Plastik kini menjadi salah satu sumber polusi yang terus berkembang dan bisa menjadi bencana untuk lingkungan. Polimer sintetik kuat yang membentuk plastik membuatnya tidak mudah terurai dalam jangka waktu tertentu.
Tidak hanya yang terlihat mata, nyatanya ada bahaya lebih besar dari plastik dan telah luput dari mata manusia. Bahaya ini adalah mikroplastik dan nano plastik sebuah serpihan plastik kecil yang dapat menyusup ke berbagai ruang-ruang termasuk ke dalam tubuh dan sel manusia.
Pada dasarnya, para ahli telah meyakini bila plastik berukuran nano dan mikro tersebar di sekitar manusia. Tetapi hal ini sangat sulit dideteksi karena satu pecahan plastik berukuran 100 nanometer atau kurang dari 1/100 lebar rambut manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhirnya sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Science melaporkan teknik pendeteksian musuh kecil nan berbahaya ini. Para peneliti menemukan bila rata-rata 240 ribu partikel plastik hadir di 1 liter air kemasan yang dijual bebas!
Jumlah ini dilaporkan lebih besar dari yang sebelumnya dan menjadi bukti bila mikro-nano plastik hadir secara nyata di kehidupan kita.
Dampak Plastik Bagi Tubuh Manusia
Mikro dan nanoplastik bisa datang dari mana saja, seperti karpet sintetis, wadah plastik, dan berbagai benda plastik lainnya. Setiap kita bergesekan dengan benda plastik ribuan serutan mikro dan nanoplastik tanpa terlihat 'dimuntahkan' ke udara.
Semua kotoran itu bisa dihirup dan masuk ke saluran air, berlanjut ke paru-paru dan berakhir di perut melalui makanan atau minuman. Dampaknya pada tubuh juga menimbulkan kekhawatiran.
Nanoplastik buatan laboratorium dapat memperburuk sistem kekebalan sehingga sel-sel target menjadi rusak. Ketika dilakukan eksperimen pada tikus, nanoplastik meningkatkan risiko penyakit Parkinson yang mengganggu perkembangan hingga otak janin dan menimbulkan kerusakan.
Tidak hanya satu, faktanya jenis plastik yang digunakan di dunia sangat beragama dan dampaknya mungkin akan lebih kompleks.
Luput dari Penelitian
Nanoplastik menjadi satu hal yang telah lama luput dari penelitian karena ukurannya sangat kecil. Hingga akhirnya Wei Min, penulis studi yang merupakan ahli kimia di Universitas Columbia menemukan teknik mutakhir.
Teknik ini disebut Raman Scattering microscopy yang melibatkan dua laser. Keduanya diarahkan ke sampel mikro dan nanoplastik yang berserakan. Karena laser ini, atom-atom dalam plastik akan beresonansi.
Cukup rumit, peneliti akhirnya mengambil sampel dari tanda energi yang sesuai dengan getaran atom untuk mengidentifikasi jenis polimer yang ada. Dari sampel ini juga bisa ditentukan ukuran dan bentuk pecahan plastik yang telah dihamburkan oleh cahaya.
Seluruh proses penelitian memakan waktu sekitar dua jam per sampel. Hal ini dinilai Min sepuluh kali lebih cepat dibandingkan memakai metode lainnya. Usut punya usut, Min adalah salah satu penemu teknik baru ini. Ia juga menggunakan teknik yang sama pada penelitian di tahun 2008.
Untuk menguji kemampuan teknik baru dalam mendeteksi nanopartikel, Min dan rekan-rekannya menggunakan air kemasan. Sebelumnya, sebuah studi pada 2018 yang dipimpin peneliti dari Pennsylvania State University Sherri Mason menemukan bila 1 liter air kemasan mengandung 10 ribu partikulat plastik dengan ukuran 6,5 mikrometer atau lebih besar.
Namun, teknik baru Min mencapai hasil yang mencengangkan. Ia menemukan setiap 1 liter air dalam kemasan memiliki 10 kali lebih banyak flek atau sekitar 110 ribu hingga 370 ribu partikel. Menyeramkannya 90 persen bintik partikel itu adalah nanoplastik.
"Sekitar 10 persen partikel yang terdeteksi berasal dari tujuh plastik biasa dan 90 persen lainnya polimer yang tidak teridentifikasi," ujarnya dikutip dari Smithsonian Magazine.
Tidak selalu sama, berbagai jenis plastik dalam air kemasan memiliki bentuk, ukuran dan asal yang berbeda-beda. Naixin Qian, rekan Min mencontohkan jenis plastik polietilen tereftalat (PET) yang terdeteksi dalam air bisa berasal dari botol kemasan yang sering kali terbuat dari PET.
Sedangkan nanoplastik yang lebih kecil mungkin terbentuk pada tahap awal produksi air dan selanjutnya terdisintegrasi di poses selanjutnya. Qian juga menemukan jenis plastik poliamida dan polistiren yang umumnya digunakan sebagai bahan membran untuk menyaring air di instalasi proses pengolahan.
Teknik pada studi terbau ini membuka pintu untuk mempelajari mikro dan nanoplastik di kehidupan manusia. Para peneliti berharap studi ini bisa digunakan untuk panduan untuk pengurangan mikro dan nanoplastik dalam proses pengolahan air.
Mereka juga kan menggunakan teknik yang sama untuk mempelajari jejak polusi plastik lainnya. Tujuan paling penting adalah mereka ingin memulai studi tentang toksisitas untuk memahami bagaimana plastik berukuran nano dapat mempengaruhi sel dan genetik pada makhluk hidup.
Berbagai impian itu akan segera tercipta dengan banyaknya ratusan permintaan kolaborasi dari kelompok peneliti di seluruh dunia. Meski begitu yang harus ditekankan adalah plastik berukuran sangat kecil ini ada di mana-mana dan dampak yang ditimbulkan pada kesehatan manusia juga bisa mengancam generasi mendatang.
Meski tak kasat mata, perlunya langkah tegas dan komprehensif untuk mengatur penggunaan plastik. Tentunya hal ini hanya bisa dilakukan oleh pihak yang berwenang seperti pemerintah negara.
(det/faz)