Kritis! Ilmuwan Ungkap Bumi Mulai Keluar dari Standar Tempat Aman bagi Manusia

ADVERTISEMENT

Kritis! Ilmuwan Ungkap Bumi Mulai Keluar dari Standar Tempat Aman bagi Manusia

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Rabu, 20 Sep 2023 18:30 WIB
Save The Earth, word and hand
Foto: Getty Images/iStockphoto/ediebloom/Ilustrasi selamatkan Bumi
Jakarta -

Para ilmuwan menyatakan bahwa Bumi sudah melampaui batas sebagai tempat yang aman bagi manusia atau keluar dari standar kelayakan huni. Hal ini berkaitan dengan banyaknya persoalan dihadapi seperti polusi, menipisnya lapisan ozon, hingga iklim yang berubah.

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Science Advances, tim internasional yang terdiri dari 29 ahli menemukan bahwa Bumi sekarang mulai keluar dari standar layak huni karena aktivitas manusia.

Dikutip dari Reuters, diketahui bahwa Bumi kini telah melewati enam dari sembilan "batas planet" atau batas aman bagi kehidupan manusia di berbagai bidang seperti integritas biosfer, perubahan iklim, serta penggunaan dan ketersediaan air bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara keseluruhan, delapan dari sembilan perbatasan berada di bawah tekanan yang lebih besar dibandingkan penilaian tahun 2015.

Melansir laman majalah TIME, saat ini, hanya tingkat keasaman lautan, kesehatan udara, dan lapisan ozon di langit yang membaik dan dianggap aman sehingga meningkatkan risiko perubahan dramatis pada kondisi kehidupan di Bumi.

ADVERTISEMENT

"Kita berada dalam kondisi yang sangat buruk. Kami menunjukkan dalam analisis ini bahwa planet ini kehilangan ketahanannya dan pasiennya pun sakit," kata rekan penulis studi Johan Rockstrom, direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim di Jerman.

Bumi Tidak Lagi Aman

Menurut Rockstrom, batas-batas pengukuran kesehatan Bumi menjadi penentu nasib dengan sembilan faktor yang sudah dilakukan secara ilmiah. Jika Bumi dapat mengelola sembilan faktor ini, Bumi bisa relatif aman.

Tetapi faktanya, Rockstrom mengatakan Bumi sudah mulai tidak aman. Untuk membuktikan ini, pada sebagian besar kasus, tim ilmuwan menggunakan ilmu peer-review untuk mengetahui ambang batas yang terukur untuk keamanan.

Misalnya dengan lebih menggunakan 350 bagian per juta karbon dioksida sebagai tingkat di udara daripada pemanasan 1,5 derajat celcius atau 2,7 derajat fahrenheit sesuai perjanjian iklim Paris. Tahun ini karbon dioksida di udara meningkat pada 424 bagian per juta.

Kesembilan faktor yang digunakan tersebut saling bercampur. Ketika tim menggunakan simulasi komputer, mereka menemukan bahwa jika salah satu faktor ada yang memburuk, seperti iklim atau keanekaragaman hayati, maka masalah lingkungan Bumi lainnya bisa menurun. Sementara itu perlu perbaikan pada faktor lainnya.

Menyelamatkan Hutan

Menurut studi, salah satu cara yang dimiliki manusia untuk menghadapi perubahan iklim yang kian memburuk di Bumi adalah dengan menyelamatkan hutan.

Ilmuwan mengatakan, dengan memperbaiki hutan pada akhir abad ke-20, maka akan tersedia penyerap alami untuk karbon dioksida.

Hal ini juga selaras dengan kekhawatiran akan meningkatnya penggundulan hutan, konsumsi tanaman untuk bahan bakar, dan proliferasi seperti plastik dan bahan kimia.

Selain itu, menurut Rockstrom, masalah keanekaragaman hayati kurang mendapat perhatian dibandingan dengan masalah lain padahal masalah tersebut sama pentingnya.

"Keanekaragaman hayati sangat penting untuk menjaga siklus karbon dan air. Permasalahan terbesar yang kita alami adalah krisis iklim dan krisis keanekaragaman hayati," ujar Rockstrom.

Di sisi lain, ilmuwan menjelaskan juga tentang laju kepunahan spesies saat ini yang diperkirakan sepuluh kali lebih cepat dibandingkan 10 juta tahun terakhir. Hal ini menandakan Bumi telah melewati batas aman bagi keanekaragaman hayati.

Jonathan Overpeck, dekan studi lingkungan Universitas Michigan mengatakan, penelitian terbaru ini sangat berimplikasi bagi Bumi dan orang-orang harus mengkhawatirkannya.

"Analisis ini seimbang karena memberikan peringatan. Yang penting masih ada harapan," jelas Overpeck.

Sementara itu, di sisi lain, pengukuran batas yang dilakukan oleh Rockstrom ini ternyata juga mendapatkan bantahan dari ilmuwan keanekaragaman hayati, Duke Stuart Pimm dan Granger Morgan dari teknik lingkungan Carnegie Mellon.

Pimm menyatakan bahwa pengukuran Rockstrom tidak memberikan hasil nilai yang banyak. Sedangkan Morgan menyatakan jika para ahli tidak setuju dengan batas-batas Rockstrom.

"Para ahli tidak sepakat mengenai batasannya, atau seberapa besar interaksi berbagai sistem di planet ini, namun kita sudah semakin dekat," ucap Morgan.

Meski begitu Morgan tetap mengatakan bahwa kondisi Bumi memang sangat mengkhawatirkan. Jika diibaratkan kemungkinan besar kita (manusia) adalah roti panggang yang gosong.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads