Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat tengah mengembangkan fishway atau jalur ikan bermigrasi. Pembangunan bersama Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dan Charles Sturt University (CSU) Australia ini demi pengelolaan sumber daya perairan sungai yang berkelanjutan.
Seperti diketahui, bendungan dapat menjadi penghalang ikan dalam melakukan migrasi untuk bertelur, mencari makan, berlindung, dan menghindari polusi serta lingkungan ekstrem. Kondisi ini dapat mengganggu siklus hidup ikan yang berdampak pada penurunan jumlah dan jenis ikan. Bahkan, beberapa spesies ikan air tawar dapat punah. Oleh karena itu, perlu dipastikan konektivitas sungai tetap terjaga.
Jalur ikan atau fishway adalah konstruksi bangunan air yang dirancang untuk membantu ikan melewati penghalang buatan di sungai. Dengan fishway, ikan dapat bermigrasi ke hulu dan hilir sungai atau sebaliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Project fishway ini berjalan sejak 2020 hingga 2025. Sebelumnya, kami menginisiasi project ini saat di Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama CSU Australia. Namun setelah itu, kegiatan riset ini terintegrasi ke dalam BRIN," jelas Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN Arif Wibowo, dalam laman BRIN dikutip Jumat (8/12/2023).
Menurut data Kementerian PUPR, saat ini ada 3.530 bendung dan bendungan di Indonesia. Meski bermanfaat, bendung dan bendungan dapat menghalangi migrasi ikan. Arif melanjutkan, bendung dan bendungan yang memiliki fishway baru tiga area saja, yakni Bendung Perjaya-Sumatera Selatan, Bendung Batanghari-Jambi, dan Bendungan PLTA Poso-Sulawesi Tengah.
Sisir Beberapa Wilayah
Penelitian fishway sudah dilakukan di beberapa lokasi, antara lain di sungai Cibareno dan Ciwulan Jawa Barat. Tim juga mengkaji efisiensi fishway yang ada, yakni di Palembang-Sumatera Selatan, Batanghari-Jambi, dan Poso-Sulawesi Tengah.
Menurut data yang didapatkan, kinerja fishway Bendungan Perjaya (Sumsel) masih kurang optimal. Tim akan menyarankan rancangan potensial untuk memodifikasi efektivitas fishway.
"Agar dapat melewatkan lebih banyak ikan dan disesuaikan dengan kondisi perairan setempat," terang Arif.
Peningkatan Kapasitas Fishway
Prof Lee Baumgartner dari CSU Australia membeberkan tiga pilar dalam Fishtech Project No. FIS/2018/153 ini, yakni pilar peningkatan kapasitas, penelitian, dan kebijakan. Pihaknya bertugas membantu para peneliti BRIN dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan tentang fishway.
Dalam project ini, pihaknya telah banyak berdiskusi dengan profesional perikanan. Tetapi, Lee beranggapan masih perlu adanya pelibatan stakeholders, seperti departemen yang menangani terkait irigasi dan pengembang PLTA, agar mereka paham mengenai isu ini.
"Yang terpenting, masyarakat lokal dan nelayan yang paling merasakan manfaatnya," pungkasnya.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy Dave Harold Irhajadi Muchaimin menyarankan, agar demo site fishway dapat dibangun di bendungan sungai Citanduy. Ia beranggapan jika bendungan sungai Citanduy dapat menjadi role model bendungan yang modern dan ramah ikan.
"Kami akui, memang kesadaran akan pentingnya biodiversitas ini masih kurang. Karena itu, kami menyarankan agar fishway bisa dibangun di Citanduy, dengan harapan publik dan pemerintah dapat melihat manfaat dari fishway ini," harapnya.
(nir/nah)