Jika Astronaut Meninggal di Ruang Angkasa, Apa yang Terjadi pada Tubuhnya?

ADVERTISEMENT

Jika Astronaut Meninggal di Ruang Angkasa, Apa yang Terjadi pada Tubuhnya?

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Jumat, 23 Feb 2024 20:30 WIB
Spacewalk Keren
Astronaut melakukan spacewalk. Foto: NASA
Jakarta -

Setidaknya 21 orang tercatat telah meninggal di ruang angkasa sepanjang sejarah. Apa yang terjadi pada tubuh jika meninggal di ruang angkasa?

Jimmy Wu, kepala insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College of Medicine, Texas, menjelaskan proses dekomposisi tubuh manusia di ruang angkasa akan sangat berbeda dibandingkan dengan di Bumi. Seperti apa?

Pengaruh Radiasi dan Suhu pada Jenazah di Ruang Angkasa

Wu menjelaskan, Kondisi hampa udara tekanan rendah di ruang angkasa membuat segala cairan dari permukaan tubuh akan langsung berubah menjadi gas, termasuk cairan di kulit, mata, mulut, telinga, hingga paru-paru, dilansir Live Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Radiasi yang kuat di ruang angkasa juga dapat mempercepat proses dekomposisi tubuh. Radiasi ini bisa memecah ikatan karbon dalam tubuh, menyebabkan kulit dan otot mengalami degradasi.

Sementara itu, suhu ruang angkasa yang sangat rendah juga akan mempengaruhi tubuh manusia. Sisa air dalam tubuh kemungkinan besar akan membeku, membentuk kondisi yang mirip dengan tubuh mumi. Wu menggambarkan tubuh yang terdehidrasi dan terdekomposisi kemungkinan akan terlihat mengerut.

ADVERTISEMENT

Dekomposisi oleh Bakteri

Bakteri dalam tubuh jenazah di ruang angkasa juga segera melakukan tugas dekomposisi segera setelah seseorang meninggal. Studi International Space Station (ISS) menunjukkan bakteri bisa hidup di ruang angkasa hingga 3 tahun.

Suhu tinggi di ruang angkasa juga dapat mempercepat penguraian jenazah. Suhu di ruang angkasa bisa menjadi panas kendati lazim dikenal sangat dingin. Suhu di permukaan Stasiun Ruang Angkasa Internasional sendiri berkisar 200 C hingga 200 C.

Risiko Jenazah Sebabkan Tabrakan di Ruang Angkasa

Myles Harris, mahasiswa doktoral di University College London Institute for Risk and Disaster Reduction menjelaskan jenazah harus diletakkan dengan hati-hati di ruang angkasa. Sebab, jenazah berisiko bertabrakan tidak hanya dengan puing-puing ruang angkasa, tetapi juga pesawat ruang angkasa dan satelit.

Agar tidak bertabrakan dan menyebabkan bahaya, Badan Aeronautika dan Ruang Angkasa Nasional AS (NASA) merekomendasikan para astronaut yang masih hidup untuk terbang lebih jauh. Jenazah rekannya lalu diletakkan di area luar orbit planet.

Jika tidak, jenazah yang dikeluarkan dari pesawat ruang angkasa akan masuk orbit. Jenazah tersebut akan terbawa sesuai arah peletakannya sampai menabrak objek ruang angkasa lain.

Jenazah yang tidak bertabrakan sendiri pelan-pelan akan tertarik ke arah Bumi akibat gaya gravitasi. Kondisi ini terutama terjadi jika lokasi kematian kurang dari 2.000 km dari Bumi. Kemungkinan, jenazah tersebut dapat kembali masuk ke atmosfer dan terbakar sebelum mencapai tanah.

Opsi Pengawetan Jenazah

Selain itu, NASA juga tengah mengembangkan teknologi kantong jenazah yang dapat mengawetkan sisa-sisa tubuh di dalam pesawat antariksa selama beberapa jam hingga beberapa hari. Namun, dengan semakin jauhnya jarak penerbangan antariksa dari Bumi, perlu dipersiapkan juga prosedur untuk mengatasi kematian di ruang angkasa.

Kendati tidak diinginkan, Harris mengatakan ada saja kemungkinan meninggal di ruang angkasa. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tubuh manusia terdekomposisi di ruang angkasa, manusia dapat mengembangkan teknologi dan prosedur yang tepat untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan para astronaut di masa depan.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads