Jangan Tertukar! Ini Perbedaan Arti Greenflation dan Greedflation

ADVERTISEMENT

Jangan Tertukar! Ini Perbedaan Arti Greenflation dan Greedflation

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 26 Jan 2024 16:30 WIB
Economy chart: Rising Arrow, France Flag and Euro Banknotes
Ilustrasi inflasi. Foto: Getty Images/Javier Ghersi
Jakarta -

Dalam debat cawapres pada Minggu (21/1/2024) lalu, Gibran Rakabuming Raka menyebut istilah asing yakni greenflation. Akhir-akhir ini, publik pun menjadi banyak memperbincangkan perbedaan antara greenflation dan greedflation.

Apa sebenarnya perbedaan dari keduanya? Mengutip arsip detikEdu yang melansir dari laman ABRDN Research Institute, greenflation mempunyai arti kenaikan harga barang jasa yang dipengaruhi oleh kebijakan ramah lingkungan.

Kebijakan ramah lingkungan akan berdampak pada biaya produksi hingga penyediaannya. Bisa dikatakan, greenflation merupakan jenis dari inflasi energi. Adapun inflasi adalah tingkat kenaikan harga selama periode tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, greenflation atau inflasi hijau ini memiliki dampak yang jauh lebih kecil terhadap harga konsumen dibandingkan dengan inflasi fosil. Greenflation ini akan memberi tekanan pada harga produk selama masa transisi.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, greedflation adalah eksploitasi inflasi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan keuntungan berlebih. Hal ini digunakan untuk memaksimalkan margin keuntungan mereka, seperti dikutip dari publikasi A Shankar IAS Academy Initiative.

Contoh Greenflation

Mengutip detikfinance, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyebut contoh nyata dari greenflation erat berkaitan dengan harga lithium. Material tersebut diketahui merupakan bahan baku dalam pembuatan baterai mobil listrik.

Djoko mengatakan harga lithium sempat meningkat sebesar 40% di tahun 2021. Harga lithium ini diperkirakan akan semakin naik dikarenakan permintaan global pun meningkat.

Contoh lainnya adalah pajak karbon yang terjadi di Prancis. Adanya pajak karbon tersebut menyebabkan semakin tingginya harga bahan bakar.

Di sisi lain, pajak karbon ini berfungsi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Akan tetapi dampaknya memicu kenaikan harga bahan bakar lain serta menyebabkan gerakan protes rompi kuning.

Menurut Djoko, ada beberapa cara untuk mengatasi greenflation. Misalnya dengan meningkatkan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih bersih dan murah.

Contoh Greedflation

Kasus greedflation terjadi saat kenaikan harga jauh melebihi kenaikan input. Selain itu, greedflation juga dapat terjadi saat bisnis tidak menurunkan harga pasar bahkan ketika harga jatuh.

Dalam situasi greedflation, masyarakat kecil kemungkinan mengeluarkan uang dan dapat menyebabkan berkurangnya aktivitas ekonomi. Dampaknya daya beli masyarakat akan menurun sehingga kebutuhan pokok sulit diraih.

Selain itu, greedflation bisa menyebabkan keresahan sosial karena biaya hidup yang meningkat. Bagi perusahaan, greedflation akan menyebabkan mereka kehilangan pelanggan.

Mengutip Business Insider, contoh dari greedflation ini terjadi pada Bank Prancis. Investor di Bank Prancis meremehkan risiko perlambatan ekonomi. Para ahli strategi dalam catatan mereka menyebutkan keserakahan Bank Prancis menyebabkan laba per saham di S&P 500 naik 14% Year on Year (YoY) pada tahun 2023.

"Saya menyalahkan greedflation karena menjauhkan investor dari realitas siklus. Lonjakan margin yang didorong oleh greedflation membantu menghentikan perlambatan laba yang berubah menjadi penurunan yang parah. Hal ini pada gilirannya menggagalkan kemerosotan resesi dalam investasi bisnis tahun lalu," kata societe generale strategist, Albert Edwards.

(cyu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads