Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia Setelah Meninggal? Begini Penjelasan Ilmiahnya

ADVERTISEMENT

Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia Setelah Meninggal? Begini Penjelasan Ilmiahnya

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Senin, 03 Jun 2024 20:30 WIB
Ilustrasi jenazah
Tubuh manusia yang sudah meninggal menjalani proses penguraian dari beberapa minggu hingga beberapa tahun. Begini prosesnya. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Tubuh manusia yang sudah meninggal dapat memberi informasi tentang waktu kematian, cara meninggal, hingga lokasi kematiannya. Salah satu cara mengungkapkan informasi ini yakni dengan mengetahui proses yang terjadi pada tubuh manusia setelah meninggal.

Setelah kematian, tubuh terurai menjadi bahan organik yang lebih sederhana melalui proses biologis maupun kimia. Proses ini dapat berlangsung sampai bertahun-tahun lamanya. Tahapan dari proses tersebut bisa dijelaskan secara detail dengan sains.

Faktor Pembusukan Tubuh

Melansir BBC Science Focus, reaksi kimia dalam proses pembusukan jasad manusia makin cepat terjadi jika suhu sekitar naik. Sebaliknya, tubuh dapat awet lebih lama, ketika suhu di sekitarnya lebih dingin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, lamanya pembusukan juga dipengaruhi oleh kondisi penguburan di tanah. Insektisida dapat memengaruhi serangga enggan mendekati tubuh manusia sehingga proses penguraian juga tertunda beberapa waktu. Sedangkan jika dibiarkan tanpa dikubur, jasad bisa dihinggapi serangga dalam 10 menit setelah kematian.

Ini yang Terjadi pada Tubuh Manusia setelah Meninggal

Rigor mortis

Pada tahapan pertama ini, tubuh yang baru saja meninggal dunia masih belum mengalami pembusukan. Kondisi ini dapat berlangsung selama sepekan.

ADVERTISEMENT

Salah satu perubahan pertama yang terlihat adalah kemunculan pallor mortis. Kondisi tersebut terjadi ketika tubuh mulai pucat, lantaran kurangnya sirkulasi dan darah berhenti mengalir melalui kapiler. Pallor mortis biasanya dialami tubuh sekitar 15 menit setelah kematian.

Rigor mortis kemudian terjadi sekitar 2-6 jam setelah kematian. Sel rusak karena kekurangan oksigen dan nutrisi.

Protein tubuh pun rusak dalam proses proteolysis setelah kematian. Proses ini mengakibatkan badan yang sudah kaku menjadi lunak kembali. Diperkirakan, kekakuan tubuh saat rigor mortis akan berakhir 36 jam setelah kematian.

Kembung

Selanjutnya adalah tahapan saat perut menjadi kembung. Pada tahap ini, bakteri di usus tidak bisa lagi dikendalikan sehingga mulai berproduksi, dan memakan tubuh manusia.

Menurut studi yang dilakukan oleh tim The Human Microbiome Project (HMP), dalam tahapan kedua setelah meninggal dunia, bakteri di usus membutuhkan waktu sekitar 58 jam untuk menyebar ke hati, limpa, jantung, hingga otak.

Tersebarnya bakteri usus ke tubuh membuat rongga perut kembung. Bagi jasad di wilayah beriklim sedang, perut kembung akan terjadi setelah 2-3 hari.

Kulit Mengelupas

Penumpukan gas akibat penyebaran bakteri membuat tekanan di dalam tubuh meningkat. Akibatnya, cairan di antara lapisan kulit terdorong dan membuat lapisan kulit luar mengelupas.

Marbling

Hemoglobin yang kekurangan oksigen pengikat lantas mengikat kandungan sulfur dalam jasad setelah meninggal. Proses ini membuat pembuluh darah tampak dari luar kulit seperti terisi cairan hitam kehijauan.

Lepasnya Organ

Organ pada jasad kemudian mencair. Peningkatan tekanan dalam rongga tubuh membuat organ dan cairan tubuh keluar lewat celah-celah yang ada. Contohnya, organ mata dapat terlepas dari lubangnya dan badan dapat mengalami letusan pada proses ini.

Belatung Muncul

Bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasad menarik perhatian serangga seperti lalat. Hewan ini nantinya bertelur di tubuh maupun lubang-lubang yang ada. Belatung mendapat nutrisi dari daging dan organ yang tersisa.

Serangga Berkumpul

Serangga lain termasuk kumbang juga berkumpul di sekitar jasad. Hewan-hewan kecil pemakan bangkai juga bantu proses penguraian tubuh dengan memakan daging yang melekat di tulang.

Skeletonisasi

Skeletonisasi terjadi saat jaringan lunak hilang sepenuhnya. Fase ini menyebabkan pemutihan dan pengelupasan tulang. Proses ini dimulai sekitar sembilan bulan setelah terpapar lingkungan.

Faktor lingkungan seperti angin, hujan, erosi dan abrasi akhirnya membuat tulang mengalami disartikulasi selama bulan-bulan, maupun beberapa tahun setelahnya. Disartikulasi adalah proses putusnya anggota tubuh dari tubuh, khususnya melalui sendi-sendi tulang.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads