Lantai marmer putih yang mengelilingi Ka'bah di Makkah memiliki fakta yang menarik. Lantai itu bisa tetap sejuk, bahkan selama hari-hari terpanas.
Ada beberapa orang yang mengklaim pipa air dingin yang tersembunyi di bawah lantai membuatnya tetap sejuk. Padahal, alasan sebenarnya terletak pada bahan lantai itu sendiri.
Lantai tersebut merupakan marmer dari Thassos, sebuah pulau Yunani timur dekat Kavala di Laut Aegea. Penampilannya putih bersih dan mampu menghasilkan pantulan cahaya yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marmer Thassos juga terkadang disebut marmer putih salju. Marmer tersebut memiliki salah satu daya serap panas terendah dari semua marmer.
Fakta Soal marmer Thassos
Batu marmer Thassos telah digali dari Pulau Thassos sejak zaman kuno dan masih digunakan di seluruh Yunani hingga saat ini. Batu ini telah menopang dinding, lantai, dan patung di beberapa situs bersejarah, termasuk makam Makedonia kuno di Amphipolis (makam terbesar yang pernah ditemukan di Yunani) dan Hagia Sophia di Istanbul.
Batu ini memiliki sifat unik yang membuatnya sering digunakan di vila mewah dan dekorasi interior.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal internasional Construction and Building Materials pada tahun 2021, fitur termofisika marmer Thassos mampu memantulkan dan menghilangkan panas dari sinar matahari.
Studi tersebut menemukan marmer Thassos memiliki tingkat pantulan sinar matahari yang sangat tinggi dan tingkat konduktivitas termal yang tinggi dibandingkan dengan batu kapur.
Secara kolektif, sifat-sifat ini telah terbukti mampu mempertahankan suhu permukaan yang dingin bahkan selama musim panas, dan memberikan pengurangan keseluruhan dalam pelepasan energi termal konvektif malam hari ke atmosfer di atasnya.
Dikutip dari Arab News, studi lain yang dilakukan oleh tim gabungan Saudi-Mesir dan diterbitkan dalam Arabian Journal of Geosciences pada 2018 menyebut marmer tersebut sebagai marmer pintar yang menghilangkan panas, dan mengaitkan kemurnian putihnya yang tinggi dengan formasi kristal batu yang kaya akan dolomit.
Penulis dan peneliti warisan budaya Abdullah Al-Batati mengatakan kepada Arab News lantai batu mataf (tempat para peziarah mengelilingi Ka'bah) yang tidak beratap dan diaspal, sedikit melengkung dan dipenuhi kerikil dan batu yang lebih kecil dari ukuran kacang sebelum diaspal.
"Umar Ibn Al-Khattab adalah orang pertama yang memasang batu di lantai Masjid setelah perluasan mataf pada 119 H (737-738 M); pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul-Malik, mataf ditutupi marmer. Pada 145 H (762-763 M), lantai lama ditutupi marmer pada era Abu Jaafar Al-Mansour, dan dipasangi ubin marmer pada era Kekhalifahan Abbasiyah pada 284 H (896-897 M)," kata Al-Batati.
"Pada 1003 H (1594-1595 M), batu api diganti dengan batu pualam, sementara marmer putih mengilap menutupi lantai mataf pada 1006 H (1597-1598 M) pada masa pemerintahan Sultan Mohammad Khan. Pada 1344 H (1925-1926 M)," jelasnya.
Ia mencatat pada masa pemerintahan Raja Saud, ubin marmer lama disingkirkan dari mataf lama dan mataf baru diratakan dan diaspal. Keduanya dipisahkan oleh garis pemisah dari marmer hitam yang didatangkan dari beberapa tambang di seluruh Arab Saudi.
Studi tersebut menemukan bahwa marmer Thassos memiliki tingkat pantulan sinar matahari yang sangat tinggi dan tingkat konduktivitas termal yang tinggi dibandingkan dengan batu kapur, batu lain yang umum digunakan dalam arsitektur Islam.
(nah/pal)