3 Faktor Ini Bisa Menurunkan IQ Anak, Lingkungan Keluarga Berpengaruh?

ADVERTISEMENT

3 Faktor Ini Bisa Menurunkan IQ Anak, Lingkungan Keluarga Berpengaruh?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 13 Jan 2025 12:30 WIB
Ilustrasi ibu dan anak
Foto: Getty Images/AsiaVision/Ilustrasi ibu dan anak
Jakarta -

Intelligence Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual sering dijadikan acuan bagi seseorang dari usia anak-anak. Namun, tahukah detikers ternyata ada beberapa faktor yang bisa menurunkan IQ anak?

IQ adalah salah satu dari berbagai jenis kecerdasan yang diukur berdasarkan kemampuan tertentu. Skor IQ biasanya dijadikan tes di beberapa jenjang pendidikan untuk mengukur kemampuan anak.

Secara umum, IQ mengukur kemampuan individu berpikir secara abstrak, memecahkan masalah dengan memanfaatkan simbol-simbol secara verbal, dan kemampuan belajar individu, serta kemampuan menyesuaikan diri terhadap pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengukurnya digunakan tes intelegensi umum (General Ability Test) yang terdiri atas soal-soal berpikir di bidang penggunaan bahasa, manipulasi bilangan, dan pengamatan ruang.

Selain itu, digunakan tes intelegensi khusus (Specific Ability Test/Specific Aptitude Test) yang terdiri atas soal-soal yang terarah untuk menyelidiki bakat khusus di bidang tertentu.

ADVERTISEMENT

Dalam hal ini, ternyata ditemukan beberapa faktor yang bisa memengaruhi IQ anak. Apa saja faktor tersebut?


Faktor-faktor yang Bisa Menurunkan IQ Anak


1. Faktor Lingkungan

Sebuah studi yang dipublikasikan di Industrial Psychiatry Journal pada Juli-Desember 2016 oleh Archita Makharia dan kawan-kawan meneliti keterkaitan antara berbagai faktor yang bisa memengaruhi IQ anak.

Mereka melibatkan 1.065 siswa sekolah di India berusia 12-16 tahun yang berasal dari kota besar, kota biasa, dan desa, dengan penelitian berbasis kuesioner multisenter.

Hasilnya, ditemukan bahwa berbagai faktor lingkungan seperti tempat tinggal, latihan fisik, pendapatan keluarga, dan pekerjaan serta pendidikan orang tua sangat memengaruhi IQ seorang anak, demikian dilansir PubMed Central.

Dalam studi, peneliti menemukan bahwa tempat tinggal yang lebih layak di India menunjukkan IQ anak yang lebih baik. Hal ini juga termasuk faktor kebiasaan aktivitas fisik yang lebih tinggi bagi anak-anak dari kota dalam survei tersebut.

Ini mengindikasikan bahwa lingkungan yang kurang layak bagi tumbuh kembang anak serta kebiasaan aktivitas fisik yang minim, bisa membuat IQ anak lebih rendah, dibandingkan dengan lingkungan yang sebaliknya.

Selain itu, studi juga mengungkapkan bahwa faktor latar pendidikan orang tua juga memengaruhi IQ anak. Dalam studi, ditemukan orang tua yang memiliki pendidikan dengan jenjang yang tinggi memiliki anak dengan IQ yang lebih tinggi.

2. Paparan Bahan Kimia

Dalam studi yang terbit di PLOS One pada 10 Desember 2014 oleh Pam Factor-Litvak dan kawan-kawan, ditemukan bahwa bahan kimia yang banyak terkandung dalam produk rumah tangga dapat merusak IQ anak.

Peneliti mengungkapkan bahwa wanita yang terpapar sejumlah besar bahan kimia yang disebut "di-n-butil ftalat" dan "di-isobutil ftalat" dalam tubuhnya selama kehamilan, akan melahirkan anak-anak yang memiliki nilai IQ jauh lebih rendah.

Mereka melakukan penelitian ini terhadap kesehatan 328 ibu di perkotaan dan anak-anak mereka. Para ilmuwan mengukur bahan kimia tersebut dengan melihat jumlah ftalat yang ada dalam urin ibu pada trimester ketiga.

Kemudian, tes IQ diberikan kepada anak-anak ketika mereka berusia 7 tahun. Tes tersebut mengevaluasi seberapa cepat seorang anak memproses informasi, bagaimana mereka menggunakan penalaran persepsinya, bagaimana anak tersebut menggunakan memori kerjanya, dan tes tersebut menguji pemahaman verbal mereka.

Hasilnya, studi menemukan bahwa pada usia 7 tahun, anak-anak yang terpapar lebih banyak bahan kimia ini memiliki IQ enam poin lebih rendah dibandingkan anak-anak yang terpapar bahan kimia dalam jumlah lebih rendah.

"Kami sedikit terkejut dengan besarnya penurunan IQ. Penurunan IQ dapat mengubah potensi keberhasilan anak di sekolah dan pekerjaan. Kami tidak senang dengan temuan ini karena ftalat ada di mana-mana di lingkungan," kata penulis studi, Factor-Litvak.

3. Anggapan Orang Tua

Studi yang dipublikasikan di Nature edisi 18 Oktober 2011, mengungkapkan bahwa anak bisa mengalami kenaikan atau penurunan IQ selama dramatis selama remaja.

Dalam studi ini, para peneliti Inggris memberikan tes IQ kepada 33 anak-anak berusia antara 12 dan 16 tahun. Empat tahun kemudian, para peneliti menguji ulang remaja yang sama dan menemukan bahwa sekitar seperlima dari anak-anak berusia 12 hingga 16 tahun tersebut.

Hasilnya, anak-anak berfluktuasi dari satu kategori IQ ke kategori lainnya, seperti kecerdasan rata-rata ke atas rata-rata, atau sebaliknya. IQ beberapa siswa naik hingga 21 poin, sementara yang lain turun hingga 18 poin.

"Perubahan 20 poin adalah perbedaan yang sangat besar," penulis studi Profesor Cathy Price, peneliti senior di Wellcome Trust Center for Neuroimaging di Inggris, dikutip dari CBS News.

"Jika seseorang berpindah dari IQ 110 ke IQ 130, mereka berpindah dari 'rata-rata' menjadi 'berbakat'. Dan jika mereka berpindah dari 104 ke 84, mereka berpindah dari rata-rata tinggi ke di bawah rata-rata," imbuhnya.

Menurut peneliti, hasil ini mengindikasikan bahwa beberapa anak mungkin mengalami perkembangan (kecerdasan) di awal atau akhir. Dalam hal ini, sangat penting bagi orang tua untuk memahami dan mendampingi perkembangan anak.

Peneliti mengatakan bahwa orang tua yang menganggap anaknya bodoh sejak kecil dan menyerah begitu saja, berpotensi mengubah IQ anak saat remaja. Begitupun sebaliknya, saat orang tua menganggap anaknya sudah cerdas sejak kecil dan membiarkannya, maka IQ anak bisa turun saat remaja.

"Kita harus berhati-hati untuk tidak mengabaikan anak-anak yang berkinerja buruk pada tahap awal (perkembangan), sebab IQ mereka mungkin akan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan," tutur Price.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads