Terbaru, BMKG Prediksi La Nina Mundur Jadi Agustus

ADVERTISEMENT

Terbaru, BMKG Prediksi La Nina Mundur Jadi Agustus

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 18 Jul 2024 17:30 WIB
Warga melintas di jembatan penyeberangan orang (JPO) di jalan Jenderal Sudirman Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (18/11/2020). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang memprediksi dampak fenomena La Nina, curah hujan di tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan lebih tinggi di atas normal hingga April 2021, yang berpotensi terjadinya banjir bandang dan tanah longsor. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
BMKG Prediksi La Nina Mundur Jadi Bulan Juli. (Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengubah prediksi masuknya fenomena La Nina ke Indonesia. La Nina yang sebelumnya akan tiba pada Juli, diprediksi mulai 'menghujani' Indonesia pada bulan Agustus.

Seperti diketahui, La Nina adalah fenomena saat Suhu Muka Laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal. Pendinginan ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.

Menurut kajian BMKG, La Nina berpotensi baru akan terjadi pada Agustus-September-Oktober 2024 atau ASO 2024. Pada Dasarian I Juli 2024, Indeks ENSO sebesar 0,19 atau berada pada fase Netral.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ENSO atau El Nino-Southern Oscillation adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya. Iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase, yakni El Nino, La Nina, dan Netral.

Ketika terjadi fase La Nina, embusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin, seperti dilansir dari CNBC Indonesia.

ADVERTISEMENT

Pada Dasarian I Juli 2024, Curah hujan cenderung bervariasi dari kriteria rendah (25%), menengah (65%) dan tinggi-sangat tinggi (10%). Sifat hujan pada Dasarian I Juli 2024 bervariasi Bawah Normal (I8%), Normal (18%) dan Atas Normal (64%).

BMKG telah merilis peringatan dini curah hujan tinggi pada Dasarian II Juli 2024. Adapun wilayah yang masih berpotensi dilanda curah hujan tinggi dengan status waspada yakni seperti kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, Maluku, dan Papua Tengah.

Alasan La Nina Belum Datang Tapi Sudah Sering Hujan

Meski berada di tengah musim kemarau, hujan tengah mengguyur beberapa wilayah Indonesia. Penyebab hujan ini pun bukan disebabkan oleh La Nina.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menegaskan fenomena hujan deras di musim kemarau yang terjadi belakangan ini umum terjadi. Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat letak geografis Indonesia yang berada di antara dua benua yaitu Australia dan Asia dan dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia.

"Letak geografis ini menjadikan Indonesia memiliki dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Angin monsun barat dari Benua Asia membuat Indonesia mengalami musim hujan. Sementara secara umum, musim kemarau di Indonesia berkaitan dengan aktifnya angin monsun timur dari Australia yang bersifat kering," ungkap Dwikorita dalam laman BMKG dikutip Kamis (18/7/2024).

Hingga akhir Juni 2024, BMKG menemukan sebanyak 43% Zona Musim di Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Adapun puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024.

Banyak faktor yang memengaruhi keragaman iklim di Indonesia, seperti fenomena El Nino/La Nina, Madden Julian Oscillation, serta adanya angin darat-angin laut.

"Sebuah kejadian cuaca, umumnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor tersebut," ujarnya.




(nir/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads