Cat Putih dan 4 Inovasi Teknologi Ini Dapat Menyelamatkan Bumi, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Cat Putih dan 4 Inovasi Teknologi Ini Dapat Menyelamatkan Bumi, Kok Bisa?

Baladan Hadza - detikEdu
Selasa, 05 Des 2023 13:30 WIB
Kantong plastik ramah lingkungan
Foto: dok. Greenhope/Ilustrasi plastik ramah lingkungan
Jakarta -

Isu lingkungan telah menjadi sorotan lantaran perubahan iklim yang semakin nyata dan tengah dirasakan umat manusia. Seperti pemanasan global, kerusakan lingkungan, hingga perubahan ekosistem yang menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan kehidupan di Bumi.

Untuk itu, upaya pengurangan emisi gas rumah kaca hingga pelestarian sumber daya alam menjadi perhatian utama dalam upaya melindungi lingkungan di Bumi.

Dikutip dari Newsweek, pelestarian ini dilakukan dalam sejumlah sektor. Termasuk sektor teknologi yang dipakai sehari-hari oleh manusia. Berbagai inovasi untuk solusi potensial dalam menyelamatkan Bumi, terus diupayakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas ada inovasi apa saja yang bisa menyelamatkan Bumi?

5 Inovasi yang Bisa Menyelamatkan Bumi

ADVERTISEMENT

1. Cat Ultra-Putih yang Mampu Menurunkan Suhu Panas

Pada tahun 2020 lalu, sebuah inovasi menarik datang dari tim mahasiswa pascasarjana Purdue University, Indiana, AS berhasil menemukan cat ultra putih yang mencatatkan rekor sebagai cat paling putih di dunia.

Penelitian yang dipimpin oleh Xiulin Ruan, profesor teknik mesin di Universitas tersebut, menghasilkan cat ultra putih yang dapat memantulkan sinar Matahari hingga 98,1%.

Menurut penelitian Purdue yang diterbitkan dalam Journal of American Chemical Society, cat baru ini dapat menurunkan suhu permukaan sebesar 8 derajat Fahrenheit di siang hari dan 19 derajat di malam hari.

Artinya, lebih sedikit panas berarti lebih sedikit penggunaan energi dan lebih sedikit emisi gas rumah kaca. Sebab, terdapat senyawa yang disebut barium sulfat sehingga membuat cat menjadi sangat reflektif.

Partikel-partikel kimia dengan ukuran berbeda menyebarkan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Tim Purdue menggunakan partikel dengan berbagai ukuran untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin.

"Produk seperti cat ultra-putih ini mempunyai potensi untuk membuat perbedaan nyata," kata Karema Seliem, direktur asosiasi pengembangan teknis LEED di Dewan Bangunan Hijau AS.

Meskipun awalnya direncanakan sebagai pelapis atap, perkembangan terbaru dari cat ini telah membuatnya lebih ringan, tipis, dan praktis untuk digunakan pada mobil, kereta api, dan pesawat terbang. Universitas Purdue telah bermitra dengan perusahaan untuk memproduksi cat ini secara komersial.

2. Penangkapan Karbon dari Udara (DAC)

Direct air capture (DAC) adalah teknologi penangkapan udara langsung yang mampu menangkap CO2 dari udara. Meskipun teknologinya sudah terbukti, namun biaya produksi masih menjadi hambatan.

Terkait itu, perusahaan seperti Climeworks di Swiss tengah sedang mengembangkan solusi dengan mencampur CO2 yang terperangkap dengan air dan memompanya ke bawah tanah.

Diketahui, kini Climeworks telah membangun pabrik di Islandia yang mampu mengekstraksi CO2 dalam jumlah besar. Mereka berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi mereka dan berencana melakukan ekspansi global untuk memberikan dampak positif terhadap perubahan iklim.

3. Penggunaan Kembali Biomassa dengan Biochar

Penggunaan biomassa, seperti limbah pertanian, dalam proses pembuatan biochar sebagai solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Ketika biomassa dibakar atau terurai, mereka melepaskan gas-gas berbahaya seperti CO2, metana, dan dinitrogen oksida ke atmosfer.

Namun, jika biomassa dibakar tanpa oksigen, maka zat tersebut akan terperangkap dalam zat abu hitam yang disebut biochar. Dan kini, biochar telah menjadi sorotan baru dalam upaya mengurangi emisi CO2.

Baru-baru ini, minat terhadap biochar meningkat karena potensinya dalam menahan CO2 dari atmosfer. Selain menjadi pupuk yang efektif, biochar juga memiliki beragam penggunaan komersial lainnya, seperti pakan ternak, sumber bahan bakar alternatif, dan bahan tambahan pada beton.

Perusahaan seperti Biochar Now turut menggunakan teknologi pirolisis lambat untuk membuat biochar dalam berbagai ukuran dan menjualnya.

Mereka juga telah menjalin kemitraan dengan industri dan pemerintah untuk memanfaatkan limbah kayu menjadi biochar yang berguna, sehingga mengurangi dampaknya pada lingkungan.

4. Penggunaan Plastik dari Rumput Laut yang Ramah Lingkungan

Organisasi Plastic Oceans Internasional menyebutkan bahwa setengah dari semua plastik yang dibuat digunakan hanya berupa sekali pakai.

Ellen MacArthur Foundation (perusahaan yang memperjuangkan ekonomi sirkular di mana barang-barang didaur ulang daripada dibuang) memperkirakan bahwa pada tahun 2050, lautan akan memiliki lebih banyak sampah plastik daripada jumlah ikan yang ada di dalamnya.

Dengan mengubah selulosa dari rumput laut menjadi bahan yang fleksibel dan dapat terurai secara biologis, maka tercipta alternatif plastik yang dapat digunakan dalam pembungkus dan tas belanja.

5. Baterai Bertenaga Karat

Baterai yang menggunakan besi dan udara sebagai bahan penyimpanan energi menjadi solusi menjanjikan dalam menyimpan energi dari sumber terbarukan seperti tenaga surya dan angin.

Startup seperti Form Energy sedang mengembangkan baterai ini, yang menjanjikan penyimpanan energi lebih lama, bahkan hingga 100 jam dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan baterai lithium-ion yang umum digunakan saat ini.

Dalam upaya memperluas produksi, Form Energy tengah membangun fasilitas manufaktur yang diharapkan dapat beroperasi dalam beberapa tahun ke depan.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads