Kasus COVID-19 kembali meningkat sejak periode 8-14 Oktober 2023. Bahkan hingga 19 Desember 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 2.584 kasus COVID-19 aktif di Indonesia.
Menjelang akhir tahun, Kemenkes juga memprediksi adanya potensi lonjakan kasus COVID-19 saat mobilisasi masyarakat pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk kembali mematuhi protokol kesehatan saat bepergian pada liburan kali ini.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko M.Sc Wahyono mengatakan, pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati dan perlu dilakukan sebelum wabah besar kembali terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Protokol kesehatan adalah kunci dalam pencegahan COVID-19. Dengan melakukan protokol kesehatan yang tidak setengah-setengah, artinya dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka upaya pencegahan COVID-19 dapat berjalan dengan efektif. Walaupun tidak 100 persen, tetapi protokol kesehatan tersebut dapat menghindari peningkatan kasus COVID-19 dengan baik," katanya dalam laman UI dikutip Kamis (21/12/2023).
Mutasi Virus COVID-19
Saat ini, mutasi virus COVID-19 di seluruh dunia terus terjadi. Miko mengatakan subvarian COVID-19 yang telah teridentifikasi di Indonesia, Singapura, dan Malaysia adalah XBB.1.5, EG.5 dan JN.1.
Ketiga subvarian itu merupakan subvarian dari varian Omicron dengan karakteristik penularan yang lebih cepat dan bisa dialami tanpa gejala demam. Sementara itu, subvarian EG.1.dan EG.2 masih hanya teridentifikasi di Singapura.
Cek Kesehatan Sebelum Berlibur
Demi mengurangi penularan kasus di masyarakat, Miko mengimbau untuk menjaga jarak dan menggunakan masker di tempat umum. Ia juga mengingatkan masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 seperti batuk, sesak napas, pilek, dan demam untuk tidak berkerumun dan tidak memaksakan diri untuk bepergian.
Mengingat musim hujan yang kerap menimbulkan penyakit yang mirip dengan gejala COVID-19, masyarakat perlu lebih jeli dan proaktif melakukan pemeriksaan.
"Penyakit influensa atau batuk pilek yang disebabkan oleh virus influenzae A dan B serta oleh mikroogranisme lainnya sulit dibedakan dengan infeksi virus COVID-19. Pemeriksaan khusus untuk COVID-19, virus influenzae, atau mikroorganisme lainnya diperlukan untuk mengetahui dengan pasti penyebab dari gejala-gejala tersebut," jelasnya.
Sarankan Transportasi Aman
Bagi masyarakat yang berencana bepergian jauh, Miko menilai transportasi yang paling aman digunakan saat ini adalah pesawat terbang. Kemudian disusul kereta api antar provinsi, bus, dan semua angkutan yang ketat dalam memberlakukan peraturan.
Miko juga menekankan pentingnya memilih akomodasi yang memberlakukan protokol kesehatan.
"Tetapi kebijakan pakai masker sekarang jarang dilakukan oleh masyarakat di semua tempat dan di semua angkutan. Oleh karena itu, pemerintah harus menggaungkan lagi protokol kesehatan secara cermat dan adekuat agar transmisi COVID-19 dapat dikurangi," ujarnya.
(nir/nwy)