.webp)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati ungkap fenomena suhu muka laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah yang mengalami pendinginan atau La Nina segera datang. Kehadirannya menjadi pengganti fenomena El Nino yang segera menjadi netral pada Mei-Juni mendatang.
"El Nino diprediksi akan segera menuju netral pada periode Mei, Juni, Juli 2024," kata Dwikorita dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (18/3/2024).
Prakiraan Jadwal La Nina
El Nino dan La Nina pada dasarnya merupakan bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), sebuah anomali Sea Surface Temperature (SST) Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru. Berbeda dengan El Nino yang membawa dampak kekeringan, La Nina membuat Indonesia menjadi lebih basah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena hujan akan lebih sering terjadi sehingga menimbulkan dampak lain seperti risiko banjir, suhu udara lebih rendah di siang hari, hingga banyak badai tropis.
Terkait pemantauan BMKG terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik, El Nino moderat saat ini masih berlangsung. Namun, mulai menurun usai mencapai puncaknya di bulan November.
Selaras dengan hal tersebut, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Climate juga menjelaskan selama beberapa bulan terakhir El Nino memang telah melemah. Laut bahkan kini menjadi lebih dingin dari suhu rata-rata pada bulan Februari.
Perubahan kondisi ini, menambah keyakinan bahwa La Nina akan segera datang. BMKG sendiri memperikrakan La Nina akan muncul mulai Juli 2024 namun akan melemah pada bulan Juli-September.
"La Nina berpotensi menjadi lemah setelah triwulan ketiga yaitu Juli, Agustus, September 2024," tutur Dwikorita.
Meski begitu, pemantauan NOAA Climate menyatakan ada kemungkinan bila La Nina tiba lebih awal yakni sekitar bulan Mei-Juli mendatang. Sehingga masyarakat RI diharapkan bisa segera bersiap.
La Nina Pengaruhi Suhu Global
Meskipun La Nina lebih berdampak pada wilayah tropis seperti Indonesia, jangkauan fenomena ini ternyata berdampak global. La Nina bisa mempengaruhi suhu global dan pola hujan/salju di berbagai negara hingga memperkirakan badai di Atlantik.
La Nina mampu mengurangi pergeseran angin sehingga adanya perubahan angin antara permukaan dan bagian atas atmosfer. Pergeseran ini dapat memperkuat hadirnya badai yang bisa menyerang berbagai negara termasuk Indonesia.
(det/nwk)
