Studi: Anak Ogah Ambil Risiko untuk Belajar, Jika Ortu Kurang Dapat Diandalkan

ADVERTISEMENT

Studi: Anak Ogah Ambil Risiko untuk Belajar, Jika Ortu Kurang Dapat Diandalkan

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 30 Nov 2023 08:00 WIB
Kindergarten boy playing with flash cards , Asian children learning English with flash cards, Teach young kids English at home, Child at home, kindergarten closed during the Covid-19 health crisis
Foto: Getty Images/iStockphoto/yaoinlove
Jakarta -

Mencoba sesuatu yang baru adalah risiko yang biasa dilakukan anak-anak saat mereka bereksplorasi. Meskipun bisa jadi memakan banyak biaya, risiko juga bisa membuahkan hasil ataupun pengetahuan.

Sayangnya, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak mendapat dukungan dari orang dewasa dalam kehidupannya, akan tidak cukup berkeinginan mengambil risiko dan mendapatkan manfaatnya.

"Jika Anda berada di lingkungan yang kaya sumber daya, yang artinya aman seperti, makanan tersedia, ada seseorang di rumah untuk Anda, dan dikelilingi oleh orang dewasa yang melindungi Anda, maka Anda akan mencoba hal-hal baru," kata Seth Pollak, profesor di University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, kami pikir, untuk memiliki kepercayaan diri untuk mencoba sesuatu yang baru, Anda harus merasa didukung dan relatif aman," kata dia, dikutip dari Science Daily.

Kesimpulan Pollak diambil dari studinya terhadap lebih dari 150 anak usia 10 hingga 13 tahun saat bermain game yang dirancang oleh C Shawn Green, seorang profesor psikologi UW-Madison. Permainan ini menawarkan peluang kepada anak-anak untuk sedikit mengambil risiko dan mengeksplorasi potensi keuntungan.

ADVERTISEMENT

Anak-anak dan orang tua mereka juga ikut dalam serangkaian survei dan penilaian. Para peneliti mengukur stres yang dialami anak-anak dan prediktabilitas kehidupan mereka berdasarkan faktor-faktor seperti orang tua yang kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian atau penyakit dalam keluarga, dan pindah sekolah atau rumah. Anak-anak juga ditanya soal pandangan apakah orang tua mereka dapat diandalkan dan dapat diprediksi.

Latar Belakang Stabil Vs Tidak Stabil

Berdasarkan apa yang dipelajari para peneliti, semakin orang tua kurang dapat diandalkan dan tidak dapat diprediksi, maka semakin kecil kemungkinan anak-anak mengambil risiko eksplorasi dalam permainan yang mereka mainkan.

"Anak-anak dari latar belakang yang lebih stabil, mereka bermain-main dan bereksperimen dalam permainan kami," kata Pollak.

"Anak-anak dari latar belakang yang tidak stabil tidak bermain seperti itu. Mereka berada dalam rentang kemungkinan yang lebih sempit. Mereka lebih memilih untuk tetap berpegang pada apa yang sudah mereka ketahui meskipun terbatas, daripada mengambil peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi," jelasnya lagi.

Berdampak hingga di Masa Depan

Para peneliti pertama-tama melakukan eksperimen dengan kelompok yang terdiri dari hampir 80 anak. Kemudian mereka mengulanginya dengan kelompok kedua yang beranggotakan lebih dari 80 orang untuk mengonfirmasi hasilnya.

"Hal yang menarik di sini adalah tampaknya ada cara di mana pengalaman masa kanak-kanak kita mengkalibrasi cara kita mengambil keputusan bertahun-tahun ke depan dan dalam situasi yang sangat berbeda," kata Yuyan Xu, seorang mahasiswa pascasarjana UW-Madison dan penulis pertama studi tersebut menambahkan.

Keterbukaan terhadap eksplorasi bukan satu-satunya aspek penting masa kanak-kanak yang bisa meningkat dengan adanya stabilitas. Perkembangan bahasa, kualitas tidur, pengaturan stres, dan subjek perkembangan masa kanak-kanak lainnya juga berkaitan dengan prediktabilitas kehidupan anak-anak.

Pollak berencana untuk mempelajari lebih jauh hubungan antara prediktabilitas dan eksplorasi untuk melihat bagaimana hal ini dapat diatasi.

"Apa yang bisa kita lakukan untuk anak-anak yang memandang riwayat hubungan antarpribadi mereka tidak stabil?" kata Pollak.

"Kita mungkin tidak dapat mengubah hubungannya, begitu kita memahami bahwa hubungan tersebut tidak dapat diprediksi. Namun bisakah kita mengubah cara berpikir anak-anak, bagaimana mereka bertindak terhadap hal tersebut?" lanjutnya.

"Jika hal ini fleksibel, mungkin kita dapat mengarahkan anak-anak pada keuntungan dari bereksplorasi, untuk membantu mendorong pembelajaran mereka," pungkasnya.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads