Kenapa Rasa Ingin Menggaruk Gatal Susah Dilawan? Ternyata Ada Manfaatnya

ADVERTISEMENT

Kenapa Rasa Ingin Menggaruk Gatal Susah Dilawan? Ternyata Ada Manfaatnya

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 04 Feb 2025 08:00 WIB
Healthcare and medical concept. Female scratching the itch on her hand, cause of itching from skin diseases, dry skin, allergy, chemical, allergic to detergent or dishwashing liquid and dermatitis, insect bites, burned, drug. Health problem.
Susah menahan diri untuk menggaruk saat gatal rupanya punya kaitan dengan evolusi manusia. Begini manfaat dan risikonya. Foto: Getty Images/iStockphoto/ipopba
Jakarta -

Ruam yang gatal tidak boleh digaruk. Seruan ini sering diucapkan oleh orang tua saat kulit gatal dan rasanya ingin menggaruk.

Penelitian baru-baru ini di jurnal Science menunjukkan, menggaruk ternyata memperburuk peradangan dan pembengkakan. Hasil studi ini diperoleh peneliti dari percobaan pada tikus yang mengalami eksim dermatitis kontak alergi.

"Pada awalnya, temuan ini tampaknya menimbulkan sebuah paradoks: jika menggaruk gatal itu buruk bagi kita, mengapa rasanya enak?" kata penulis senior Daniel Kaplan MD PhD, profesor dermatologi dan imunologi di University of Pittsburgh, dikutip dari laman kampus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi Kaplan dan tim mendapati, menggaruk tidak hanya membuat sedikit puas orang yang sedang gatal-gatal dan memperburuk ruam. Agar dapat berevolusi, perilaku ini harus memberikan semacam manfaat bagi manusia.

"Rupanya, menggaruk juga memberikan perlindungan terhadap infeksi bakteri pada kulit," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Ruam dan Menggaruk

Dermatitis kontak alergi adalah reaksi alergi terhadap alergen atau iritan kulit yang menyebabkan ruam gatal dan bengkak. Contoh alergen antara lain logam nikel pada kait anting dan perhiasan, serta tumbuhan berbulu.

Jika digaruk, ruam peradangan akibat dermatitis kontak alergi bisa meradang lebih lanjut. Bengkaknya bisa lebih besar, lebih merah, atau lebih panas, dan sembuhnya jadi lebih lambat.

Penulis pertama studi dari Program Pelatihan Ilmuwan Medis Pitt, Andrew Liu beserta tim dan tim mereka menggunakan alergen pemicu gatal untuk menimbulkan gejala mirip eksim pada telinga tikus normal. Mereka lalu menggunakan alergen yang sama pada tikus yang tidak gatal karena tidak memiliki neuron penginderaan gatal.

Saat gatal, tikus normal dibiarkan menggaruk ruamnya. Telinganya jadi bengkak karena terisi sel-sel imun inflamasi yang disebut neutrofil saat menggaruk.

Sedangkan tikus normal yang dipasangi kerah cone sehingga tidak bisa menggaruk rupanya mengalami peradangan dan pembengkakan yang jauh lebih ringan. Begitu pula yang terjadi pada tikus tanpa neuron penginderaan gatal. Dari situ, peneliti mengonfirmasi bahwa menggaruk bisa memperburuk kondisi kulit yang sedang ruam.

Kemudian, hasil pengamatan menunjukkan bahwa menggaruk menyebabkan neuron penginderaan nyeri melepaskan senyawa yang disebut substansi P. Substansi ini mengaktifkan sel mast, koordinator utama peradangan yang mendorong rasa gatal dan peradangan melalui perekrutan neutrofil.

Kaplan menjelaskan, pada dermatitis kontak, sel mast diaktifkan secara langsung oleh alergen. Hal ini menyebabkan peradangan ringan dan rasa gatal

"Sebagai respons terhadap garukan, pelepasan zat P mengaktifkan sel mast melalui jalur kedua. Jadi, alasan mengapa garukan memicu lebih banyak peradangan pada kulit adalah karena sel mast telah diaktifkan secara sinergis melalui dua jalur," ujar Liu.

Manfaat Menggaruk

Sel mast merupakan penyebab berbagai kondisi peradangan kulit dan reaksi alergi. Di sisi lain, sel mast juga penting untuk melindungi kulit yang ruam dari bakteri dan patogen lainnya. Karena itu, para peneliti bertanya-tanya apakah aktivasi sel mast akibat garukan dapat memengaruhi mikrobioma kulit.

Percobaan selanjutnya yang dipimpin Marlies Meisel PhD, asisten profesor imunologi di Pitt menunjukkan bahwa menggaruk mengurangi jumlah Staphylococcus aureus pada kulit. Bakteri ini paling umum yang terlibat dalam infeksi kulit.

"Temuan bahwa menggaruk meningkatkan pertahanan terhadap Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa hal itu dapat bermanfaat dalam beberapa konteks ," kata Kaplan.

Ia menggarisbawahi, kerusakan yang ditimbulkan oleh menggaruk pada kulit mungkin lebih besar daripada manfaat pertahanan pada bakteri jika gatalnya kronis.

Kini, para peneliti sedang menyelidiki terapi baru untuk dermatitis dan kondisi kulit inflamasi lainnya seperti rosacea dan urtikaria. Mereka berharap dapat menekan peradangan dengan menargetkan reseptor pada sel mast.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads