Berasal dari Spesies Purba, Kepiting Ini Mampu Bermigrasi Darat-Laut Hingga 17 Kali

ADVERTISEMENT

Berasal dari Spesies Purba, Kepiting Ini Mampu Bermigrasi Darat-Laut Hingga 17 Kali

Noor Faa'izah - detikEdu
Rabu, 06 Des 2023 10:30 WIB
Jalanan di kawasan Kuba dipenuhi jutaan kepiting. Kepiting-kepiting itu berbaris dari hutan di seberang jalan menuju area laut untuk bertelur.
Foto: REUTERS/STRINGER/Ilustrasi migrasi kepiting
Jakarta -

Sebuah studi yang terbit di jurnal Systematic Biology mengungkapkan bahwa kepiting melakukan migrasi dari laut ke darat berkali-kali. Studi tersebut meneliti salah satu jenis kepiting yakni kepiting sejati.

Berdasarkan penelitian, kepiting sejati (Brachyura) ternyata mampu meninggalkan lingkungan laut mereka untuk bermigrasi ke darat sebanyak 7 hingga 17 kali selama rentang hidup mereka.

Penelitian juga memperkirakan bahwa kepiting sejati merupakan satu kelompok spesies yang berasal dari periode Trias Tengah, atau satu periode dengan beberapa dinosaurus paling awal.

Kepiting Sejari Berasal dari Spesies Purba Era Dinosaurus

Temuan dalam penelitian ini sekaligus mengungkapkan bahwa kepiting sejati berusia 45 juta tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya. Mulanya, spesies kepiting pertama diasumsikan ada pada masa Jurassic.

Hal ini pun memberi wawasan baru akan model evolusi hewan dalam beradaptasi terhadap kehidupan di air maupun di darat.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa selama 100 juta tahun terakhir, kepiting sejati telah menghuni daratan dan air tawar sebanyak 17 kali lipat," kata Joanna Wolfe, peneliti di Department of Organismic and Evolutionary Biology Harvard, dikutip dari EurekAlert!.

Berkali-kali Migrasi, Kepiting Alami Adaptasi Fisiologis

Diketahui, kepiting sejati memiliki lebih dari 7.600 spesies yang tersebar dalam 109 famili. Selama jutaan tahun, kepiting telah meninggalkan lingkungan laut untuk hidup di lingkungan lain, termasuk perairan pasang surut, darat, dan air tawar.

Bagi sebagian besar arthropoda seperti serangga atau kelabang, terestrialisasi atau proses meninggalkan lautan menuju daratan hanya terjadi satu kali.

Atau sekitar lebih 300 juta tahun yang lalu, arakhnida seperti kalajengking dan laba-laba dapat bermigrasi beberapa kali seumur hidup mereka.

Melalui penelitian yang dilakukan selama 20 tahun ini, para peneliti menyimpulkan bahwa kepiting sejati meninggalkan lingkungan laut antara 7 hingga 17 kali.

Jumlah tersebut tentu jauh lebih banyak dibandingkan arthropoda lainnya dan memungkinkan spesies tersebut menyebar secara radikal sepanjang sejarah.

Temuan mengejutkan lain yang dilihat para peneliti adalah perubahan adaptasi fisiologis yang terjadi pada kepiting sebagai akibat dari proses migrasi.

Peneliti mengungkap bahwa kepiting dapat berubah dari makhluk laut menjadi makhluk darat dan kembali lagi sebanyak 2 hingga 3 kali.

"Kepiting tidak mempunyai tujuan hidup di darat. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa lebih mudah untuk berpindah dari lingkungan yang sepenuhnya laut ke lingkungan pasang surut," kata Wolfe dikutip dari Popular Science.

"100 kali lebih sulit beralih ke kehidupan yang lebih mandiri dari air, seperti kepiting fiddler, yang sebagian besar hidup di darat karena mereka memiliki lebih banyak adaptasi fisiologis," tambahnya.

Temuan Jalur Migrasi

Untuk mengkategorisasikan lebih baik lagi, tim mengumpulkan data baru yang terdiri atas cabang dari 344 spesies dari 88 famili kepiting sejati. Data tersebut mencakup kelompok kepiting laut serta non-laut.

Dengan mendokumentasikan DNA, catatan fosil, dan data sejarah, penelitian melacak dua jalur menuju terestrialisasi.

Pertama, peneliti melihat spesies yang berpindah dari laut ke darat secara langsung melalui zona pasang surut seperti pantai, hutan pantai, dan hutan belantara.

Kedua, spesies menampilkan hewan-hewan yang berpindah dari laut ke darat secara tidak langsung melalui muara, air tawar yang terendam, tepian sungai, dan hutan pantai.

Menurut Joanna Wolfe, sejumlah peristiwa terestrialisasi yang konvergen memiliki serangkaian sifat tertentu.

"Dan hal ini memberi kami kemampuan untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi pada kelompok lain. Itulah tujuannya, untuk dapat menerapkan apa yang kita lihat di seluruh pohon kehidupan," kata Wolfe.

Temuan dari 'sejarah kepiting' ini membantu para ahli biologi untuk memprediksi fenotipe atau morfologi yang akan berevolusi dari suatu kelompok spesies.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads