Pembayaran non-tunai atau cashless telah menjadi tren dalam dunia transaksi beberapa tahun belakangan. Pembayaran ini dinilai lebih praktis karena lebih cepat dan tak perlu uang cetak. Tapi, benarkah lebih boros?
Secara umum, pembayaran cashless ini digunakan dengan digital banking atau aplikasi serupa. Ini bisa diakses dengan mudah dengan smartphone.
Menurut laporan CNBC Indonesia, yang dikutip Rabu (19/6/2024), Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi digital banking telah meningkat pada awal Januari 2024 dibanding tahun sebelumnya. Nominal transaksi uang elektronik (UE) meningkat 41,70% (year on year/yoy) menjadi Rp253,39 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tren ini pun menjadi sorotan di berbagai negara, tak hanya Indonesia. Salah satunya disorot oleh ilmuwan dari Universitas Adelaide di Australia.
Mereka meneliti tentang pembayaran non-tunai ini dan menemukan fakta tak terduga. Menurut penelitian, pembayaran dengan non-tunai ternyata bisa lebih boros. Apa alasannya?
Efek Non-Tunai Dalam Sebuah Pembayaran
Dalam studi yang diterbitkan di Journal of Retailing, peneliti menemukan bahwa metode pembayaran non-tunai, cenderung membuat individu mengeluarkan lebih banyak uang saat membeli.
"Penelitian tersebut menemukan dukungan terhadap adanya "efek non-tunai" yang positif, yaitu ketika konsumen membelanjakan lebih banyak uang saat menggunakan metode pembayaran non-tunai dibandingkan dengan uang tunai," ucap Lachlan Schomburgk, Mahasiswa Ph.D. Universitas Adelaide yang memimpin penelitian ini, dikutip dari phys.org.
Menurut studi, terdapat efek non-tunai yang menyebabkan orang mengeluarkan lebih banyak uang ketika membeli produk. Ini terutama yang biasanya digunakan untuk menandakan status, seperti perhiasan. Namun, efek ini tidak terlihat saat menyumbang atau memberi tip.
"Bertentangan dengan ekspektasi kami, kami menemukan bahwa pembayaran tanpa uang tunai tidak selalu menghasilkan tip atau donasi yang lebih besar, dibandingkan dengan uang tunai," imbuh Schomburgk, yang melakukan penelitian bersama Profesor Arvid Hoffmann dari Universitas Adelaide dan Dr. Alex Belli dari Universitas Adelaide Melbourne.
Cegah Boros dengan Uang Tunai
Schomburgk mengatakan, konsumen harus berhati-hati terhadap metode pembayaran yang mereka gunakan untuk membayar barang atau jasa. Karena hal ini dapat membantu mereka mengurangi pengeluaran.
Menurutnya, untuk mencegah pengeluaran lebih dari yang direncanakan, ia merekomendasikan konsumen untuk membawa uang tunai dibandingkan kartu non-tunai. Hal tersebut bisa dilakukan sebagai metode pengendalian diri.
"Saat menggunakan uang tunai, orang secara fisik menghitung dan menyerahkan uang kertas dan koin, sehingga membuat tindakan belanja menjadi lebih menonjol. Jika tidak ada yang diserahkan secara fisik, mudah untuk lupa berapa banyak yang dibelanjakan," ungkap Schomburgk.
Meski begitu, peneliti mengatakan juga bahwa transisi menuju masyarakat tanpa uang tunai sepertinya tidak bisa dihindari.
Hanya saja, dalam penelitian, ilmuwan mencoba melihat sisi lain yakni tentang bagaimana metode pembayaran memengaruhi perilaku belanja kita.
"Pemahaman ini dapat membantu memberdayakan kita untuk mengambil keputusan pembelian yang lebih tepat," tutur Schomburgk dalam studi tersebut.
Peneliti berharap bahwa para pengambil kebijakan harus berkomunikasi dengan individu yang tidak terbiasa dengan transaksi non-tunai, seperti orang-orang yang tidak memiliki rekening bank, tentang potensi metode non-tunai yang dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan.
Ke depan, Schomburgk mengatakan penelitian lebih lanjut penting dilakukan, karena kemajuan teknologi memunculkan metode pembayaran yang lebih baru.
"Baik layanan beli sekarang bayar nanti maupun pembayaran mata uang kripto memiliki beberapa fitur unik yang mungkin memiliki pengaruh menarik pada perilaku pembayaran," pungkasnya.
(faz/faz)