Hasil penelitian tersebut dilaporkan lebih dari 250 peneliti dalam jurnal Science Advances baru-baru ini. Lantas, seperti apa pesan iklim yang tidak berhasil dan berhasil, serta apa yang harus dilakukan agar dampak perubahan iklim tidak memburuk bagi manusia dan Bumi?
Seperti Apa Pesan Isu Iklim yang Berhasil dan Tidak?
Para peneliti mengembangkan app untuk bantu orang yang ingin menyebarkan pesan tentang isu iklim. Harapannya, dukungan muncul dari kalangan peneliti, politisi, legislator, maupun berbagai pengambil keputusan lainnya, melansir Alpha Galileo.
Peneliti lalu membuat survei pesan dan taktik iklim yang melibatkan 59.000 peserta sepanjang Juli 2022 hingga Mei 2023. Dalam survei ini, para peneliti mengecek seberapa besar keinginan peserta untuk mendukung berbagai sudut pandang dan tindakan merespons perubahan iklim.
Contohnya, peserta ditanya apakah mereka memandang perubahan iklim sebagai ancaman serius, apakah mereka mendukung pajak karbon atas energi fosil, atau apakah mereka akan menanam pohon sendiri. Mereka juga diuji kesediaannya untuk menyebarkan pesan di media sosial, seperti mengurangi makan daging untuk melakukan mitigasi perubahan iklim.
Berangkat dari hasil survei, mereka rencananya mendesain app yang bantu meningkatkan kesadaran iklim dan aksi iklim sedunia. Rupanya, peneliti mendapati sejumlah hal yang dianggap berhasil dan tidak berhasil untuk mendorong orang bertindak atas masalah perubahan iklim.
1. Peringatan dan Intimidasi Berhasil, tapi Hanya di Media Sosial
Peneliti mendapati gaya penyampaian malapetaka perubahan iklim yang suram efektif secara global, tetapi sebatas berbagi pesan, bukan benar-benar bertindak. Taktik menakut-nakuti di beberapa negara justru mengurangi dukungan terhadap reboisasi. Di samping itu, warga yang sudah skeptis akan perubahan iklim makin berpandangan negatif atas isu ini.
2. Pesan Bermuatan Pengetahuan Mendapat Respons Berbeda-Beda di Tiap Negara
Contoh pesan tentang perubahan iklim yang bermuatan pengetahuan yaitu "99% ahli iklim percaya bahwa planet ini semakin panas dan perubahan iklim terutama disebabkan oleh aktivitas manusia". Pesan semacam ini mendapat respons berbeda-beda di berbagai negara.
Di Rumania, pesan ini menggugah rasa pengetahuan penerimanya sehingga meningkatkan dukungan terhadap tindakan iklim sebesar 9 persen. Namun di Kanada, warga penerima pesan semacam ini justru mengurangi dukungan sebesar 5 persen.
3. Pesan Pemicu Emosi Juga Raih Respons Beragam
Salah satu contoh taktik memicu kesadaran bertindak atas perubahan iklim yaitu mengajak orang menulis surat kepada seorang anak yang dekat dengannya tentang langkah-langkah iklim hari ini untuk menjadikan Bumi layak huni pada 2055.
Variasi contoh lainnya yaitu peneliti menceritakan langkah-langkah iklim yang telah berhasil diterapkan di masa lalu, atau menggambarkan langkah-langkah iklim sebagai pilihan yang patriotik atau populer. Di sesi lain, peserta diminta untuk membayangkan menulis surat kepada diri mereka di masa depan untuk memberitahukan jenis tindakan iklim apa yang harus mereka ambil.
Taktik ini meningkatkan dukungan terhadap tindakan iklim di Nigeria, Rusia, Ghana, Brasil, dan Amerika Serikat sebesar 5-10 persen. Namun, di negara-negara seperti India, Serbia, dan Uni Emirat Arab, dampaknya kecil, atau justru sedikit mengurangi dukungan.
Pesan yang Berhasil untuk Dukung Aksi Perubahan Iklim
86 persen percaya perubahan iklim adalah sebuah ancaman, kendati respons warga tiap negara berbeda-beda sesuai demografi dan kepercayaan.Lebih dari 70 persennya adalah pendukung langkah-langkah sistematis dan kolektif untuk mengatasi perubahan iklim.
Berangkat dari hasil survei, peneliti menyimpulkan penyesuaian pesan penting bagi tiap kelompok orang. Taktik menakut-nakuti berhasil jika fokus utamanya adalah sebatas membuat orang memposting dukungan mereka di media sosial.
"Berbagi sesuatu di media sosial bisa terasa seperti mengambil tindakan. Orang-orang mungkin merasa seperti 'Sekarang saya telah melakukan sesuatu, saya dapat melanjutkan hidup saya'. Ini adalah perilaku dengan ambang batas yang sangat rendah," kata Associate Professor Isabel Richter dari Departemen Psikologi, Norwegian University of Science and Technology (NTNU).
"Temuan ini menunjukkan bahwa penyebaran pesan iklim bergantung pada sikap masyarakat terhadap perubahan iklim. Legislator dan juru kampanye harus menyesuaikan pesan mereka kepada masyarakat," kata salah satu pemimpin penelitian, Assistant Professor Madalina Vlasceanu dari University of New York.
(twu/nwk)