.webp)
Sebuah survei menemukan bahwa generasi Z atau Gen Z memiliki pandangan tersendiri terhadap kebahagiaan. Gen Z memandang, ada beberapa hal yang membuat mereka bahagia. Apa saja?
Survei tersebut dilakukan oleh pakar kebahagiaan dari Harvard University, Arthur C. Brooks, bekerja sama dengan Gallup dan Walton Family Foundation. Tim mensurvei lebih dari 2.000 Generasi Z berusia 12 hingga 26 tahun, untuk melihat lebih dekat apa yang membuat mereka bahagia.
Pakar menemukan, 73 persen Gen Z menganggap diri mereka sangat bahagia atau agak bahagia. Namun, hal tersebut berubah ketika mencapai usia 18 ke atas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika Gen Z mencapai usia dewasa, 18 tahun ke atas, kita melihat perbedaan yang cukup besar dalam kebahagiaan," kata Zach Hrynowski, tim survei dan peneliti senior di Gallup, dikutip dari CNBC.
Ia menemukan bahwa selepas usia 18, Gen Z mengalami penurunan perasaan bahagia. Hal ini berkaitan dengan pandangan yang berubah seperti hidup mereka penting dan perlu memiliki arah.
Banyak Gen Z Tidak Tahu Apakah Rutinitas Sehari-hari Mereka Penting atau Tidak
Menurut survei hal utama yang memengaruhi kebahagiaan Gen Z adalah memiliki tujuan. Terutama tentang rasa memiliki tujuan di tempat kerja atau sekolah.
Di sisi lain, survei juga menemukan bahwa 43% dan 49% Generasi Z tidak merasa apa yang mereka lakukan setiap hari itu menarik, penting, atau memotivasi.
Dalam hal ini, Brooks menyarankan agar kebahagiaan tak hanya digantungkan ke satu hal, melainkan bisa empat hal. Kemudian, salah satu bidang tersebut adalah pekerjaan yang bermakna.
Ia mendorong orang untuk memprioritaskan pekerjaan yang membuat mereka merasa puas, meskipun itu bukanlah pekerjaan dengan gaji tertinggi.
Baca juga: Biaya Mahal, 31% Gen Z Pilih Tak Kuliah |
4 Hal yang Memengaruhi Kebahagiaan Gen Z
1. Tujuan dan makna
Tujuan terhadap apa yang Gen Z lakukan setiap hari, menjadi pengaruh penting dalam kebahagiaan mereka. Misal, apakah pembelajaran atau pekerjaan itu bermakna atau tidak, bisa memengaruhi Gen Z.
2. Kebutuhan dasar dan keamanan
Menurut Brooks, kebutuhan dasar seperti tidur dan relaksasi dianggap memiliki pengaruh besar terhadap kebahagiaan atau tidaknya Generasi Z.
3. Emosi negatif dan tekanan sosial
Brooks juga menerangkan bahwa Gen Z cenderung tidak suka dirinya dibandingkan dengan orang lain. Mereka juga akan merasa kurang positif saat membandingkan dirinya dengan orang lain.
4. Koneksi sosial yang positif
Interaksi tatap muka baik, seperti berkumpul bersama teman atau nongkrong, ternyata bisa memengaruhi kebahagiaan Gen Z.
"Hal penting yang dapat diambil dari survei ini adalah bahwa Generasi Z yang paling bahagia setidaknya dua kali lebih mungkin mengatakan bahwa mereka sering merasa dicintai, didukung, dan terhubung dengan orang-orang di sekitar mereka," kata Hrynowski.
Dalam hal ini, laporan mengindikasikan bahwa media sosial mungkin berkontribusi terhadap hal-hal yang terjadi dengan perasaan Gen Z. Saat ini, Gen Z dapat memiliki banyak koneksi dengan teman sebaya mereka secara daring, tetapi banyak di antara mereka yang kurang mendalaminya.
"Koneksi-koneksi tersebut, terutama di media sosial, [Brooks] menyebutnya sebagai makanan ringan dari koneksi sosial," imbuh Hrynowski.
"Sama seperti junk food, Anda bisa memakannya, Anda akan merasa kenyang selama 10 [hingga] 15 menit, tetapi kalorinya kosong, dan Anda merasa tidak puas dengan cara yang Anda butuhkan dalam hal koneksi sosial yang tulus," lanjutnya.
Maka itu, pakar menyarankan, penting bagi Gen Z untuk untuk tidak bergantung pada media sosial dalam berinteraksi dengan teman-teman mereka.
"Orang-orang yang menghabiskan lebih banyak waktu secara langsung dengan teman-teman dan orang-orang yang mereka cintai, cenderung merasa puas dalam jangka panjang," pungkas Hrynowski.
(faz/pal)
