Sejak 17 Januari 2024 lalu, wilayah Yogyakarta diguyur hujan secara terus menerus. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan, kondisi ini berkaitan dengan temuan Badai Tropis Anggrek di Samudra Hindia.
Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono dalam keterangannya di Yogyakarta Selasa (16/1/2024) lalu mengatakan, potensi hujan sedang hingga lebat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan berlangsung selama tiga hari mulai 17 hingga 19 Januari 2024.
"Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini, BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta mengidentifikasi adanya Badai Tropis Anggrek di Samudra Hindia, barat daya Bengkulu," ucapnya dalam Antara, dikutip Jumat (19/1/2024).
Selain Badai Tropis Anggrek, BMKG Yogyakarta juga mendeteksi tekanan udara rendah di Australia, ditunjukkan dengan adanya pola angin baratan (Monsoon Asia) yang mendominasi wilayah Jawa pada umumnya dan DIY khususnya.
Apa Itu Badai Tropis Anggrek?
Mengutip situs Pemkab Gunung Kidul, siklon tropis Anggrek adalah jenis badai siklon tropis yang dapat membawa angin kencang, hujan lebat, banjir, dan gelombang pasang.
Nama Anggrek diberikan oleh BMKG Indonesia pada tahun 2010 dengan alasan agar suatu siklon tropis yang muncul tidak dianggap sebagai hal buruk. Hal ini juga berguna untuk membuat tenang masyarakat sehingga situasi menjadi terkendali.
Selain Siklon Anggrek ini, BMKG juga telah memberi nama-nama bunga bagi pelbagai jenis siklon tropis, di antaranya adalah anggrek, bakung, cempaka, dan dahlia. Nantinya, setiap siklon baru yang muncul, akan dinamai dengan nama bunga juga, sebagaimana dikutip dari detikNews.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, siklon Tropis Anggrek ini menyebabkan dampak tidak langsung berupa adanya wilayah konvergensi (pertemuan massa udara) di wilayah Jawa yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa khususnya D.I Yogyakarta.
Akibatnya, terjadi hujan yang terus-menerus dengan intensitas sedang-lebat di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Atas kondisi ini, BMKG telah mengimbau masyarakat untuk waspada dengan potensi cuaca ekstrem yang akan terjadi selama beberapa hari ke depan.
Bagaimana Badai Tropis 'Anggrek' Terbentuk?
Mengutip situs Australian Government Bureau of Meteorology, siklon tropis bisa terbentuk karena kondisi tertentu dan melalui tahapan-tahapan seperti berikut ini.
1. Air Laut yang Hangat
Suhu air laut minimal harus 26,5Β°C. Panas ini memicu berkembangnya siklon tropis.
2. Tekanan Rendah
Siklon tropis memulai kehidupannya dengan tingkat tropis rendah. Di atas lautan, sistem bertekanan rendah ini menyebabkan udara hangat dan lembab naik.
3. Tekanan untuk Membuatnya Berputar
Ketika udara hangat dan lembab naik, siklon tropis yang sedang berkembang mulai berputar.
Ketika terjadi sekelompok badai petir di atas lautan tropis yang hangat di wilayah bertekanan rendah, badai tersebut dapat membentuk pita dan mulai berputar di sekitar wilayah bertekanan rendah tersebut. Dalam kondisi yang tepat, klaster ini dapat tumbuh dan mempertahankan dirinya sendiri.
4. Lebih Banyak Kelembapan
Saat badai berputar, ia mulai menarik lebih banyak udara hangat dan lembab. Ini berasal dari penguapan dari laut atau ditarik oleh angin pada tingkat rendah. Udara ini naik dan mendingin, menyebabkan terbentuknya awan.
Saat udara mendekati pusat, ia berputar lebih cepat. Angin menjadi lebih kencang dan menyedot udara lebih cepat.
5. Mata Siklon dan Dinding Mata
Sebagian udara yang lebih berat dan sejuk tenggelam ke wilayah bertekanan rendah di pusat siklon tropis. Hal ini menciptakan mata yang relatif tenang.
Mata biasanya lebarnya sekitar 40 km tetapi bisa berkisar antara 10 km hingga lebih dari 100 km. Anginnya sepoi-sepoi dan langitnya sering cerah.
Badai petir yang berputar membentuk pita hujan spiral di sekitar mata. Angin terkuat dan hujan terberat terdapat di sekitar dinding mata.
6. Lahirnya Siklon Tropis
Badai terendah menjadi siklon tropis ketika kecepatan angin mencapai 63 km/jam atau lebih, lebih dari setengah putaran pusatnya.
(faz/nwy)