Peneliti BRIN: Sampah dari Indonesia Bisa Sampai Afrika Kurang dari Setahun

ADVERTISEMENT

Peneliti BRIN: Sampah dari Indonesia Bisa Sampai Afrika Kurang dari Setahun

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 12 Sep 2024 16:00 WIB
Ilustrasi sampah plastik di laut.
Ilustrasi sampah plastik di laut. Foto: Shutterstock
Jakarta -

Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, sampah plastik dari Indonesia bisa sampai ke Afrika Selatan. Hal ini diungkapkan peneliti ahli utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova.

Memang tidak keseluruhan, sekitar 10-20 persennya yang akan langsung menuju ke Afrika Selatan.

Reza menjelaskan sampah plastik mencemari lautan melewati lintas samudra, mulai dari Samudera Hindia hingga masuk ke Samudera Pasifik. Dia mengungkap pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam meneliti pergerakan sampah di perairan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan penelitian Reza terhadap sampah dari Sungai Cisadane, menggunakan 11 drifter yang dilepaskan, 2 drifter di antaranya hampir mendekati Madagaskar dalam kurun waktu enam bulan.

Ke Mana Larinya Lebih dari 50 Persen Sampah Plastik Indonesia?

Walaupun hanya 10 persen yang sampai ke Afrika Selatan, Reza mengatakan sisanya atau lebih dari 50 persen sampah plastik mengarah ke sungai-sungai di Indonesia dan mencemari wilayah sekitarnya.

ADVERTISEMENT

"Contohnya, kalau (sampah plastik) yang dari Jakarta, ke mana? Ke pesisir utara Jakarta, Bekasi, kemudian ke arah Tangerang, ke arah Sumatera, itu bolak-balik. Perairan Indonesia itu kompleks. Tergantung dari arusnya membawa ke mana," ujarnya, dikutip dari BRIN pada Kamis (12/9/2024).

Reza menyebut sampah plastik di perairan Indonesia sebagian besar arahnya mengalir ke Samudera Hindia. Di Samudra Hindia sendiri ada beberapa negara seperti Maladewa, Mauritania, dan lainnya.

Target Pemerintah menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat adalah 70 persen pada 2025. Menurut Reza, faktanya hingga perhitungan tahun ini baru berkurang 41,68 persen.

Dia menerangkan produksi plastik meningkat pesat hingga 20 kali lipat secara eksponensial sejak produksi massal pada 1950 sampai sekarang.

"Plastik sebenarnya bukan sesuatu hal yang buruk, tapi sesuatu yang bermanfaat. Namun yang jadi masalah adalah ketika produk plastik ini sudah diproduksi, kemudian digunakan, akhirnya terbuang menjadi sampah," ujarnya.

Lebih dari 60 persen sampah plastik yang diproduksi secara global, termasuk Indonesia, merupakan sampah plastik sekali pakai seperti plastik sachet, kantong plastik, botol minuman, dan sedotan. Sampah-sampah tersebut butuh ratusan tahun untuk terurai, mencemari laut, serta merusak biota laut.

Reza menunjuk pengelolaan sampah di Indonesia yang masing sangat jauh dari kata optimal, sebab sampah yang dibawa ke tempat pengelolaan akhir sampah baru sekitar 50 persen.

Sampah di Indonesia capai 60 juta ton per tahun. Dia mengutip data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mana 11-38 persen di antaranya sampah plastik.

"Jadi memang beragam di tiap lokasi. Apalagi sekarang pasti kita bisa lihat, plastik ini mudah sekali dipergunakan," ujarnya.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads