Masa kecil yang penuh tantangan seperti perceraian orang tua atau tumbuh dalam kemiskinan, sering kali berdampak pada kesehatan dan kehidupan di kemudian hari. Namun, apakah pengalaman tersebut juga memengaruhi kemampuan dalam memberikan dukungan finansial untuk pendidikan anak-anak mereka di masa depan?
Menurut studi yang dilakukan oleh Kent Cheng, seorang peneliti pasca doktoral di Pennsylvania State University, Amerika Serikat pengalaman buruk masa kecil juga berpengaruh terhadap kemampuan orang tua untuk memberikan dukungan finansial bagi pendidikan anak-anak mereka, seperti biaya kuliah.
Penemuan ini menemukan bahwa meskipun status sosial ekonomi saat ini lebih baik, orang tua yang mengalami lebih banyak kesulitan pada masa kecil mereka cenderung memberikan dukungan finansial yang lebih sedikit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rata-rata, orang tua yang mengalami lebih banyak kekurangan masa kecil meangalokasikan lebih sedikit dibandingkan dengan orang tua yang masih kecilnya tidak mengalami tantangan ekonomi.
Dalam studi yang dipublikasikan di Jurnal of Marriage and Family, Cheng menyatakan "Ketimpangan sering kali bermula di rumah tangga melalui pertukaran sumber daya dalam keluarga. Karya ini menyoroti bagaimana kesenjangan terus berlanjut lintas generasi dan bersinggungan dengan kesenjangan sosial yang lebih luas, seperti antara individu dengan dan tanpa gelar sarjana. Kesenjangan ini semakin membentuk kehidupan Amerika."
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengalaman buruk selama masa kecil dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan kardiovaskular, tingkat kematian, status sosial ekonomi, dan pencapaian pendidikan.
Namun, Cheng ingin mengungkap lebih lanjut apakah pengalaman masa kecil seseorang memengaruhi kehidupan anak-anak mereka di masa depan, terutama dalam hal dukungan finansial.
"Kita tahu bahwa masa kecil saya membentuk lintasan hidup saya sendiri, tetapi apakah itu memengaruhi lintasan hidup keturunan saya? Itulah teka-teki yang ingin saya ungkap," ujar Cheng.
Studi ini juga menilai hasil di tingkat keluarga dan merupakan salah satu yang pertama kali mengevaluasi hubungan antara pengalaman masa kecil orang tua dan jumlah dukungan finansial yang mereka berikan untuk pendidikan anak-anak mereka. Meskipun tidak menganalisis motivasi orang tua dalam memberikan dukungan finansial, studi ini fokus pada perbedaan yang muncul berdasarkan pengalaman masa kecil orang tua dan pentingnya status sosial ekonomi mereka saat ini.
Cheng menggunakan data dari Panel Study of Income Dynamics (PSID), survei rumah tangga nasional yang dimulai pada tahun 1968. Data yang digunakan dalam studi ini termasuk informasi tentang transfer uang antar generasi dari PSID yang dikumpulkan pada tahun 2013 dan data dari Studi Keadaan Retrospektif Masa Kecil dari tahun 2014. Studi ini mencakup informasi mengenai kondisi ekonomi, psikososial, lingkungan dan kesehatan selama masa kecil responden.
Ia menyusun skor kerugian masa kecil berdasarkan 13 faktor. Berdasarkan skor tersebut, orang tua yang mengalami lebih banyak kekurangan selama masa kecil cenderung memberikan lebih sedikit uang untuk pendidikan anak-anak mereka.
Misalnya, orang tua yang mengalami empat atau lebih kekurangan memberi rata-rata USD 4.400. Lebih sedikit dibandingkan dengan orang tua yang tidak mengalami kekurangan, yakni sekitar USD6.800.
Berdasarkan biaya kuliah rata-rata pada tahun 2013, orang tua dengan lebih banyak kekurangan masa kecil hanya mampu menanggung sekitar 23% dari biaya kuliah tahunan anak-anak mereka, sedangkan orang tua tanpa kekurangan masa kecil mampu menanggung sekitar 34%.
Menariknya, hubungan ini tetap ada meskipun status sosial ekonomi atau kekayaan orang tua saat ini diperhitungkan. Artinya, meskipun orang tua yang tumbuh dalam kondisi keuangan yang buruk kini memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik, mereka tetap memberikan lebih sedikit uang untuk pendidikan anak-anak mereka.
"Hasil khusus ini menunjukkan bahwa masa kanak-kanak benar-benar meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada kemampuan seseorang untuk menyediakan uang bagi anak-anak mereka di kemudian hari. Bahkan jika Anda akhirnya menjadi sukses di usia paruh baya," kata Cheng.
Di tengah biaya pendidikan semakin mahal, Cheng menekankan pentingnya memahami faktor-faktor yang dapat menghalangi orang untuk mengejar pendidikan yang tinggi. "Jika Anda memiliki orang tua yang mampu memberi Anda sejumlah uang, sehingga Anda tidak perlu mengambil pinjaman untuk kuliah, Anda memiliki keuntungan," ujar Cheng.
"Kami melihat bahwa ketidakadilan tersebut diwariskan ke generasi berikutnya dalam bentuk orang tua yang tidak mampu memberikan uang sebanyak itu kepada anak-anaknya."
(pal/pal)