Kata Pakar Unair soal Kasus COVID-19 Naik Lagi

Kata Pakar Unair soal Kasus COVID-19 Naik Lagi

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 14 Jun 2025 12:40 WIB
Pakar Imunologi Unair Dr. dr Agung Dwi Wahyu Widodo
Foto: Dok. Dr. dr Agung Dwi Wahyu Widodo
Surabaya -

Kenaikan kasus COVID-19 belakangan ini, terutama di beberapa negara seperti Thailand dan Singapura kembali jadi sorotan. Meski tidak setinggi saat puncak pandemi, masyarakat tetap diminta waspada.

Pakar imunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Dr Agung Dwi Wahyu Widodo mengatakan, ancaman COVID-19 belum sepenuhnya hilang meski tak separah sebelumnya.

"Kita sudah melewati pandemi sekitar empat tahun lalu. Jadi, kalau ada kenaikan sedikit, itu masih bisa dikatakan wajar. Namun, kita tetap harus waspada karena tidak menutup kemungkinan virus ini belum benar-benar hilang. Ia hanya mengalami mutasi menjadi lebih cepat menular, meski gejalanya lebih ringan," ujar Agung, Sabtu (14/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, ada tiga faktor utama yang mendorong lonjakan kasus saat ini. Ketiganya yakni kemunculan varian baru, turunnya kekebalan kelompok, serta perilaku masyarakat yang mulai abai pascapandemi.

"Varian baru ini merupakan hasil mutasi Omikron, mulai dari JN.1 hingga NB.1.8.1. Varian NB.1.8.1 ini dikenal dengan nama Nimbus. Nimbus memiliki perbedaan struktur spike yang sangat signifikan dari varian Omikron sebelumnya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, cuaca yang tidak menentu turut memengaruhi daya tahan tubuh masyarakat. Kondisi ini mengingatkan pada masa awal pandemi, ketika virus menyebar secara global dalam iklim yang serupa.

"Perubahan musim ini memicu penurunan kekebalan tubuh masyarakat. Sementara itu, banyak orang merasa COVID-19 sudah tidak ada sehingga mereka mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, tidak adanya pemeriksaan bukan berarti virus benar-benar hilang," tambahnya.

Ia mengungkapkan bahwa masih banyak kasus infeksi COVID-19 yang tak terdeteksi karena kurangnya tes dan pelacakan. Banyak orang yang mengalami gejala ringan seperti batuk dan pilek, tapi tidak menyadari bahwa itu bisa jadi infeksi COVID-19.

Menghadapi varian baru seperti Nimbus, Agung pun mendorong adanya pengembangan vaksin terbaru yang lebih cocok untuk melawan varian-varian mutakhir.

"Kita membutuhkan vaksin baru, sama seperti pada kasus influenza musiman. Vaksin yang diperbarui bisa memberi perlindungan lebih baik," tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya upaya kolektif dan pribadi dalam mencegah penyebaran. Menjaga pola hidup sehat seperti makan bergizi, tidur cukup, olahraga, serta menghindari stres tetap jadi kunci.

"Masyarakat juga dapat tetap menerapkan protokol dasar, termasuk memakai masker di tempat umum," pungkasnya.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads