Keberlangsungan kehidupan hewan di Bumi berada dalam bahaya besar akibat perubahan iklim dan ulah manusia yang eksploitatif. Tanda bahaya ini, disebut oleh para ilmuwan sebagai ancaman kepunahan massal.
Selama ini, para ilmuwan telah menemukan kepunahan massal lima kali dalam sejarah, termasuk kepunahan yang terjadi pada zaman dinosaurus. Kini, para ilmuwan sedang mempertimbangkan untuk potensi kepunahan massal yang keenam.
Sebuah studi tahun 2022 dalam jurnal Nature, menunjukkan bahwa 40 persen amfibi, 25 persen mamalia, 21 persen reptil, 13 persen burung menghadapi ancaman kepunahan. Perubahan iklim menjadi salah satu pemicu utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehidupan Hewan Hilang Akibat Iklim dan Manusia
Selain itu, studi yang diterbitkan dalam Global Change Biology pada bulan Mei 2023 menyebutkan bahwa dalam satu abad terakhir, telah terjadi percepatan kehilangan kehidupan hewan.
Hewan kehilangan habitatnya akibat penggundulan hutan, penyakit, kebakaran, dan banjir. Akibatnya beberapa tak mampu bertahan dengan perubahan iklim yang semakin panas.
Meskipun konservasi turut mengambil andil dalam merespon ancaman kepunahan ini, tentu masih banyak hewan-hewan yang masuk dalam daftar spesies terancam punah.
Namun, dari banyaknya hewan tersebut, beberapa hewan dikatakan akan punah sebelum 2050. Berikut daftar hewannya, dikutip dari Discover Magazine.
4 Hewan yang Terancam Punah Sebelum Tahun 2050:
1. Gajah Hutan Afrika
Diketahui, gajah hutan Afrika, yang dulunya banyak berkeliaran di hutan tropis Afrika Barat dan Tengah, sekarang tinggal dalam jumlah yang sedikit.
Ancaman kepunahan ini terjadi karena gajah hutan Afrika menjadi sasaran perburuan. Selain itu, mereka juga kehilangan habitat karena lahan yang beralih fungsi menjadi pertanian atau perumahan.
Padahal, gajah-gajah ini memegang peranan penting dalam ekosistem hutan. Gajah kerap menginjak-injak hutan dan padang rumput yang lebat, untuk dijadikan tempat hidup bagi hewan lain.
Selain itu, saat curah hujan rendah, gajah juga menggali dasar sungai yang kering untuk membuat lubang air yang digunakan oleh hewan lain.
Kawanan gajah juga kerap berjalan melalui padang rumput yang luas, menyebarkan benih melalui kotoran mereka, membantu menumbuhkan lebih banyak tanaman hijau, sebagaimana dikutip dari African Wildlife Foundation.
2. Macan Tutul Amur
Macan tutul Amur (Panthera pardus orientalis) adalah jenis kucing besar yang dapat hidup sekitar 15 tahun. Kini spesies macan memiliki habitat i daerah hutan di perbatasan antara Rusia, Cina, dan Korea Utara, tengah menghadapi ancaman kepunahan.
Padahal, macan tutul Amur menjadi pemangsa yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan antar spesies.
Peran mereka sangat berpengaruh pada keadaan hutan dan lingkungan secara keseluruhan, memastikan pasokan makanan, air, dan sumber daya bagi hewan-hewan liar dan masyarakat di sekitarnya, sebagaimana dilansir dari laman World Wide Fund.
Diketahui, populasi macan tutul Amur hampir menghilang karena perburuan dan penggundulan hutan. Di mana pada tahun 1990-an, perburuan dan penggundulan hutan memusnahkan populasi macan tutul, dan hanya tersisa sekitar 20 ekor macan tutul.
Meskipun konservasi dilakukan untuk meningkatkan populasi mereka, keragaman genetik mereka menurun karena wilayah hidup mereka semakin sempit, yang membuat pemulihan populasi semakin sulit.
3. Kelelawar Telinga Panjang Utara
Mengutip laman Animal Diversity Web, kelelawar jenis ini memiliki peran penting dalam mengontrol populasi serangga dengan memakannya.
Sebab dengan gaya makannya yang demikian, bisa membantu mengendalikan populasi serangga yang berpotensi membahayakan.
Namun, pada 2023 hewan ini termasuk dalam ancaman kepunahan di AS. Hal ini dikarenakan mereka yang terjangkit oleh sindrom hidung putih, yakni suatu penyakit menular yang telah membunuh jutaan kelelawar sejak tahun 2006.
Penyakit ini menyebabkan pertumbuhan jamur di hidung, wajah, dan sayap mereka saat berhibernasi, yang membuat mereka keluar dari hibernasi lebih awal dan menyebabkan dehidrasi serta kematian.
Akibatnya, jumlah kelelawar ini yang terus menurun mengancam ekosistem, terutama dalam kontrol hama dan dalam kemampuan mereka sebagai penyerbuk.
4. Lumba-lumba Tanpa Sirip Yangtze
Ini adalah jenis lumba-lumba air tawar yang hidup di Sungai Yangtze, Tiongkok. Populasinya kini menjadi sorotan karena telah mengalami penurunan populasi yang signifikan.
Lumba-lumba ini terancam oleh aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan dan cedera akibat sering terjerat jaring dari perahu.
Menurut CEO WWF-Tiongkok, Lunyan Lu, lumba-lumba tanpa sirip Yangtze merupakan indikator kesehatan sungai.
"Peningkatan (kepunahan) signifikan ini menunjukkan bahwa mereka berkembang pesat dan Sungai Yangtze pun demikian. Hal ini penting karena 400 juta orang dan keanekaragaman hayati yang luar biasa bergantung pada kesehatan sungai terpanjang ketiga di dunia," ujarnya dilansir dari laman World Wide Fund.
Sejak tahun 1980-an, populasi lumba-lumba tanpa sirip Yangtze telah mengalami penurunan sekitar 50% dan menyisakan hanya sekitar 1.100 ekor yang masih hidup di sungai Yangtze.
Kehadiran yang semakin sedikit telah menyebabkan isolasi genetik, mengakibatkan kurangnya keragaman genetik yang vital untuk kemampuan reproduksi dan adaptasi di lingkungan yang semakin keras bagi mereka.
Kelompok advokasi telah memperkirakan bahwa kemungkinan 90% dari lumba-lumba ini akan punah sebelum abad ini berakhir.
(faz/faz)