Ternyata Ini Alasan Rasa Gatal Bisa Muncul, Benarkah Ada Mikroba Menempel?

ADVERTISEMENT

Ternyata Ini Alasan Rasa Gatal Bisa Muncul, Benarkah Ada Mikroba Menempel?

Noor Faaizah - detikEdu
Jumat, 15 Des 2023 11:00 WIB
Ilustrasi gatal
Foto: Getty Images/iStockphoto/champja/Ilustrasi gatal
Jakarta -

Kita kerap merasakan gatal tiba-tiba. Tapi pernahkah detikers bertanya-tanya, apa yang memicu munculnya rasa gatal?

Belum lama ini, peneliti berhasil mengungkapkan pemicu rasa gatal yang bisa muncul. Penelitiannya terbit di jurnal Cell pada (22/11/2023) lalu.

Adanya Mikroba yang Menempel

Menurut penelitian, rasa gatal ini ternyata muncul karena adanya mikroba yang menempel pada tubuh. Mikroba tersebut menghasilkan enzim yang bereaksi langsung pada sel saraf kulit sehingga memunculkan keinginan untuk menggaruk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa bakteri yang umum ada di permukaan kulit adalah Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut kerap ada pada kulit yang terinfeksi eksim.

Peneliti mencatat bahwa eksim atau penyakit dermatitis atopik ini sebenarnya cukup umum terjadi, yakni menyerang sekitar 20 persen anak-anak dan 10 persen orang dewasa.

ADVERTISEMENT

Namun, peneliti masih belum mengetahui peran bakteri Staphylococcus aureus dalam kondisi eksim.

"Jadi hal ini membuat kami bertanya, mungkinkah mikroba tertentu seperti Staphylococcus aureus juga terkait dengan rasa gatal? apakah ada peran mikroba dalam berbicara dengan neuron gatal?," kata Issac Chiu, ahli yang meneliti interaksi mikroba dan sel saraf, dikutip dari npr.org.

Pengujian Obat untuk Menghentikan Rasa Gatal

Para ilmuwan dari Harvard Medical School untuk pertama kalinya menguji obat untuk menghentikan rasa gatal tersebut dengan menerapkan pada tikus laboratorium. Hasilnya, rasa gatal tersebut dapat diberhentikan.

"Ini menarik karena ini adalah obat yang sudah disetujui untuk kondisi lain, mungkin bisa berguna untuk mengobati penyakit kulit gatal seperti eksim," kata Chiu.

Untuk menguji obat, para peneliti mengidentifikasi sekumpulan enzim yang dilepaskan oleh bakteri tersebut dan menguji masing-masing obat untuk melihat mana yang memicu rasa gatal.

Berdasarkan hasil uji, ternyata ada satu enzim bakteri yang menyebabkan rasa gatal, yang disebut dengan protease V8.

Enzim tersebut mampu mengaktifkan protein dalam sel darah tertentu yang terlibat dalam pembekuan darah. Protein ini lah yang menghasilkan sinyal gatal pada saraf.

"Penelitian kami benar-benar yang pertama menunjukkan bahwa mikroba dapat secara langsung mengaktifkan neuron gatal dan menyebabkan rasa gatal," kata Liwen Deng, seorang peneliti di Harvard Medical School.

Bisa Dihambat Melalui Obat Anti-Pembekuan Darah

Menariknya, aktivasi protein pada neuron kulit ternyata dapat dihambat oleh obat anti-pembekuan darah yang sudah terdaftar US FDA (Food and Drug Administration).

Peneliti pun mencoba menempatkan bakteri Staphylococcus aureus pada kulit tikus di laboratorium yang mengakibatkan tikus menggaruk-garu kulit mereka.

Kemudian, para peneliti memasukkan obat anti-pembekuan darah yang sudah memiliki izin edar dari FDA. Hasilnya, tikus-tikus tersebut berhenti menggaruk kulitnya.

"Kami beruntung karena senyawa tersebut sudah disetujui FDA. Kami mengobati mereka secara oral dengan obat tersebut dan obat tersebut benar-benar menghalangi rasa gatal pada tikus," ujar Deng.

Brian Kim, seorang dokter kulit dan peneliti di Icahn School of Medicine, menilai bahwa temuan ini merupakan hal yang luar biasa.

Dia mencatat bahwa dulu dokter kulit mengobati eksim dengan larutan pemutih atau antibiotik oral. Harapannya, larutan tersebut dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus walau bakteri tersebut mungkin punya efek menguntungkan bagi kulit.

Peneliti Belum Mengetahui Cara Kerja Bakteri

Penelitian baru ini membuka cara berpikir baru tentang apa yang mungkin menimbulkan keinginan untuk menggaruk karena bisa saja tidak disebabkan bakteri tersebut.

"Mungkin ada bakteri lain yang hidup di kulit Anda dan juga bisa menyebabkan rasa gatal. Mereka bisa menimbulkan rasa gatal karena berinteraksi langsung dengan saraf Anda," kata Kim.

Meskipun rasa gatal merupakan hal yang lumrah terjadi, tetapi peneliti masih belum mengetahui mekanisme dibalik cara kerja bakteri.

Peneliti tidak yakin mengapa bakteri tersebut mampu memicu rasa gatal. Apakah dengan memicu tindakan menggaruk akan bermanfaat bagi mikroba tersebut atau tidak dapat menjadi objek kajian di masa mendatang.

Mereka pada akhirnya berspekulasi bahwa penelitian di masa depan dapat menyelidiki apakah patogen seperti Staphylococcus aureus membajak sensasi rasa gatal untuk memfasilitasi penyebarannya.

"Saat ini masih berupa spekulasi. Namun siklus gatal-garuk dapat menguntungkan mikroba dan memungkinkan penyebarannya ke bagian tubuh yang jauh dan ke inang yang tidak terinfeksi," kata Deng.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads