Studi Terbaru Sanggah Gagasan soal Lanskap Eropa Zaman Purba, Benua Biru Dulu Begini

ADVERTISEMENT

Studi Terbaru Sanggah Gagasan soal Lanskap Eropa Zaman Purba, Benua Biru Dulu Begini

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 23 Nov 2023 19:30 WIB
Negara di Benua Eropa.
Foto: Freepik
Jakarta -

Selama bertahun-tahun kepercayaan umum mengenai Benua Eropa adalah, sebagian besar ditutupi oleh hutan lebat antara Zaman Es hingga munculnya manusia modern. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa hal tersebut tidak terjadi. Para peneliti menemukan bahwa Eropa memiliki vegetasi terbuka dan semi terbuka yang jauh lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Sebuah tim peneliti dari Universitas Aarhus mempelajari sampel serbuk sari kuno untuk mengidentifikasi tanaman mana yang tumbuh lebih dari 100.000 tahun yang lalu, pada periode interglasial terakhir. Serbuk sari dihasilkan oleh sebagian besar pohon, bunga dan semak, dan biasanya serangga atau angin akan mengambil serbuk sari ini dan menyebarkannya ke tanaman lain. Sayangnya, sebagian besar serbuk sari ini hinggap di tanah, tetapi dalam waktu ratusan ribu tahun, serbuk sari dapat terawetkan.

"Gagasan bahwa bentang alam di benua ini ditutupi oleh hutan lebat di sebagian besar benua tidaklah benar. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kita perlu menilai kembali pandangan kita tentang asal usul Eropa," kata Elena Pearce, penulis studi, dalam rilis berita, seperti dikutip dari ZME Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alam pada periode interglasial terakhir (dengan iklim sedang, mirip dengan saat ini) penuh variasi," imbuhnya.

Mamalia Besar Ikut Berperan

Para peneliti fokus pada periode interglasial Eropa sebelumnya yang disebut Eemian, yang berlangsung dari 129.000 hingga sekitar 115.000 tahun lalu. Sebagian besar buku pelajaran biologi dan kehutanan menyatakan bahwa sebagian besar Eropa pada periode tersebut ditutupi oleh hutan lebat, yang kemudian ditebang oleh nenek moyang kita dengan munculnya pertanian modern.

ADVERTISEMENT

Namun, catatan soal serbuk sari menceritakan cerita yang berbeda. Sampel menunjukkan bahwa tanaman yang tidak tumbuh subur di hutan lebat sering kali merupakan komponen utama dari vegetasi. Misalnya saja dalam kasus hazel, semak yang tidak tumbuh dalam jumlah besar di hutan lebat, yang menutupi sebagian besar lanskap pada periode interglasial.

Di hutan beech (hutan belantara alami Eropa), pepohonan tinggi menyerap sebagian besar sinar matahari. Artinya pohon dan semak yang lebih kecil seperti hazel, mengalami kesulitan untuk tumbuh di hutan beech.

"Hazel tumbuh subur di pedesaan terbuka dan di hutan terbuka atau hutan yang terganggu, dan mentolerir gangguan dari hewan besar," kata Pearce dalam siaran pers.

Para peneliti memperkirakan bahwa 50% hingga 75% lanskap ditutupi oleh vegetasi terbuka atau semi terbuka. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh mamalia besar yang hidup di sana termasuk kuda, gajah, dan badak.

"Mereka pasti mengonsumsi biomassa tanaman dalam jumlah besar," kata penulis studi Jens-Christian Svenning.

Dengan makan, hewan-hewan tersebut dapat mengendalikan pertumbuhan pohon, kata Svenning. Meskipun faktor-faktor lain mungkin juga berperan, seperti banjir atau kebakaran hutan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hal ini menyebabkan cukup banyak gangguan.

"Kebakaran hutan mendorong munculnya pohon pinus, tetapi sebagian besar kami tidak menemukan pinus sebagai spesies dominan," tambahnya.

Meskipun mereka tidak yakin 100%, para peneliti menemukan indikasi kuat bahwa hewan besar menciptakan area terbuka tersebut. Hewan besar seperti bison di Eropa saat ini memiliki dampak yang sama di wilayah tempat mereka tinggal saat ini. Kedua, fosil kumbang (khususnya kumbang kotoran) dari zaman interglasial terakhir juga menunjukkan bahwa banyak hewan besar yang hidup di daerah tersebut.

Perlu Tulis Ulang Buku Biologi

Temuan ini tidak hanya menunjukkan bahwa kita perlu menulis ulang buku biologi, tetapi juga memperlihatkan hewan besar mungkin memiliki peran penting dalam restorasi keanekaragaman hayati, menurut para peneliti. Mereka menyerukan negara-negara untuk mempertimbangkan pembangunan kembali trofik, sebuah strategi restorasi ekologi yang menggunakan pengenalan spesies untuk memulihkan interaksi trofik dari atas ke bawah.

"Banyak hewan besar dari zaman interglasial kini punah, tetapi kita masih memiliki bison, kuda, dan lembu," kata Pearce.

"Tanpa hewan berukuran besar, kawasan alami akan didominasi oleh vegetasi yang lebat, sehingga banyak spesies tumbuhan dan kupu-kupu, misalnya, tidak dapat tumbuh subur. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memulihkan hewan-hewan besar," jelasnya.

Studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science Advances dengan judul "Substantial light woodland and open vegetation characterized the temperate forest biome before Homo sapiens".




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads