besar pada bulan Juni 2024 dan lainnya pada bulan Agustus 2024.
"Namun, sabuk proton bagian dalam terbukti jauh lebih tangguh dan kemungkinan masih ada hingga saat ini," tulis perwakilan NASA.
Namun, sulit untuk memastikannya tanpa satelit CIRBE. Saat ini tidak jelas mengapa sabuk bagian dalam bertahan begitu lama. Bisa jadi karena konfigurasinya yang unik atau terkait dengan peningkatan jumlah badai Matahari selama solar maximum - fase paling aktif dari siklus matahari sekitar 11 tahun, yang secara resmi dimulai awal tahun lalu.
Studi ini telah terbit di Journal of Geophysical Research: Space Physics yang terbit pada 6 Februari 2025 dengan judul "A New Electron and Proton Radiation Belt Identified by CIRBE/REPTile-2 Measurements After the Magnetic Super Storm of 10 May 2024".
(nwk/twu)