Sampah plastik bisa terbawa hingga lintas batas. Sebagai contoh, lebih dari setengah sampah plastik di sungai utama Jawa dan Bali akan terdampar di tempat yang tidak terlalu jauh dari muara sungai. Sisanya kemudian bergerak ke pesisir yang lain.
Hal ini diungkap melalui orasi pengukuhan profesor riset Muhammad Reza Cordova dengan kepakaran pencemaran laut.
"10-20% sampah plastik bisa bergerak sampai ke Samudra Hindia, bahkan dalam waktu kurang lebih 1 tahun sampah plastik Indonesia akan ditemukan di pantai Afrika Selatan dan berpindah posisi ke Samudra Atlantik," ungkap Reza Cordova dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset disiarkan melalui YouTube BRIN, Kamis (25/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza menyebut permasalahan sampah plastik yang masuk ke perairan pesisir dan laut semakin besar karena sampah plastik akan terpapar oleh radiasi ultraviolet, gaya mekanik, reaksi oksidasi, dan hidrolisis, serta biodegradasi karena peran mikroba di alam yang membuat ukuran sampah plastik tersebut ukurannya semakin mengecil. Pada kesempatan ini, Reza turut mengungkap jumlah plastik yang bocor melalui sungai lebih kecil daripada model secara global, antara 8-20 kali lebih rendah.
"Contohnya yang kami temukan di 9 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta, Sungai Citarum yang bermuara ke Pantai Utara Jawa, Sungai Cimandiri yang bermuara ke Pantai Selatan Jawa," ujarnya.
Dia menegaskan temuan ini menggambarkan pentingnya data lapangan untuk memvalidasi data model yang dibuat.
"Namun demikian jumlah yang lebih kecil tersebut tetaplah besar dan tetap harus mendapatkan perhatian yang lebih baik karena sampah plastik dapat mengancam wilayah Indonesia bahkan hingga lintas batas administrasi dan juga lintas negara," imbuhnya.
Lantas, untuk memitigasi pencemaran sampah plastik di lautan diperlukan investasi antara Rp 16-30 triliun. Menurut Reza, jumlah ini memang tidak sedikit, tetapi apabila dibandingkan kerugian per tahun, jauh lebih kecil.
"Berdasarkan perhitungan, prioritas mitigasi pencemaran sampah plastik di laut berupa peningkatan layanan pengumpulan sampah yang ditambah implementasi dari material recovery facilities dan extended producer responsibility akan mengurangi total sampah plastik yang bocor ke lingkungan laut sebesar 62 persen," jelasnya.
"Untuk mewujudkan target-target tersebut hingga tahun 2025, perlu investasi antara Rp 16-30 triliun. Jumlah yang memang tidak sedikit. Namun, jika dibandingkan dengan kerugian yang mungkin timbul akibat sampah plastik dan merugikan sektor maritim, sektor kelautan, dan perikanan sebesar Rp 250 triliun per tahun, angka investasi tersebut tergolong pada nilai yang relatif kecil," lanjut Reza.
(nah/pal)