Faye Yap merupakan mahasiswa PhD Teknik Mesin di Rice University, Texas, Amerika Serikat bersama selaku Asisten Profesor Teknik Mesin di Rice University Daniel Preston memanfaatkan laba-laba yang sudah mati untuk mengembangkan robot gripper.
Mereka "memanipulasi" kaki laba-laba mati dengan embusan udara untuk dijadikan sebagai pegangan atau gripper. Gripper itu ternyata dapat digunakan untuk mengambil benda-benda ringan dan halus.
Para ahli tersebut menyebut penggunaan bahan biotik menjadi bagian robotik sebagai "necrobatics". Bangkai laba-laba yang digunakan di laboratorium adalah laba-laba serigala. Pengujian menunjukkan laba-laba ini mampu mengangkat lebih dari 130% berat badan mereka sendiri, dan terkadang lebih dari itu.
Mereka juga berpikir bahwa teknik ini akan bermanfaat di masa depan karena ramah lingkungan.
Memanfaatkan Fitur Asli Laba-Laba
Dikutip dari laman NPR, semua temuan ini bermula ketika Faye Yap melihat laba-laba yang mati meringkuk di sudut laboratorium. Sebuah pertanyaan sederhana membawanya ke dalam latar belakang keingintahuan ilmiahnya, yaitu "Mengapa mereka mati telentang dengan kaki melengkung?"
Faye Yap dan Daniel Preston selaku Asisten Profesor di Laboratorium Robotika Lunak, melakukan pencarian cepat secara online dan dari berbagai kajian literatur diketahui bahwa laba-laba tidak memiliki pasangan otot yang antagonis
"Sebaliknya mereka mengandalkan otot fleksor untuk melengkungkan kaki mereka ke dalam menuju tubuh dan tekanan hidrolik untuk merentangkan kaki mereka ke luar," ujar Yap dikutip dari laman NPR (18/10/2023).
Oleh karena itu, para ahli tersebut melihat biologi laba-laba sebagai inspirasi dari alat pencengkram pneumatik atau perangkat mirip cakar. Alih-alih menggunakan bahan logam seperti robot pada umumnya, mereka menggunakan sesuatu yang lebih unik yaitu mayat laba-laba.
Diketahui bahwa kondisi tubuh laba-laba yang mati akan menegangkan otot-otot mereka karena kehilangan kendali atas katup kaki.
"Jadi ketika laba-laba masih hidup, ia juga dapat secara aktif mengontrol katup di setiap kakinya, sehingga ia dapat melakukan gerakan berjalan. Namun ketika mati, ia kehilangan kendali atas katup tersebut," jelas Yap.
Peneliti tersebut pun berusaha untuk menerapkan kembali kendali atas otot kaki laba-laba dengan menggunakan udara bertekanan. Udara yang disuntikkan memberi tekanan pada hemolimfa atau analog kasar darah yang belum mengering di dalam mayat laba-laba.
Hemolimfa inilah yang berperan menambah tekanan pada sendi sehingga mampu menciptakan gerakan menggenggam seperti cakar.
Keberlanjutan Lingkungan dengan Memanfaatkan Mayat Laba-Laba
Necrobot ini merupakan robot pertama yang menggunakan hewan utuh dalam penyusunannya.
"Kami telah melihat para peneliti menggunakan, misalnya, bulu burung untuk aplikasi robotika. Selain itu, kami tidak mengetahui adanya orang yang menggunakan bahan biotik," ujar Preston dikutip dari laman NPR (18/10/2023).
Yap dan Preston menilai bahwa laba-laba merupakan hewan yang cocok dan nyaman untuk bahan pengembangan robot.
Menurut Preston, dalam hal ini, laba-laba berfungsi sebagai sumber bahan yang sangat baik karena secara alami mereka telah melakukan semua pekerjaan peneliti.
"Kami tidak harus membuat gripper yang digerakkan secara pneumatik ini dari awal. Kami hanya menggunakan alam dalam pengertian ini untuk memanen laba-laba dan menggunakannya sebagai gripper," kata Preston.
Para ahli juga menekankan bahwa mayat laba-laba dapat terurai secara hayati. Hal ini menjadikan temuan robot yang lebih ramah lingkungan, dibandingkan robot secara umum yang justru menghasilkan limbah elektronik.
(pal/pal)