Teknologi Zaman Perunggu Ini Disebut Bisa Mengurangi Emisi, Seperti Apa Bentuknya?

ADVERTISEMENT

Teknologi Zaman Perunggu Ini Disebut Bisa Mengurangi Emisi, Seperti Apa Bentuknya?

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Rabu, 07 Agu 2024 20:30 WIB
Asap mengepul di salah satu tempat pembuatan batu bata. Meski begitu, Para buruh tetap bekerja keras dalam menjalani pekerjaannya. Lihat nih.
Foto: Syed Mahmudur Rahman/Getty Images/Ilustrasi batu-bata yang sudah ada teknologi pembuatannya sejak Zaman Perunggu
Jakarta -

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki tujuan iklim emisi nol bersih pada 2050. Berbagai cara diupayakan masyarakat global dengan mengubah gaya hidup dan industri yang lebih ramah lingkungan. Namun, siapa sangka studi menemukan bahwa teknologi Zaman Perunggu justru bisa mengurangi emisi.

Menurut studi yang dipimpin Stanford University di PNAS Nexus, teknologi tersebut mampu memberikan solusi cepat dan murah untuk mencapai tujuan iklim emisi nol. Teknologi jelas bukan alat atau benda yang maju dan mutakhir seperti era saat ini, tapi berbentuk batu-bata.

Bagaimana bisa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi, teknologi berupa batu bata peninggalan Zaman Perunggu telah diteliti oleh para ilmuwan. Hasilnya, batu bata tersebut ternyata dapat menjadi pengganti listrik untuk mengurangi polusi udara, meminimalkan biaya, hingga dapat bermanfaat bagi operasional perusahaan.

Batu Bata Bisa Menyerap Panas

Menurut penelitian, teknologi batu bata ini melibatkan perakitan batu bata penyerap panas dalam wadah terisolasi. Batu bata ini terbuat dari bahan yang sama dengan batu bata isolasi yang melapisi tungku primitif dan tungku pembuatan besi ribuan tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

Untuk memaksimalkan penyimpanan panas sesuai tujuannya, bahan yang digunakan bukanlah batu bata osilasi, melainkan batu bata hasil kombinasi yang memiliki jumlah tertentu. Tempat batu bata tersebut dapat menyimpan panas yang dihasilkan oleh tenaga surya atau angin, yang nantinya dibutuhkan saat proses industri.

Panas yang disimpan dalam tempat batu bata dapat dilepaskan saat dibutuhkan dengan cara mengalirkan udara melalui saluran di tumpukan 'batu bata tahan api'. Batu bata tahan api ini memiliki kemiripan dengan konsep baterai. Namun tetap ada bedanya.

"Penyimpanan batu bata tahan api dan baterai memiliki perbedaan yang terletak pada komponen yang disimpan. Batu bata menyimpan panas, sedangkan baterai menyimpan listrik. Untuk biaya pun berbeda, batu bata sepersepuluh dari biaya baterai," ungkap Mark Z. Jacobson, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan di Stanford Doerr School of Sustainability and School of Engineering, dikutip dari Tech Xplore.

Manfaat Batu Bata untuk Menyimpan Energi

Menurut peneliti, banyak industri sebenarnya memerlukan panas bersuhu tinggi untuk kegiatan produksinya. Suhu ini harus setidaknya mencapai 1.300 derajat Celcius untuk memproduksi semen dan lebih dari 1.000 derajat Celcius untuk membuat kaca, baja, dan besi.

Faktanya, kini terdapat sekitar 17% dari seluruh emisi karbon dioksida di seluruh dunia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan panas bagi proses industri.

"Apabila kita dapat menyimpan energi yang paling mendekati penggunaannya, kita dapat mengurangi inefisiensi konversi energi. Artinya, jika kita memerlukan panas untuk industri, simpan dan batu bata tahan api," jelas Sambor, sarjana pascadoktoral di bidang teknik sipil dan lingkungan.

Dengan begitu, memungkinkan pabrik semen, kertas, baja, dan kaca beroperasi dengan energi terbarukan saat angin dan sinar Matahari tidak tersedia.

Manfaat Batu Bata Tahan Api

Bisa dikatakan, peneliti menyepakati bahwa batu bata tahan api ini dapat menjadi tawaran solusi energi terbarukan, terutama dalam skala yang besar.

"Studi kami meneliti transisi energi terbarukan berskala besar, dan batu bata tahan api ini menjadi bagian dari solusi," kata Jacobson.

Jacobson dan para rekan penelitiannya menemukan bahwa batu bata tahan api memiliki potensi transisi yang lebih cepat dan lebih murah ke energi terbarukan, dan itu berdampak baik terhadap kesehatan, iklim, pekerjaan, dan keamanan energi.

Baru-baru ini, sistem tersebut dikomersilkan oleh beberapa perusahaan untuk menyimpan panas industri atau energi termal. Hal ini mungkin berkaitan juga dengan efisiensi batu bata yang dapat memangkas biaya industri.

Para peneliti menemukan bahwa batu bata tahan api dapat memangkas biaya modal hingga 1,27 triliun dollar Amerika Serikat di 149 negara. Sekaligus dapat mengurangi permintaan energi dari jaringan dan kebutuhan kapasitas penyimpanan energi dari baterai.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads