Kecerdasan seseorang terutama dalam hal kemampuan kognitif bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dua di antaranya adalah faktor lingkungan dan genetik. Lantas mana yang dominan?
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa beberapa kemampuan kognitif ternyata didapatkan dari lingkungan daripada genetik. Studi fokus menganalisis metakognisi dan mentalitas tentang pemahaman dan pengendalian proses kognitif seseorang dan mengenali emosi orang lain.
Metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang proses kognitif seperti persepsi, perhatian, ingatan, bahasa, perencanaan dan kemandiriannya untuk mencapai tujuan tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara mentalitas menggambarkan proses mengenali dan memahami keadaan mental seperti emosi dan sikap, baik dalam diri maupun orang lain.
Bukti Faktor Lingkungan Lebih Memengaruhi Kemampuan Kognitif Seseorang
Penelitian terbaru ini melibatkan 57 pasang kembar identik dewasa dan 48 pasang kembar fraternal dari Beijing Twwin Study. Ini juga mencakup data ekstensif seperti gambar otak dan psikologis, informasi genetik pada saudara kembar.
Saudara kembar tersebut melakukan tugas-tugas yang berhubungan metakognisi, dengan mengamati sekumpulan titik-titik yang bergerak di layar dan membuat penilaian perseptual arah titik-titik tersebut.
Selain itu, mereka juga diminta untuk tugas-tugas yang berhubungan mentalitas seperti menilai kepercayaan diri dan keputusan mereka, serta mengevaluasi kepercayaan diri saudaranya dalam mengambil keputusan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa saudara kembar yang memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan pendapatan keluarga yang lebih tinggi memiliki hasil yang sama satu sama lain, terlepas dari apakah mereka kembar identik atau bersaudara.
"Temuan kami menekankan bahwa faktor lingkungan keluarga yang sama, seperti pengasuhan orang tua dan transmisi nilai-nilai budaya, kemungkinan besar memainkan peran penting dalam membentuk representasi kondisi mental dalam metakognisi dan mentalisasi," kata penulis senior dan penulis korespondensi Xiaohong Wan dari Beijing Normal University di Cina, dikutip dari Neuroscience.
Pentingnya Metakognisi Dalam Pembelajaran di Sekolah
Dikutip dari jurnal yang berjudul "Hubungan Keterampilan Metakognisi dengan Peningkatan Hasil Belajar" oleh Andri Tenri, metakognisi berkembang seiring usia dan dipengaruhi juga oleh latihan.
Interaksi satu sama lain dapat memberikan stimulus yang diperlukan oleh individu untuk menyadari proses kognitif mereka.
Metakognitif mengenai dasar dari inteligensi dan kognisi individu dibentuk di awal masa kanak-kanak melalui interaksi sosial, yang selanjutnya dapat mempengaruhi pembelajaran di masa mendatang.
Hal ini dapat diilustrasikan melalui contoh seorang siswa yang sedang melakukan persiapan untuk menghadapi ujiannya.
Selagi siswa mempersiapkan ujiannya, dia perlu untuk mengevaluasi dirinya, seberapa baik materi-materi yang telah dipelajarinya dan mengarahkan waktu serta perhatiannya untuk mempelajari materi-materi yang belum dikuasainya.
Untuk itu, keterampilan ini perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran. Jika berhasil mengembangkannya maka siswa tersebut terlatih untuk selalu merancang strategi terbaik dalam memilih, mengingat, mengenali kembali, mengorganisasi informasi yang dihadapinya, serta dalam menyelesaikan masalah.
(faz/faz)