Debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2024 berlangsung sebanyak lima kali. Debat capres cawapres digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai salah satu cara agar masyarakat bisa menentukan pilihannya.
Dosen sekaligus pengamat politik UGM, Dr Mada Sukmajati, turut memberikan tanggapannya. Menurutnya, salah satu indikator keberhasilan debat adalah mendorong perdebatan berikutnya.
"Menurut saya kalau kita nilai debat satu, dua, tiga, saya kira capaian adanya debat publik itu sudah ada. Jadi ini menunjukkan bahwa meskipun desainnya sangat terbatas karena sudah diatur oleh Undang-Undang Pemilu, itu tidak kemudian menimbulkan tidak adanya perdebatan publik," tutur Mada dalam laman UGM, Selasa (30/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, setiap putaran debat telah menghasilkan respons publik yang menarik. Selain itu, visi misi dan program yang dijelaskan tersampaikan dengan baik dan diingat oleh publik.
Lebih lanjut, Mada memaparkan beberapa evaluasi dalam rangkaian debat ini. Bagaimana pendapat salah satu panelis debat itu? Ini paparannya.
Evaluasi Debat Capres 2024 Menurut Pakar
1. Pendukung
Menurutnya, pendukung yang hadir dalam debat seringkali mengganggu proses perdebatan. Ia melihat jika situasi ini juga terjadi dalam debat pilpres sebelumnya.
"Mungkin KPU bisa meminta sekali lagi komitmen dari para pendukung paslon ini," ujarnya.
2. Peran Moderator
Ia juga menyoroti peran moderator dalam sesi debat. Mada berpendapat jika moderator tidak sekedar menjadi time keeper, tapi juga mendorong para kandidat untuk bisa mengoptimalkan waktu yang tersedia.
3. Waktu
Terkait dengan peran moderator, Mada mengingatkan jika waktu seringkali menjadi hambatan dalam menjelaskan gagasan para kandidat. Faktanya, beberapa kali terlihat kandidat tidak memanfaatkan waktu secara maksimal.
Tak Boleh Serang Personal
Selain desain debat, evaluasi juga perlu dilakukan oleh peserta pemilu itu sendiri, baik masyarakat maupun ketiga paslon. Ia mengingatkan agar semua pihak dapat lebih bijak memaknai ajang perdebatan ini.
Mada juga mengiyakan bahwa substansi debat tidak boleh menyerang secara personal. Tetapi, ia menegaskan agar tidak semua hal bisa dipersonalisasi.
"Jangan sampai kita salah memaknai bahwa semua hal bisa dipersonalisasi. Isu tentang kekayaan, kasus di masa lalu, kinerja, itu juga sangat bisa untuk digali dalam perdebatan," tutup Mada.
(nir/nah)